"Jadi, apa jawaban anda nona Eclaite?"
Benar, benar sekali. Orang yang bertanya padaku adalah pemuda bangsawan yang aku temui kemarin.
Tentu dia tidak sendiri, pria kelinci dengan satu telinga yang terlipat dan enam Beastkin berseragam juga ada disini. Mereka menempati meja makan disekitar meja makan kami. Kehadiran mereka membuat Rinne dan Rana ketakutan.
Pemuda tampan yang membuat aku iri, kini duduk di depanku. Untuk beberapa lama, kami berdua menyantap sarapan bersama.
Bagaimana hal ini bisa terjadi, aku sendiri kurang tahu. Sedangkan untuk apa yang aku tahu. Aku tahu pemuda ini adalah seorang stalker.
Hanya dalam waktu kurang dari satu hari, dia tahu tempat dimana aku menginap. Dia menakutkan, pemuda ini begitu menakutkan.
Aku ketakutan namun dengan adanya Ruciel dan Araya berdiri di belakangku, aku bisa menaklukkan rasa takut ini, sedikit.
Sedangkan untuk topik yang kami bicarakan. Tidak lain adalah lamaran pernikahan yang dia berikan padaku. Seperti kemarin, dia menjanjikan koin emas, perhiasan, pakaian mewah, dan mansion megah.
Mendengar dia mengucapkan semua janji-janji itu membuat aku merasa dia ingin membeliku. Dan juga, dari cara dia berbicara dan perilaku yang dia tunjukkan, aku bisa merasakan dia menganggap aku layaknya sebuah barang. Dia tidak menganggap aku sebagai manusia… ee… Beastkin?. Dan aku yakin, dia juga tidak peduli dengan perasaanku.
Well… meski aku mengucapkan semua itu, aku tidak menganggap diriku sebagai seorang wanita. Aku seorang pria.
Aku tahu, aku tidak bisa lari dari kenyataan. Namun, setidaknya, aku butuh waktu untuk menyesuaikan diri. Dan aku, tidak tahu berapa lama waktu yang aku butuhkan agar aku bisa menerima, aku adalah seorang wanita.
Ehem! Sepertinya aku OOT sedikit. Kembali ke lapt-si pemuda.
"Jawaban saya masih sama, saya menolak lamaran anda"
"Jika apa yang menahan anda adalah cinta, kita bisa menumbuhkannya setelah menikah"
Ugh!. Tolong jangan gunakan 'kita'. Aku dan kau baru bertemu kemarin. Aku dan kau bahkan belum bisa disebut kenalan.
Haa… aku ingin melarikan diri dari pemuda ini, namun aku tidak mendapat kesempatan dan keberanian untuk melakukannya. Apa yang bisa aku lakukan hanya menunggu Aztaroth datang.
Apa fenomena Deus ex Machina akan terjadi lagi?.
Tidak, fenomena ex ex tidak akan terjadi. Kemunculan Aztaroth pagi ini karena janji yang kami buat kemarin.
Aku setuju untuk menginap di Vixie Inn agar bisa mendapat perlindungan dari Aztaroth untuk menghindari pemuda ini.
Pengalaman tidak bisa berbuat apa-apa saat mendapat lamaran dari pemuda yang menakutkan membuat aku sadar, aku begitu lemah. Jika aku sekuat Aztaroth. Aku pasti sudah melarikan diri dari pemuda ini.
Kau tidak akan menghajar pemuda itu?.
Jangan bicara konyol. Dia adalah seorang bangsawan. Menghajar dia tanpa alasan jelas hanya akan membuat aku terjerat dalam masalah yang berbahaya dan begitu rumit dan merepotkan.
Haa… berapa lama aku harus menunggu. Aku sudah tidak tahan dengan situasi ini. Aztaroth cepat datang.
Cling! Cling!
Seolah mendengar harapanku, pintu penginapan terbuka dan Aztaroth akhirnya menam-tidak!. Aztaroth tidak menampakkan dirinya, Anna-lah yang menampakkan diri.
Tidak memperdulikan orang-orang disini kecuali si pemuda yang dia beri anggukan kepala ramah, Anna mendekati aku.
"Vi-ehem!. Eclaite ikut aku, kita harus menemui tuan Aztaroth"
"Baik"
Balasku pada Anna. Beranjak dari tempat duduk, aku melihat si pemuda.
