Chapter 2 - Eps. 2

"Uhhhhhh...."rintihku sakit.

Suara bising mengitari ku. Ku buka mataku perlahan, aku pun terkejut dengan banyaknya orang di sampingku. Seorang wanita pun memeluk ku tiba-tiba dengan tangisan air matanya.

"Syukurlah kamu sudah bangun, terimakasih Dewa Agung"ucapnya mengecup keningku. Aku pun mendorongnya cukup keras. "Anakku"

"Siapa kau?!!"tanyaku dengan nada datar.

"Wanita itu pun menangis tak percaya, dan seorang pria tua memeluknya.

Aku pun memandang sekilas pakaian mereka. Mungkinkah kerajaan?

"Dia itu ibunda. Apa kau lupa kak?"seorang gadis menjawabnya.

Cantik sekali, rambut pirang mata biru dengan gaun biru putih tampak menatap ku dengan sayu. Ia pun mendekati ku, mungkin seumuran denganku atau lebih muda.

"Kau siapa?!"tanyaku ketus.

"Kak....kau juga lupa aku? Aku Yu Hui kembaranmu"

"Apa?!!"

"Tabib, apa yang terjadi dengan anakku?"tanya pria tua itu yang sepertinya adalah raja karna mahkota di kepalanya.

"Putri Yu Huan telah terbaring hampir 3 bulan, mungkin ada beberapa gangguan pada ingatannya untuk sementara waktu. Biarkanlah Putri beristirahat untuk beberapa agar pemulihannya cepat"

"Keluar!!!"ucapku ketus. Entah kenapa mereka semua serentak keluar. "Aagghhh!!!"keluhku karna sakit kepala yang menyerang tiba-tiba.

Sringgg...srashhhhhh...

Suara bilah pedang yang nyaring diiringi darah yang memancar.

"Ing....ingatan siapa ituu? Aagghhh!!!"

"Nona"ucap seorang pelayan wanita dengan takut.

"Siapa kau? ada apa?!"

"Saya Xin Er, pelayan Nona"

"Pelayan? Apa kau sudah lama bersamaku?"

"Ii....iya Nona, sudah hampir 2tahun ini"

"Apa ada orang selain kau yang berada di sampingku?"

"Hanya saya seorang Nona, yang...yang selalu berada di samping Nona"

"Lalu....."

"Nona, saya sangat khawatir"ucapnya memelukku erat.

"Ada apa denganmu?!"ucapku sembari mencengkeram pundaknya.

"Uhh"rintihnya menahan sakit.

"Ada apa?!" Ia hanya menunduk, aku pun menarik bajunya hingga terbuka setengah. "Siapa yang berbuat ini?!!!"tanyaku ketus saat melihat luka memar di pundaknya.

"Nona, ini sudah tidak sakit lagi. Yang terpenting Nona sudah tersadar....."

"Aku tanya!!!!! Siapa yang memukulmu?!!!!" tanyaku mulai meninggi.

Seketika Ia pun menunduk.

"Ampun Nona, Nona tidak sadarkan diri selama 3bulan karena kelalaian Saya. Jadi luka ini, Saya pantas mendapatkannya"

"Apa maksudmu?!!!"

"Ampun Nona"ucapnya ketakutan.

"Jelaskan!!!!"ucapku dengan nada dingin.

"Saat itu Nona bertemu berdua dengan Selir Yue. Karna saya pikir penting, Saya meminta pangawal untuk tidak menggangu. Namun Nona justru tertusuk didada dan pada saat itu Saya menemui Nona sudah mengapung di kolam. Dan luka ini, cambukan yang di berikan Ratu atas kelalaian saya"

"Selir Yue?"

"Beliau adalah selir ke-3"

"Kau keluarlah dan minta tabib obat oles untuk lukamu"

"Baik Nona, apa Nona masih perlu sesuatu?"

"Tidak, aku hanya ingin istirahat. Keluarlah"

Xin Er pun undur diri dengan hormat.

Pagi hari pun tiba. Aku terbangun saat cahaya menyelinap dan mengenai mataku. Seseorang pun mengetuk pintu kamarku, dan beberapa pelayan wanita tampak masuk dengan membawa barang bawaan.

"Ada apa?"

"Saatnya Nona mandi"jawab Xin Er.

"Maksudnya.....disini?"tanyaku bingung.

2 jam kemudian aku telah rapi dengan gaun berwarna merah berhelai merah muda. Dan Xin Er memberi sentuhan make up sedikit.

"Tubuh gadis ini lumayan, rambut hitam kemerahan dan bola mata merah. Dada yang lumayan besar dan porsi tubuh yang seimbang. Dan terlebih aku cantik"gumanku tertawa geli.

"Nona tampak sempurna"ucap Xin Er. Aku pun tersenyum senang.

"Oh iya, apa kau tau gadis yang hampir mirip denganku? Berambut perak"

"Dia Nona Yu Hui, kembaran Anda Nona"

"Kembaran ku?"

"Iya, dia berbakat dalam bidang memanah dan penari yang indah....."ucapnya terhenti saat tatapanku datar mengarah ke dirinya. "Maksud Saya, Nona lebih berbakat dari dia. Walaupun Nona Yu Hui bakat memanah tapi Nona Yu Huan...."

"Sudahlah, aku ingin jalan-jalan"

"Hm?"

"Aku harus mulai belajar banyak hal. Ingatan gadis ini, dia menjadi yang paling kejam. Apa maksudnya aku terperangkap dalam tubuh tokoh antagonis??!! Jika memang gitu, kerajaan ini akan runtuh di tanganku. Untuk sementara waktu aku harus berhati-hati"

"Nona?"ucap Xin Er membuyarkan lamunanku.

