Chereads / Yes, Nona / Chapter 4 - Perkenalan

Chapter 4 - Perkenalan

Franz masuk ke dalam ruangan berukuran luas. Ia memandang beberapa wajah orang-orang yang sudah berkumpul di dalam ruangan yang biasa di gunakan rapat tersebut. Langkah kakinya pelan dan pasti. Waren menarik kursi lalu mempersilahkan Franz duduk di kursi tersebut. Franz melirik ke arah Nona sekali lagi sebelum duduk pada kursi yang di sediakan untuknya.

Tidak banyak kalimat yang ia simak dan ia pahami. Franz hanya fokus pada wajah cantik dan lekuk tubuh wanita yang berjarak beberapa meter darinya. Kedipan mata, bibir yang merah dan basah hingga helaan napas yang tenang membuat Franz seakan mematung. Ia kagum dengan wanita yang baru saja ia temui itu.

"Mr. Franz, silahkan tanda tangan di sini. Semua yang saya jelaskan tadi juga sudah tertulis jelas di dalam surat perjanjian ini," ucap Nona sambil menyodorkan berkas di atas meja Franz.

Franz melirik berkas yang siap untuk ia tandatangani. Sorot matanya memandang Walen karena bingung. Ia tidak mendengar apapun tadi. Semua yang di katakan Nona seperti air yang mengalir namun tidak terasa alirannya.

Waren mengangguk pelan sebagai kode semua baik-baik saja. Franz mengukir senyuman tipis sebelum melekatkan pena miliknya di atas kertas tersebut. Setelah ukiran tanda tangannya jelas dan cukup, Franz memberikan berkas itu kepada Nona lagi.

"Senang bekerja sama dengan anda, Mr. Franz," ucap Nona dengan senyum ramah.

Franz mengangguk pelan, "Senang bekerja sama dengan anda, Miss Nona hmm... Buk Nona?" Ada keraguan di setiap kata yang di ucapkan oleh Franz saat itu.

Tawa Nona pecah detik itu juga. Wanita itu terlihat sangat riang walau ia hanya membuat lelucon kecil yang menurutnya biasa saja.

"Anda pria yang cukup humoris, Mr. Franz. Apa memang seperti ini karakter pria-pria Jerman?" ucap Nona sambil mengambil kopi yang ada di hadapannya.

Hanya ada Nona dan Franz di ruangan itu bersama dengan asisten kepercayaan mereka. Investor lainnya telah pergi saat penjelasan dan urusan kerja sama itu selesai. Sejak awal, memang Franz yang menjadi tamu penting bagi Nona. Selain investor asing dengan keuntungan yang fantastis, Franz juga tamu kehormatan karena menjabat sebagai Putra konglomeret terkenal.

"Tidak terlalu. Saya benar-benar bingung menyapa anda. Anda memiliki nama yang sama dengan sebutan Miss. Apa ada nama lain yang bisa saya ucapkan selain kata Nona?"

"Beberapa orang memanggil saya Anastasya. Karena memang nama saya Nona Anastasta. Tapi, hanya orang tertentu. Sebagian besar memanggil Nona." Nona mengedipkan sebelah matanya dengan bibir tersenyum indah.

Franz mengangguk pelan, "Aku lebih suka dengan sebutan Buk Nona."

"Mr. Franz, anda bisa memanggil saya dengan sebutan Nona saja. Usia anda juga lebih tua dari saya. Itu tidak masalah, mengingat anda juga jauh lebih terhormat dari saya juga," sambung Nona dengan tawa kecil.

"Baiklah, senang bertemu dengan anda, Nona." Franz beranjak dari kursi yang ia duduki.

"Senang bertemu dengan anda, Mr. Franz."

Franz memperhatikan sekali lagi setiap lekuk tubuh Nona sebelum memutuskan untuk pergi. Sudah cukup hari ini. Sejak tadi ia sudah sangat kesulitan menahan hasrat yang siap memucak ke permukaan. Suara Nona yang terdengar seksi seperti satu desahan untuk membangkitkan hasratnya.

Franz sendiri tidak tahu, kenapa ia bisa berhalusinasi hingga separah itu. Sambil berjalan cepat dengan tatapan ke arah depan, Franz kembali mengumpat di dalam hati.

"Dia wanita yang cantik tapi terlihat cukup mudah bergaul dengan pria. Aku berpikir kalau dia juga wanita yang tidak baik. Aku cukup sering bertemu dengan wanita seperti itu. Wanita penggila harta dan tahta. Ia pasti siap melakukan apa saja yang aku inginkan tanpa di paksa," gumam Franz di dalam hati.