"Maaf tuan, saya permisi"
"Kita akan bicara lagi nanti"
Balas si pemuda dengan suara seolah menahan amarahnya.
Yup, dia benar-benar menakutkan.
Anna mulai melangkah dan aku mengikuti dia layaknya anak itik. Aku, Ruciel, dan Araya akhirnya dapat melarikan diri dari si pemuda.
Keluar dari penginapan dan setelah melangkah cukup jauh, aku menghela nafas panjang. Aku merasa begitu tidak berdaya. Menggelengkan kepala, aku kemudian melihat Anna.
"Terimakasih nona Anna"
"Ya berterimakasih-lah dan ini akan masuk kedalam daftar hutang milikmu"
"Candaan yang bagus hahaha"
Aku membuat tawa kecil dan Anna memberiku tatapan tajam.
"Anda serius?"
"Menurutmu?"
"Uu~"
Aku hanya bisa membuat suara aneh dibawah tekanan aura Anna. Dengan sikap yang dia tunjukkan, aku tidak akan mengucapkan dia bercanda, dia serius. Dan yang paling menakutkan, aku tidak tahu apa yang diinginkan Anna.
Memaksa tubuhku yang lemas untuk melangkah, kami akhirnya sampai di Vixie Inn. Istri pemilik penginapan menyambutku dengan ramah dan dia, memberiku senyuman bahagia saat aku mengucapkan aku akan tinggal untuk sementara waktu.
Sampai di Vixie Inn dan tidak juga berjumpa dengan Aztaroth, aku bertanya pada Anna. Dimana pemuda itu berada?. Dan aku mendapat jawaban. Pemuda itu menemui Leader - Party Soaring Sky. Untuk kenapa dia bertemu dengannya, aku tidak tahu atau lebih tepatnya, Anna tidak mau memberitahuku.
Terakhir, Anna menyuruhku untuk tidak keluar dari Vixie Inn sebelum masuk kedalam kamarnya. Sedangkan untukku, aku langsung berbaring di kasur karena tidak tahu apa yang harus aku lakukan.
Tiduran dengan pewe, aku melihat Ruciel yang sedang merapikan barang-barang milik kami bertiga. Sesaat kemudian aku langsung menggerakkan tubuhku menghadap dinding, teringat dengan kejadian kemarin membuat wajahku memanas.
Aku kerap mengucapkan dan memikirkan ini-itu yang akan aku lakukan pada Ruciel, namun saat aku mendapat sebuah ciuman dari gadis cantik itu, aku menjadi tidak berdaya. Aku menjadi sangat malu dan tidak ragu untuk langsung melarikan diri. Aku sungguh menyedihkan.
"Tolong beri saya keberanian"
Ucapku lirih, saat melihat dinding kayu kamar ini.
"Jadi. Apa yang akan kita lakukan sekarang?"
Tanya Araya, anggota baru Party kami.
Pada awalnya, aku berencana untuk menjelajahi Hidden Area di sebelah barat lantai satu Foltian Great Dungeon bersama Ruciel dan Araya. Aku ingin mengumpulkan harta terpendam untuk membeli Flying Ship. Sayangnya, rencana itu dibatalkan karena kemunculan si pemuda bangsawan yang menakutkan.
"Saya ingin tidur dan kalian bebas melakukan apapun, asalkan kalian tidak meninggalkan penginapan"
"Aku tidak menyangka anda adalah seorang pemalas"
"Saya bukan pemalas Araya, saya hanya…"
"Tidak bisa melawan perkataan nona Anna"
Ugh! Kenapa kau begitu jahat Ruciel.
"Jadi anda seorang penakut"
Tunggu sebentar. Aku tidak bisa menerima ucapan itu. Menyingkirkan selimut kemudian duduk di kasur, aku menatap Araya. Dengan sedikit kesal, aku melayangkan protesku.
"Saya bukan seorang penakut!. Saya hanya menerima kenyataan, saya tidak bisa berbuat apa-apa dihadapan kekuatan besar yang menakutkan. Ucapkan, apa anda bisa mengalahkan wanita itu?"
"Baiklah, tenanglah Master. Aku mengaku aku salah"
Araya menjadi lebih kecil setelah mengucapkan permintaan maafnya. Dan harus aku akui, saat seseorang wanita cantik membuat raut wajah bersalah, dia begitu menawan dan menggoda.