"Oh iya"

Aku dan beberapa pelayan pun berjalan di taman sekitar. Dari kejauhan Yu Hui datang dengan pelayanannya. Ia pun tersenyum manis ke arahku sembari menyapa.

"Kak Yu Huan, kakak sudah sehat?"

"Kau bisa lihat sendiri kan!"jawabku ketus.

"Syukurlah, aku berdoa setiap hari di kuil agar kak Yu Huan cepat sembuh"

"Terimakasih atas kekhawatirannya"jawabku singkat. Dan itu pun membuat semua tercengang. "Ada apa??!!"tanyaku. Tatapan gadis itu pun menjadi sayu.

"Untuk pertama kalinya kak Yu Huan mengucapkan terimakasih padaku"ucapnya dengan nada lirih. "Apa kakak mau minum teh denganku?"

"Aku....."

"Ayolah kak, kumohon"

Kami pun duduk di taman dekat kolam sembari meminum teh. Para pelayan pun berdiri di sekitar kami dengan pandangan menunduk.

"Sejak terakhir kali 3 tahun yang lalu, kita baru bisa minum teh bersama lagi"ucap Yu Hui.

"Apa maksudmu?!"

"Kak Yu Huan, dulu kau sangat hangat dan ceria. Aku tau sejak ulang tahun kita yang ke 15thn kakak harus kehilangan calon tunangan kakak. Dan kakak menuduh Yu Hui yang melakukannya....."

"Aku permisi"ucapku langsung berdiri.

"Tunggu kak! Sungguh demi dewa bukan aku yang melakukannya. Aku melihat dia berselingkuh dengan pelayan. Aku hanya menakutinya dengan pisau dan dia....."

"Cukup!!!!!"ucapku tegas.

"Dalam ingatan gadis ini, Ia melihat Yu Hui menusuk calon tunangannya dan mendorongnya ke kolam. Sungguh kejam"

"Yu Huan"

"Yang Mulia Ratu, ibunda"ucap Yu Hui menunduk hormat, diikuti seluruh pelayan. Aku hanya memalingkan wajah sebentar.

"Aku senang, akhirnya kalian berbaikan lagi"

"Aku...."

"Kak Yu Huan kan memang kakak terbaikku"

"Tidak biasanya kau bawa pelayan yang cukup banyak"ucap Permaisuri Wu padaku.

"Aku akan menyuruh mereka kembali!"

"Yu Huan..."

"Aku permisi!!"ucapku berpaling diikuti pelayan-pelayan ku.

"Yu Huan"

"Kak Yu Huan"

"Xin Er, suruh pelayan yang lain kembali. Dan kau ikut aku!!"

"Baik Nona"

Aku pun menjauh dari tempat itu.

"Menurut ingatan gadis ini, ibunda memang baik. Tapi dalam situasi tertentu dapat termakan omongan dari Yu Hui. Sungguh kembaran ku yang dramatis"

Aku kembali ke kamarku di Paviliun Yu Huan. Yahh paviliun utama yang menjadi daerah kekuasaan ku. Ku rebahkan tubuhku yang tak bertenaga.

"Nona"suara Xin Er membuatku terduduk.

"Ada apa?!"

"Kasim dari istana datang dan membawa pesan bahwa Yang Mulia Raja meminta Nona untuk ke aula kekaisaran"

"Aula Kekaisaran itu cukup jauh. Aku malas, tolak saja!!"

"Baik Nona"ucap Xin Er lantas pergi.

"Aku yang disini jadi tokoh antagonis. Tunggu!!!! kesamaan nama ini.....buku ituuu!!! Yahhh buku itu, sial aku tidak ingat terakhir kali aku kenapa"ucapku meremas kepala. "Jika benar aku jadi tokoh antagonis, maka aku akan segera...."

"Nona"

"Apa lagi?!!"

"Ituu....."

"Salam Yang Mulia Tuan Putri Yu Huan, Saya Wui Kasim yang diutus Yang Mulia Raja untuk...."

"Pergi!!!"jawabku datar.

"Tuan Putri...."

Aku pun beranjak dari tempat dudukku dan menghampirinya.

"Aku bilang pergi!!!!"ucapku ketus dengan tanganku yang ku ayunkan dan muncullah sebilah pedang yang mengarah ke leher Kasim itu.

"Tu....tuan Putri. Tolong jangan menyusahkan saya"ucapnya dengan nada takut.

"Pergilah, aku akan menemuinya dalam waktu 2jam"

"Baik Tuan Putri. Saya undur diri"ucapnya membungkuk hormat.

Aku pun menggenggam pedang itu, dan mengayunkannya.

"Aagghh!!"ucap Xin Er saat pedang itu hampir mengenainya.

"Maaf. Apa menurut mu ini...asli?"

"Tentu saja Nona, itu pedang naga emas legendaris milik Nona"

"Aku tidak tau pedang seringan ini, ehhh....." pedang itu pun luput dari tanganku dan terjatuh.

Dungggggg.....

Xin Er hanya melihatnya sembari menunduk.

"Apa cuma aku yang merasa....pedang itu jatuh seolah benda yang...sangat berat?!"

"Nona lupa ya? Itu adalah pedang jiwa. Hanya pemilik nya yang dapat mengangkatnya. Dan beratnya tak ternilai"

"Hah???!!!!"ucapku terkejut.