Tadinya David sudah siap jika akan banyak pasang mata yang memandang ke arahnya. Dia siap jika harus berhadapan bdengan semua guru yang akan memarahi ataupun memberikan banyak sanksi untuknya saat itu.
Namun baru ketukan pintu pertama, dan David sudah bisa mendengar suara seorang yang menyahut dari dalam ruang guru.
"Nona Bella? Ah... akhirnya kau datang juga, cepat masuk dan tutup kembali pintunya," sapa Naomi sedikit menoleh dari balik layar komputer yang berada di atas meja kerjanya.
David bisa melihat jika gurunya yang masih muda itu tampak sibuk dengan tumpukan kertas yang hampir menutupi wajahnya. Kacamata yang ia kenakan bahkan sangat menurun dan hampir melewati batang hidungnya yang runcing dan mungil.
"Apa anda sedang sibuk, Nona Naomi?" tanya David ketika dia sudah sangat dekat dengan meja kerja Naomi.
"Tentu saja tidak, maaf bisa beri aku satu menit saja. Aku hanya tinggal mengirim email ini saja," jelas Naomi tersenyum ramah. "Duduk dengan nyaman,"
"Te... terimakasih," jawab David menjadi kikuk dan segan. Entah mengapa dia merasakan jika Naomi menjadi lebih ramah dari sebelumnya.
David duduk pada kursi putih yang berada dekatnya, sambil memperhatikan keadaan sekelilingnya yang tampak sepi.
"Dimana yang lainnya?" gumam David heran, tapi pertanyaannya barusan terdengar oleh Naomi.
"Nona Bella, ini jam makan siang. Semua guru sedang menikmati makan siang mereka," jawab Naomi tanpa diminta.
"Makan siang? Aku pikir..." David bingung kenapa Naomi harus memanggilnya saat jam makan siang?
"Ah..." Naomi merentangkan kedua tangannya ke arah atas sambil membuat peregangan. "Akhirnya selesai,"
"Kau sudah selesai?" David melihat Naomi beranjak dari duduknya dan berjalan melewati David tanpa memberikan penjelasan.
"Maaf karena aku memanggilmu saat jam makan siang, Nona Bella. Apalagi ini saat jam makan siang, kau pasti lapar, bukan?"
Naomi berjalan ke arah pantry kecil, dia membuat dua minuman dan mengambil sesuatu dari dalam lemarinya. Tidak lama dia kembali lagi, dengan membawa nampan yang berisikan dua mug yang mengeluarkan kepulan asap tipis.
"Aku tahu kalau kau sangat suka coklat panas. Kau pernah bercerita jika Nana sering membuatkanmu cokelat panas," Naomi meletakkan mug putih dengan gambar beruang didepan David.
"Bella suka cokelat panas. Aku bahkan tidak tahu hal itu," batin David merasa aneh dengan perhatian Naomi yang menurutnya terlalu berlebihan.
"Semoga minuman cokelat buatanku seenak buatan Nana," Naomi memegangi gelas mugnya dan menyesapi minumannya dengan hati-hati.
"Kau... kau kenal dengan Nana?" tanya David dan dia belum menyentuh minumannya sendiri.
"Uhmm... ini sangat enak sekali. Ohh, Nona Bella. Kau harus mencobanya, ini sungguh nikmat. Ayolah, Kau harus mencobanya terlebih dahulu, kita masih memiliki banyak waktu luang," seringai Naomi semakin melebar dengan cepat.
"Uhmm... baiklah," jawab David terpaksa dan memgambil gelas mugnya. Mencium aroma cokelat yang segera tercium pekat di bawah hidungnya, dan perlahan dia menyesapinya dengan hati-hati.
"Bagaimana, kau suka?" Tanya Naomi dengan matanya yang berkilat-kilat saat menunggu reaksi Isabella.
"Tidak buruk," ucap David sedikit tersenyum.
"Uhm.... Biasanya kau akan memunculkan wajah yang penuh ceria. Jika seperti ini, aku merasa jika kau sedang dalam masalah," Naomi berusaha untuk menebak.
"Masalah? Maksudmu?"
"Bella? Hari ini aku melihat kau terlihat.... aneh," Naomi meletakkan gelasnya dan mendekati wajahnya ke arah wajah Bella.
"Maaf, sepertinya kita terlalu dekat. Kau tidak bisa sedekat ini denganku." David lupa jika dia berada di tubuh putrinya, dan Naomi seperti tidak terganggu dengan perkataannya barusan.