Stare~~
Kenapa kau terus menatapku Ruciel. Merasa malu dan tidak tahan dengan tatapan Ruciel, aku kembali bersembunyi di balik selimut.
"Jika nona Anna memberi ijin, kita kan pergi berburu di Dungeon besok. Selamat malam"
Dan aku memejamkan mata, mencoba untuk tidur, di pagi hari.
+++
Dua hari kemudian. Aku, Ruciel, Araya, Anna, dan Aztaroth berkumpul di satu meja untuk menyantap sarapan.
"Saya tidak tahu Aztaroth begitu nakal, bisa mengumpulkan empat gadis cantik untuk menemani menyantap sarapan"
Kalimat yang aku ucapkan secara spontan mendapat empat tanggapan yang berbeda. Aztaroth terbatuk, sedikit memuntahkan makanan yang dia kunyah, Anna memberiku tatapan tajam yang memiliki makna 'aku akan membunuhmu', Ruciel menggulung matanya terbiasa dengan candaan ku, dan Araya, dia membeku memegang sendok berisi sup di depan mulutnya.
"Eclaite, jangan mengatakan sesuatu yang bisa membuat orang lain salah paham"
Peringat Aztaroth setelah dia mengusap mulutnya yang kotor dengan kain kecil pengganti serbet makan.
"Aku menyesal mengambil keputusan untuk menolong gadis tidak tahu diri sepertimu"
Kata Anna dengan kesal.
"Itu hanya sebuah candaan, kalian tidak perlu menanggapinya dengan serius"
"Kau harus tahu. Terkadang, kalimat yang kau katakan tanpa pikir panjang bisa memberimu masalah besar yang rumit"
Ucap Aztaroth, memberiku sebuah nasehat. Dan jujur saja, saat dia melakukan hal itu, dia terlihat seperti seorang ayah.
"Ya ayah, Eclaite akan mengukir nasehat anda di dalam hati"
"Baiklah, apa yang kau inginkan?, dan berhenti bersikap seperti itu!"
Seperti yang diharapkan dari Aztaroth, dia tahu betul isi hatiku.
"Saya sudah diam selama dua hari berturut-turut di penginapan ini, jadi. Bisakah saya keluar untuk menghirup udara segar?"
"kau tidak boleh"
Jawab Anna dengan singkat dan tegas.
"Tapi mama-"
"Aku bukan ibumu!"
Potong Anna dengan suara cukup nyaring. Dia tampak-tidak, dia begitu kesal.
"Berurusan dengan benda ini begitu melelahkan"
Ucap Anna yang mendapat anggukan kepala dari Ruciel.
Apa aku memang sebegitu merepotkan?. Tanyaku dalam hati setelah melihat kelakuan kedua gadis itu.
Melihat interaksi kami, Aztaroth memijat keningnya. Dia menghela nafas sebelum mengucapkan.
"Kau harus tahan dengan hal ini. Bukankah kau sudah dewasa?, kau tidak bisa terus menjadi anak kecil yang egois"
"Ugh!"
Menyakitkan, kalimat itu mengiris hatiku. Aku menerima kerusakan yang besar, namun aku tidak ingin menyerah. Aku ingin keluar dari penginapan ini. Aku begitu bosan karena tidak ada hiburan. Disini tidak ada novel, komik, televisi, game, atau internet. Karena itu, sudah saatnya aku menggunakan serangan rahasia mematikan milikku.
"Apa benar tidak boleh?. Hanya satu jam, saya juga tidak akan pergi terlalu jauh"
Ucapku dengan nada bergetar dan mata berair. Aku melancarkan serangan puppy eye yang terkenal.
"Kau tidak boleh keluar dari penginapan ini"
Balas Aztaroth dengan tegas tanpa ragu.
"Kenapa?"
"Karena kau adalah seorang Divine Beast, benarkan?"
Pertanyaan Aztaroth menyerangku dari titik buta, membuat aku terkejut.
"Saya Two Tail Fox - Beastkin bukan Divine Beast. Saya tidak tahu apa yang Aztaroth ucapkan"
Jawabku melihat kearah lain.
