Chereads / Hell Keeper (Jigoku No Ban'nin) / Chapter 2 - CH 1 - Mirai - Part One

Chapter 2 - CH 1 - Mirai - Part One

Kota J, Pukul 09:00 Pagi, Rumah Keluarga Mirai.

Seorang remaja perempuan cantik sedang berpakaian di depan cermin.

Dia memakai setelan pakaian favoritnya yang selalu dia pakai saat pergi kemana saja. Kemeja berwarna merah, Rompi tipis berwarna hitam, Dasi berwarna hitam, Celana panjang berwarna hitam, Topi bundar style Panama berwarna merah dengan garis hitam, Syal panjang berwarna merah di lehernya dan sarung tangan warna hitam. Tidak lupa dia membawa Eye patch hitam kainnya tapi dia belum memakainya dan masih mengantunginya.

Dia melihat ke arah cermin yang besar dan mengucapkan-

"Ok. Sempurna"

Setelah mengucapkan itu, Dia mengambil tasnya yang berada di atas kasur lalu pergi keluar dari kamarnya yang berada di lantai 2 menuju ke lantai 1.

Di lantai satu rumahnya dia melihat ada seorang remaja laki-laki yang sedang duduk di sofa yang besar sambil membaca Novel bergenrekan Misteri.

Remaja laki-laki itu mengenakan kaos hitam ketat dan celana panjang jeans berwarna abu-abu. Biasanya dia terlihat menggunakan jaket berwarna merah dan topi berwarna merah juga celana camo berwarna coklat muda, Tapi karena dia sekarang berada di rumah dia tidak mengenakannya. Dia hanya mengenakan setelannya itu jika berada di luar rumah saja.

Si perempuan mendekati si laki-laki dan mengajaknya berbicara sebentar.

"Dimana Gold?"

"Gold sedang keluar. Katanya ingin ketemu teman-temannya"

"Dimana?"

"Entah"

"Begitu ya. Kalau begitu aku juga ingin keluar"

"Kemana?"

"Ke Cafe Hana"

"Ada keperluan"

"Aa, Aku ingin bertemu dengan Monika"

"Pastinya. Apa yang kalian ingin bicarakan?"

"Sesuatu"

"Hmmm"

"Kalau begitu, Sampai jumpa nanti malam"

"OI! Jangan sampai malam! Dan jangan lupa penutup mata mu"

"Tenang saja"

Si perempuan pun langsung pergi ke arah pintu, Memakai sepatu lalu langsung pergi keluar dari rumah.

"Bertemu dengan Monika yaa...Hmph"

Si laki-laki itu merasa tidak terlalu peduli dengan urusan si perempuan.

.........

Alisia Mirai panggilan akrabnya 'Rizia' atau 'Riz', 20 tahun, Saudara kembar sekaligus adik dari Red'Ain Mirai, Remaja laki-laki barusan adalah Red'Ain Mirai kakak dan sekaligus juga saudara kembarnya. Dia juga memiliki seorang adik yang bernama Gol'D Mirai yang berbeda 1 tahun dengannya, Namun adiknya memiliki tubuh yang lebih besar juga tinggi yang lebih tinggi 20cm lebih tinggi dari mereka berdua.

Alisia terkenal akan sifatnya yang kuat dan terkesan Sadis dan kejam. Dia juga senang memerintah seseorang hanya untuk keperluan dan kemauannya terutama kemauan egoisnya dimana semua orang yang ia suruh selalu mengikuti perintahnya dan melaksanakan sesuai perintahnya. Alisia juga sangat suka untuk terus tersenyum tanpa sebab yang jelas namun terkesan dingin.

Alisia juga dikenal sebagai seorang perempuan yang mudah berbaur dengan orang lain tidak seperti kakaknya. Dia mudah menemukan topik pembicaraan dengan orang lain dan memiliki tingkat sosialisasi yang cukup tinggi.

Berkat kepribadian dan sifatnya yang seperti itu, Alisia juga terkenal akan kesantaiannya dan ketenangannya dimana dia selalu yakin kalau segalanya akan berjalan dengan baik sesuai rencana dan pikirannya.

Walaupun terkenal akan sifatnya yang sadis dan kejam, Alisia justru memiliki banyak teman dan koneksi dia juga sangat mudah untuk berteman dengan orang yang baru ia temui. Menurut teman-temannya, Mereka tidak masalah dengan sifatnya yang seperti itu karena untuk Alisia teman-temannya adalah orang yang sangat penting jadi Alisia tidak mungkin menyakiti atau menakuti teman-temannya.

Alisia kini dengan berjalan kaki dia sedang menuju Cafe milik adik kelasnya dulu saat SMA yang bernama Hana. Cafe itu adalah Cafe milik keluarga Hana dimana Hana bekerja disana membantu keluarganya sebagai pelayan. Cafe keluarga Hana sudah sering di gunakan oleh Alisia dan teman-temannya jika ingin berkumpul dan membicarakan sesuatu bersama. Cafe itu terletak di Distrik perbelanjaan Kota J dan cukup jauh berada di belakang bagian distrik perbelanjaan.