***

Frans keluar dari dalam kamar mandi dengan celana pendek dan bertelanjang dada. Ada handuk kecil yang ia genggam untuk mengeringkan rambutnya. Sorot mata abu-abunya menatap wajah wanita yang kini terlelap di atas tempat tidur.

Frans berjalan mendekati tempat tidur tersebut. Dipandangnya dengan seksama wajah wanita yang kini ada di hadapannya. Jemarinya menyingkirkan sebagian rambut yang menutupi wajah Nona. Untuk beberapa detik Frans harus tertegun melihat wajah ayu dan manis wanita yang ada di hadapannya.

Jemarinya yang semula ada di dahi Nona mulai berjalan dengan lembut melewati hidung Nona yang mancung sebelum berlabu di bibir merah dan basah. Tanpa Frans sadari jemarinya mengusap benda merah yang memabukan itu. Hingga tubuhnya secara spontan menunduk dan mengecup bibir itu lagi.

"Harrgh! Kau memang wanita penggoda!" umpat Frans kesal karena lagi-lagi ia harus bergairah.

Frans mengatur debaran jantung dan napasnya yang tidak lagi normal. Hatinya mulai bimbang saat dihadapkan dua pilihan yang cukup sulit. Jika saat ini ia bukan pria pertama Nona mungkin ia sudah menyerang Nona lagi tanpa permisi.

"Dia tidak akan tersiksa jika aku membuat wanita ini menikmati semuanya." Pikiran jahat itu kembali muncul.

Hawa nafsu telah berhasil menutup hati nuraninya. Frans memang sangat membutuhkan Nona saat ini. Hasratnya sangat butuh pelepasan! Frans kembali mengecup bibir Nona. Kali ini wanita itu justru membalas sentuhannya. Pikiran Frans semakin buntuh. keadaan wanita yang kini ada di bawahnya, tidak lagi ia perdulikan. Bibirnya mulai bermain-main di bibir Nona. Sentuhannya terus berganti-ganti dari bibir atas ke bibir bawah. Frans harus memancing Nona agar wanita itu benar-benar siap untuk dirinya.

"Leon, aku sangat mencintaimu," igau Nona.

Tiba–tiba tubuh Frans menjadi kaku. ia cepat–cepat melepaskan tanganya agar menjauh dari tubuh Nona, "Beraninya kau menyebut nama pria itu di ranjangku!" ucap Franz kesal.

Hasrat yang tak terkendali hilang begitu saja. Entah kenapa hatinya merasa cemburu. Walaupun ia baru saja mengenal Nona. Franz ingin beranjak dari tempat tidur dan menjauh. Pikirannya kini di penuhi dengan minuman keras yang cukup mengasyikan. Tiba-tiba lengannya seperti di cengkram kuat. Nona menahan tubuh Franz agar tidak menjauh darinya.

"Kau boleh pergi. Tapi ijinkanku memelukmu sekali saja." Suara wanita yang ada di hadapan Franz terdengar lirih dan sangat menyayat hati.

"Apa sebenarnya yang di lakukan oleh pria itu kepadamu? Kalian sudah menikah, namun bercerai. Kau sangat mencintainya dan dia juga terlihat sangat menginginkanmu." Malam itu Franz mulai luluh karena tetes air mata yang di keluarkan oleh Nona. Ia mulai mengatur posisi tubuhnya.

Jemari Franz menghapus air mata yang di keluarkan oleh Nona. Franz juga menarik tubuh Nona kedalam dekapannya sebelum akhirnya ia memejamkan mata. Hasratnya tidak lagi terpancing walau kita wanita yang ia peluk tidak menggunakan sehelai benangpun.

"Tidurlah, malam ini aku akan menjadi pelindungmu. Siapapun itu, tidak akan aku biarkan menggangu hidupmu walaupun dalam mimpi," ucapan Franz ditengah malam yang sunyi seperti sebuah janji tidak teringkari.

Dengan sadar dan tulus ia berjanji untuk melindungi wanita yang kini ada di dalam dekapannya. Tidak peduli apa yang akan ia terima esok pagi. Hati dan tangan Franz seakan terikat kepada wanita yang baru saja dua kali ia temui.

Franz memejamkan mata dengan napas yang mulai teratur. Satu tangannya menjadi bantal ternyaman bagi Nona. Satu tangannya lagi berada di punggung wanita itu. Lama-kelamaan Franz mulai larut dalam tidurnya. Baginya tubuh wanita yang kini ia peluk seperti sebuah guling hangat yang unik dan asyik. Bibirnya mengukir senyuman sebelum mengucapkan  kalimat di dalam hati.

"Aku tidak pernah secandu ini kepada wanita. Kau wanita pertama yang membuat jantungku berdebar cepat. Tubuhmu yang hangat seperti selimut yang sangat lembut."