Aku memutuskan untuk tidak mengucapkan, aku adalah seorang Divine Beast, karena. Pertama, aku hanya memiliki dua ekor. Kedua, beberapa waktu setelah mendapat lamaran si pemuda, aku mengingat kembali penjelasan tentang Divine Beast yang cukup ekstrim di mata para Beastkin.
Nine Tail Fox - Divine Beast : Ras tingkat atas yang memiliki kekuatan besar bla bla bla bla. Nine Tail Fox merupakan nenek moyang Fox - Beastkin. Dan terkadang, meski memiliki kemungkinan yang kecil, Nine Tail Fox bisa terlahir dari Fox - Beastkin. Para Beastkin menganggap Nine Tail Fox sebagai seorang dewa yang layak di puja dan di hormati.|
Mengingat semua itu membuat aku menduga, si pemuda ingin menikahi aku karena dia mungkin bisa menaikkan kedudukan bangsawan yang dia sandang saat aku ada disampingnya.
"Kau sadar siapa kau sebenarnya. Aku yakin, kau juga sadar dengan pandangan para Beastkin terhadapmu. Kau terlalu berharga bagi orang itu"
"Dia hanya seorang bangsawan. Dan bukankah mengurung saya di penginapan untuk menjauhkan saya dari dia itu terlalu berlebihan?"
"Kau menganggap pemuda itu seorang bangsawan biasa?"
Tanya Anna yang memasang raut wajah terkejut tidak percaya.
"Apa saya salah?"
"Ya dalam banyak hal. Perlu kau ketahui, pemuda itu bukanlah bangsawan biasa, dia adalah pangeran kedua Anima Kingdom"
"Anda bercanda"
"Kalau begitu, coba sebutkan nama pemuda itu"
Itu adalah perintah yang cukup sulit untuk dilakukan. Aku hanya mendengar nama pemuda itu sekali, dan jujur saja, aku tidak terlalu mengingat namanya. Tidak ingin dimarahin Anna, aku mencoba mengingat nama pemuda itu.
"Mmm… Seta Von Amina?"
Nama yang aku ucapkan membuat empat orang di sekitarku memasang raut wajah tidak percaya dicampur raut wajah kuatir.
"Eclaite, Shelta Vio Anima adalah nama yang benar"
Ucap Ruciel, mengkoreksi nama yang aku sebutkan.
"Perlu kau ketahui, seseorang yang berani menggunakan nama sebuah kerajaan hanya keluarga kerajaan. Shelta Vio Anima lebih berpengaruh dan berbahaya dari yang kau kira"
Lanjut Anna yang tampak kelelahan.
"Kau diincar oleh seorang pangeran. Setelah kau mengetahui betapa seriusnya masalah yang menimpamu, aku harap kau tidak bertindak sembarangan. Kau mengerti?"
"Saya mengerti"
Ucapku dengan lemah untuk menjawab pertanyaan Aztaroth yang tegas.
Aku tidak percaya pemuda itu adalah seorang pangeran. Dia sudah menakutkan dan kini, dia menjadi lebih menakutkan. Aku harap pemuda itu segera pergi dari kota ini.
Selesai menyantap sarapan, aku pergi ke halaman belakang penginapan untuk mengambil seember air. Aku ingin mandi. Sayang disini tidak ada kamar mandi dan ya, benar. Aku bisa membuat air menggunakan Spell. Alasan aku mengambil air dari sumur, karena saat mandi menggunakan air asli lebih menyegarkan dan lebih nyaman dari pada mandi menggunakan air yang dibuat menggunakan Mana.
"Air segar untuk kecantikan saya"
Ucapku dengan konyol saat menimba air. Kemudian, aku merasa seseorang menepuk bahuku. Secara spontan aku menoleh ke belakang dan entah mengapa aku melihat padang rumput berwarna hijau yang sangat luas. Penginapan yang seharusnya ada di belakangku menghilang.
Kembali menoleh ke depan, sumur tempat aku menimba air juga menghilang, membuat aku berdiri dengan postur yang aneh.
Angin lembut yang mengusap pipiku membuat aku menerima keanehan ini adalah kenyataan.
Aku langsung melancarkan tendangan sekuat tenaga ke arah belakang saat aku merasakan hawa kehadiran seseorang.
Sayang aku tidak menendang orang itu. Berbalik, aku melihat Rabbit - Beastkin tua yang cukup aku kenal. Telinga yang terlipat sebelah itu memberi kesan yang kuat. Kelinci tua itu adalah kelinci tua yang selalu muncul bersama si pemuda.
