Saat aku membeli pakaian dalam, lebih spesifik yang kugunakan—maksudku yang sebelumnya kugunakan, aku memilih dikarenakan aku menyukai desainnya yang menggunakan renda halus dengan motif detail sebagai bahan utama. Sangat cantik dan feminin. Aku sama sekali tidak berpikir mengenai renda-renda yang berhias di sana yang sebelumnya kukategorikan halus, akan menjadi alat penyiksa paling ampun yang digunakan seorang iblis bernama Alvan.
Bagian ujung renda yang melengkung di beberapa bagian dan berceruk di bagian lain—dikarenakan mengikuti motif, kini menggesek bagian bawahku. Lebih tepatnya bagian tubuhku yang bahkan sangat jarang kusentuh. Tekstur timbul yang tidak kentara serta bagian ujung yang asimetris di bawah tekanan jari Alvan-Kambing, menggesek bagian yang baru-baru ini aku ketahui sangatlah sensitif.
Berkat tindakan bajingan sinting bernama Alvan yang telah membuatku mengetahui hal itu. Tentu aku tidak akan berterima kasih atas pengalaman yang pria gila itu berikan. Terkecuali membunuhnya adalah bentuk rasa terima kasih yang tidak kuketahui dapat dilakukan sebagai balas budi. Jika tidak, semisalnya Alvan-Kambing memintaku untuk agar berterima kasih padanya atas itu, maka aku akan menyuruhnya untuk tidur dan bermimpi atau mati terlebih dahulu.
Apalagi dengan situasi yang mana bajingan itu kembali membuatku mengenali tubuhku. Tangannya dengan jari yang berbalut celana dalamku bergerak lincah menjelajah bagian femininku. Hal itu membuat jeritan yang tidak dapat digolongkan sebagai manusia yang beberapa lalu masih kusuarakan, kini berubah menjadi sebuah desahan tertahan. Yang bagiku terdengar jauh lebih menyeramkan dari teriakan yang sangat jauh dari karakteristik manusia yang semula kuhasilkan.
Aku pun menggigit bibir bawahku agar tidak perlu mendengar suara menjijikkan yang kubuat sendiri. Bersamaan dengan itu, mataku pun kupejam erat-erat agar tidak perlu lagi melihat apa yang dilakukan oleh bajingan sinting yang saat ini sedang sibuk dengan baik bagian bawah tubuhku ataupun bagian bawah tubuhnya.
Tindakan yang kupikir sebuah langkah cerdas, menjadi sebuah bumerang. Dengan penglihatan yang terbatasi dengan aku yang memilih untuk menutup mata, membuat inderaku yang lain menajam. Dengan telingaku aku dapat dengan baik mendengar erangan yang dihasilkan oleh Alvan-Sinting dan suara gesekan kecil yang tercipta atas tindakannya.
Yang lebih buruknya, indra perasaku pun mengalami peningkatan yang sama ..., atau lebih. Jika sebelumnya permukaan celana dalamku sudah cukup menyiksa, saat ini, siksaan manis di tubuhku yang menjadi sangat sensitif membuatku hampir membuatku berada di level kegilaan sama seperti halnya Alvan.
Karena aku tidak lagi memusingkan bagaimana pria jahat itu menggunakan kakiku untuk memberinya kepuasan seksual. Aku tidak lagi memedulikan rasa hangat yang menjalar dari bagian tubuh Alvan-Sinting yang sebelumnya ingin kuberikan kerusakan permanen, pada bagian telapak kakiku yang rasa hangatnya mulai merayap ke bagian tubuhku yang lain.
Juga tidak lagi menghiraukan akan kenyataan bahwa celanaku yang Alvan-Sinting gunakan sebagai alat bantu untuk penyiksaku, dilumuri oleh benih yang pria jahat itu keluarkan. Memolesi bagian kewanitaanku. Semula mempermudahkan Alvan-Bajingan dalam melancarkan serangan pada bagian itu, kini bercampur menjadi satu dengan cairan yang kuhasilkan.
Mengetahui efek yang berbalik itu, tidak membuatku dengan segera membuka mata untuk mengurangi dampak dari peningkatan inderaku yang lain. Sebaliknya, aku semakin mengeratkan. Baik kelopak mata yang menutupi penglihatanku ataupun gigiku yang kini menggigit bibir keras-keras agar tidak mengeluarkan satu pun tanda bahwa aku larut dan menikmati perbuatan Alvan.
Tiba-tiba, serangan Alvan berhenti.
Aku sangat menyukuri kenyataan bahwa mulutku terkunci dengan sempurna dan mencegah protes apa pun yang tanpa sadar akan kukeluarkan. Mataku yang semula tidak kuniatkan untuk terbuka, kini perlahan mendapatkan penglihatannya kembali. Aku berharap tidak melemparkan pandangan nanar seperti yang kurasa, pada Alvan-Gila.
Apa pun yang kupikirkan juga apa yang kuharapkan, terhenti saat melihat wajah Alvan-Kambing hanya berjarak beberapa senti dari wajahku.
"Jangan menggigit bibirmu keras-keras, Kalina."
Aku ..., sangat tidak ingin mengakui hal ini. Tapi, jika aku dipaksakan untuk jujur, aku menyukai bagaimana pria jahat itu mengucap namaku saat ini. Dengan absennya nada mengolok serta sarkasme, juga godaan yang bertujuan untuk mencemooh. Membuat namaku indah terdengar saat Alvan menyebutkannya.