"Kenapa kau bicara seformal ini? Apa yang terjadi antara kau dan ayahmu, Bella?" tanya Naomi yang menatap curiga.
David mengeryit dengan heran, dia benar-benar tidak paham dengan perkataan Naomi barusan. Tiba-tiba wanita muda dihadapannya memegangi kedua bahu David dengan erat.
"Bella, katakan padaku. Kau harus jujur, apa yang sebenarnya terjadi?" cengkraman bahu Naomi semakin erat.
"Katakan padaku, Bella. Apa ayahmu melukaimu, apa dia melakukan hal yang jahat atau semacamnya?"
"Hah? Kenapa bisa kau berpikir seperti itu, Nona Naomi? Aku sungguh tidak mengerti apa yang kau katakan," ujar Davis semakin dibuat bingung.
"Oh... Bella, kau ingat apa yang pernah kita katakan saat berada di atap?" Naomi membelai lembut sisi wajah David.
Meskipun wajah itu adalah wajah Isabella. Tapi tetap saja, dalam tubuh itu adalah David Mahendra, seorang pria dewasa yang menganggap sikap Naomi adalah perbuatan yang menggoda dirinya saat itu.
David bisa melihat wajah Naomi yang memiliki paras manis dan cantik. Rambut panjang yang bergelombang menambah kesan dewasa yang berbeda, dari wanita seksi yang seringkali di temui oleh David.
"Oh... Bella, kenapa wajahmu menjadi memerah seperti ini. Jadi ... sungguh ayahmu melakukan sesuatu kepadamu, dan ..."
Naomi tidak bisa melanjutkan perkataannya, karena pintu ruangan tiba-tiba terbuka. Sosok pria dengan setelan jas yang rapi, muncul dengan wajah yang penuh kejutan.
"Tunggu! Apa yang sedang kalian bicarakan!"
Isabella dengan tubuh ayahnya baru saja muncul. Dia berteriak dengan lantang di ruang guru, yang hanya ada Naomi dan Davi dengan tubuh putrinya saat itu.
"Siapa dia?" tanya Naomi heran.
"Kau! Kenapa kau bisa ada disini?" David beranjak dari duduknya, dan amat terkejut saat melihat putrinya yang sudah berdiri di ambang pintu.
"Kau mengenal pria itu?" tanya Naomi semakin penasaran dan menunggu jawaban.
"Dia... dia ayahku," ucap David menjawab dengan gelisah, tapi sepasang matanya melotot kesal ke arah putrinya sendiri.
"Oh... jadi dia ayahmu!" Naomi menggulung lengan bajunya hingga siku, dan menunjukkan sikap kesal sambil berjalan ke arah tubuh David.
"Eh... Halo Nona Naomi, aku pikir sepertinya ada kesalahan yang ..." Bella mencoba memberikan penjelasan ketika melihat wajah sangar walik kelasnya.
Tapi hal yang terjadi berikutnya, membuat Isabella dan David tercengang menatap tidak percaya.
"Plak...!!!"
Naomi baru saja memberikan tamparan keras ke arah wajah David. "Baguslah kau datang, karena banyak hal yang harus aku bicarakan denganmu, Tuan David!"
"Kenapa kau menamparku, Nona Naomi?" tanya Isabella mengusap pipi kanannya yang memerah.
Bahkan David sudah mendekati kedua orang yang mungkin saja bertikai, dia segera menyelinap di antara keduanya.
"Tunggu, ada apa ini?" tanya David sambi mendongak. Dengan tubuh kecilnya dia merasa salah jika berada di antara Bella dan Naomi.
"Bella! Apa kau bisa menunggu diluar. Saat ini ada banyak hal yang harus aku bicarakan dengan ayahmu," perintah Naomi tanpa melihat ke arah tubu Bella.
"Tapi... aku..." David berusaha untuk mencari alasan agar tetap berada di antara putri dan gurunya saat itu.
"Tenang saja, Bella. Tidak akan terjadi apapun antara aku dan ayahmu. Aku hanya harus bertanya kepada ayahmu, dan ini tidak akan lama," ucap Naomi lebih meyakinkan.
"Uhmm..." David tampak ragu untuk menurut. Tapi dia dia tidak memiliki alasan tepat karena saat ini, dia berada dalam tubu Isabella.