"Dimana ini?"
Tanyaku dengan suara dingin pada kelinci tua itu.
"Green Plain yang menjadi perbatasan antara Thuzi Kingdom dan Resteban Kingdom"
"Bawa saya kembali ke Vixie Inn!"
"saya tidak bisa melakukannya, saya mendapat perintah untuk mengantar anda ke Ancient Fir Forest"
"Kau menolak permintaan saya?, Kau tidak tahu siapa saya?"
Ucapku, mencoba mengancam kelinci tua itu dengan status Divine Beast yang aku miliki. Well… status Divine Beast yang akan aku miliki di masa depan.
"Saya tahu betul anda adalah Divine Beast muda. Karena anda masih Two Tail Fox, saya berani membawa anda tanpa persetujuan langsung dari anda. Saya tahu saya salah. Karena itu saya ingin meminta pengampunan dan pengertian anda"
"Kamu menculik saya dan kamu meminta pengampunan dan pengertian saya!?. Jangan bercanda!"
"Sangat disayangkan, dan maaf. Saya harus membawa anda dengan paksa"
Ucap kelinci tua yang kemudian menerjang ke arahku dengan cepat.
Aku tidak boleh lengah saat menghadapi kelinci tua ini yang memiliki Mana dalam jumlah besar
"[Blade of Light]"
Aku langsung menyerang si kelinci tua sesaat aku membuat pedang cahaya.
"Light Magic?. Ini cukup mengejutkan"
Si kelinci tua mengucapkan kalimat itu saat dia menghindari ayunan pedang cahayaku di detik terakhir.
Sesuai dugaanku, kelinci tua ini begitu kuat. Dia dengan mudah menghindari ayunan pedangku. Hal ini membuatku frustrasi. Jika aku menggunakan Bleed Fair, aku mungkin sudah melukai dia.
"Apa hanya sebatas ini kemampuan bertarung yang anda miliki?"
"Shut up old man!. [Bullet of Light]"
Belasan bola cahaya menghantam udara. Kelinci tua menghilang untuk menghindar. Dalam sekejap, dia perpindah sejauh lima meter dari tempat semula dia berada.
"Ada lagi?"
Tanya kelinci tua dengan santai. Dia begitu meremehkan aku dan dia membuatku kesal.
"[Water Spear]"
Tombak air terbentuk kemudian melesat dengan cepat untuk menusuk si kelinci tua. Sayangnya, seperti tadi, Spell itu tidak menghantam sasaran yang seharusnya. Si kelinci tua kembali menghilang.
"Dengan kemampuan seperti ini, anda memiliki kemungkinan untuk menjadi ratu yang pantas"
Aku menebas sisi kiriku, tempat suara itu berasal. Dan serangan itu-aku rasa aku tidak perlu mengucapkan apa-apa. Aku tidak pernah bisa menghantam si kelinci tua.
Dan untuk beberapa lama kemudian, situasi-ku tidak berubah. Karena pertarungan ini, aku merasa begitu tidak berdaya. Seberapapun kerasnya aku bertarung menggunakan berbagai jenis Skill, Spell, Dan Technique, aku tidak bisa menyentuh si kelinci tua.
"Haa.. haa.. haa.."
Aku kesulitan untuk bernafas. Tubuhku begitu berat dan lemas. Tenaga dan MP-ku terkuras ketitik kritis. Terduduk di rumput, aku hanya bisa memandang si kelinci tua.
"Divine Beast memang penuh harapan. Level anda tidak terlalu tinggi tapi anda memiliki kemampuan bertarung seperti ini. Sungguh menakjubkan"
"Diamlah orang tua!"
Protesku dengan lemah.
"Kita sudahi permainan ini, saya tidak ingin membuang waktu lagi"
Permainan!. Dia menganggap pertarungan yang lakukan dengan seluruh kemampuanku hanya sebuah permainan!?. Dia membuat aku begitu marah, aku juga merasa begitu terhina, dan lebih menyakitkan. Aku tidak bisa berbuat apa-apa untuk melawan.
"Mari kita pergi"
Ucap si kelinci tua yang kemudian menepuk bahuku. Sesaat kemudian, pemandangan padang rumput yang aku lihat menghilang.