Tapi tentu saja tidak semudah itu aku jatuh berlutut pada inkarnasi iblis dan menuruti apa yang dia pinta. Gigiku masih mengatup dengan sempurna bibir bawahku. Sebagai penegasan, aku mengangkat kepalaku sedikit dengan sikap arogan untuk memberitahu bahwa aku tidak akan memenuhi keinginannya.
Sebuah tawa keluar.
Meski baru malam ini aku bertemu dengan pria jahat ini, reaksi tidak pada tempatnya yang Alvan-Kambing keluarkan tidak membuatku merasa terkejut sama sekali.
Entah dikarenakan oleh efek yang tersisa, aku pun merasa penciumanku menajam. Membuatku dapat menghidu aroma wewangian yang berpadu dengan aroma natural yang dikeluarkan oleh tubuh Alvan. Aku tidak dapat mendeskripsikan dengan baik entah parfum apa yang digunakan oleh pria itu atau bagaimana bisa berpadu sempurna dengan aroma tubuhnya. Hanya mengetahui bagaimana Alvan mengucapkan namaku tadi, aku pun tidak membenci bau aroma semakin menguat dan mengusik penciumanku.
Bau atau pun aroma, kulupakan sepenuhnya saat merasakan sesuatu yang basah menyapu bibirku yang terkatup gigi. Keterkejutan akan hal itu membuatku menganga. Dalam detik singkat, aku merasakan rasa hangat memenuhi bagian dalam mulutku.
Dengan segala tindakan yang pria jahat itu perbuat padaku, sebuah hal yang wajar jika aku menggigit lidahnya yang melakukan invasi pada mulutku hingga lepas. Terlebih ini merupakan ciuman pertamaku. Hanya saja saat ini tidak ada bagian diriku yang ingin menunaikan tindakan berdarah itu.
Aku hanya ingin tenggelam dalam ciuman yang diberikan oleh Alvan. Akal sehatku yang tersisa, mempertanyakan apakah kegilaan akan menggantikan posisi mereka sebelum akal sehatku pergi untuk berlibur. Mungkin, seperti dugaanku, aku sudah jatuh pada level yang sama seperti halnya Alvan-Gila. Tapi di bawah lidah pria gila itu yang mengeksplorasi mulutku, aku sama sekali tidak memedulikannya.
Bahkan saat permukaan renda bertekstur yang berada di gerbang kewanitaanku berganti dengan sesuatu yang hangat. Aku tidak peduli. Meski tahu persis benda yang menempel lekat dan tengah menggesek bagian femininku adalah bagian tubuh Alvan yang kuanggap menjijikkan.
Sensasi yang diberikan oleh bagian tubuh pria jahat itu, sangatlah jauh berbeda jika dibandingkan dengan permukaan celana baik milik Alvan-Gila atau pun milikku. Rasa hangat yang diciptakan, sama sensasinya seperti ciuman yang pria jahat itu berikan padaku. Membuatku lupa akan segalanya.
Tiap gesekan yang terjadi pada bagian femininku dengan bagian maskulin milik Alvan, membuatku merengek. Entah dikarenakan permohonan yang terucap agar pria jahat itu tidak menuntaskan apa yang kutuduhkan padanya atau suatu hal yang bermakna sebaliknya. Di mana aku berharap Alvan—dengan segala tuduhanku yang mungkin akan menjadi fakta jika ia melakukannya, memenuhi diriku dan membantuku menjalani proses menjadi wanita seutuhnya.
Namun, Alvan sama seperti sebelumnya. Selalu mengambil tindakan yang berlawanan dengan apa yang kuharapkan. Seharusnya, seorang yang kudampuk sebagai penjahat kelamin, tanpa ragu akan melakukan penetrasi dan merampas kegadisanku dengan sikap tidak acuh. Entah dikarenakan apa, pria jahat itu tidak melakukannya.
Sebagian diriku menaruh kecurigaan Alvan-Kambing bertindak seperti itu dikarenakan ingin membuatku merasa frustrasi dan merusak asumsi yang kuciptakan akan ia sebagai inkarnasi-iblis-kejam-yang-merupakan-penjahat-kelamin. Sebenarnya, masih banyak teori yang kumiliki akan kecurigaan dari tindakan Alvan oh-si-pria-jahat itu. Tapi apa pun itu, terlupa saat Alvan memaksaku untuk memusatkan perhatianku khusus padanya.
Belaian, ciuman juga keadaan tubuh kami yang tidak menyatu namun melekat erat, mengenyahkan segala hal yang ada di kepalaku dan membuatku hanya dapat terpusat pada pusaran yang diciptakan oleh tindakan Alvan.
Entah berapa lama, aku tidak tahu. Hanya dapat mengetahui aku mendapatkan kenikmatan yang membuat pengalamanku yang kudapat dengan permukaan celana panjang milik Alvan tidak ada apa-apanya.
Alvan pun sama. Bagian tubuhnya yang tidak menggunakan pelindung, menyemburkan langsung benihnya pada bagian bawah perut dan permukaan kewanitaanku.
The Beloved Liar – Seventh Lie | 05 Oktober 2021