Alisia tidak memerlukan kendaraan apapun untuk sampai ke distrik perbelanjaan, Dengan hanya berjalan kaki Alisia bisa sampai di distrik perbelanjaan dalam kurun waktu tidak lebih dari 30 menit dan hanya kurang dari itu.

Alisia berjalan menuju Cafe Hana dengan tenang dan santai, Dia tersenyum dengan tenangnya sambil bersiul mengeluarkan nada-nada musik klasik yaitu "Eine Kleine Nachtmusik" dari Mozart. Alisia sangat suka musik klasik dimana dia memiliki banyak koleksi musik klasik baik di HP, Kaset dan komputernya.

Semua orang yang dia lewati memasang pandangan ke arahnya. Karena ke cantikan dan bentuk tubuhnya yang sempurna, Alisia selalu dengan mudah menarik mata orang-orang. Bukan hanya karna dan berkat tampang dan tubuhnya, Cara dia berpakaian dengan Stylish juga mudah memikat banyak orang.

Tapi bukan cantik atau imut yang ada di pandangan orang-orang terhadapnya, Melainkan sosok Remaja perempuan yang "Cool".

Tapi dia juga tahu apa yang membuat orang-orang melihatnya selain tampang dan rupanya yang cantik dan tubuhnya yang sempurna, Yaitu berkat warna matanya yang berbeda sebelah kanan dan kiri. Untuk menutupi itu, Alisia selalu memakai penutup mata berwarna hitam yang terbuat dari kain dimana dia selalu membawanya kemana saja dia pergi.

Dia berhenti sejenak untuk memakai penutup matanya yang dia pakai di sebelah kiri lalu melanjutkan jalannya menuju Cafe Hana.

Sesampainya di garis dan tanda masuk Distrik perbelanjaan Kota J, Alisia dapat melihat ada banyak orang yang sedang berbelanja dan berjalan-jalan di area distrik perbelanjaan Kota J. Alisia pun masuk ke area distrik perbelanjaan. Di tengah perjalanannya, Dia melihat ada 5 orang yang terlihat tidak begitu ramah sedang duduk di pinggir jalan sambil bermain kartu. Mereka terlihat asyik bermain dan tertawa bersama. Namun Alisia tahu kalau mereka bukan lah orang yang ramah dan Alisia juga tahu kenapa mereka ada di sini.

Setelah menuju kebagian yang cukup dalam dari Distrik perbelanjaan, Alisia sampai di Cafe Hana. Alisia kemudian masuk kedalam cafe Hana dengan tenang.

KRING! KRING! KRING!

Bunyi bell atau lonceng kecil yang ada di atas pintu masuk Cafe menandakan ada orang yang masuk dan keluar.

"Selamat datang~ A, Senpai~"

Orang yang menyambutnya adalah seorang gadis perempuan berumur 18 tahun, Dia adalah Hana Tsugumi pelayan dari Cafe keluarganya.

Hana Tsugumi, 18 tahun, Dia merupakan anak satu-satunya di keluarganya. Dia memiliki wajah yang cantik dan manis, Rambut potongan Bob cut berwarna coklat, Mata coklat yang indah dan memiliki figur tubuh yang pas untuknya.

Dia memakai kemeja berwarna putih polos, Rok pendek berwarna coklat dan stocking berwarna hitam. Hana adalah seorang perempuan yang sangat ceria dan jika ada sesuatu yang dia sukai maka dia akan sangat bersemangat. Terkadang Hana juga sangat mudah Penasaran.

"Selamat datang kembali, Senpai. Kali ini senpai sendirian?"

"Aku menunggu Monika datang. Apa dia sudah datang lebih dulu dariku?"

"Tidak, Monika-senpai belum datang"

"Kalau begitu aku tidak terlambat. Hana aku ingin meja yang biasa"

"Tentu saja. Selalu tersedia untuk Senpai"

Walaupun Alisia sudah tahu meja pesanannya, Dia masih tetap membiarkan Hana menuntunnya ke mejanya untuk menghargai tugasnya sebagai seorang pelayan.

Saat sampai di meja pesanannya, Hana mengambil tanda yang bertuliskan "Di Pesan" dari atas meja dan membiarkan Alisia duduk di kursi.

"Senpai ingin memesan apa?"

"Yang seperti biasanya"

"Baiklah. Mohon tunggu sebentar ya, Senpai"

Hana kemudian menuju kebelakang atau dapur untuk memberikan pesanan kepada orang-orang yang bekerja di dapur.

Sambil menunggu pesanannya tiba, Alisia dengan matanya (Hanya dengan mata kanan dimana yang kiri di tutup oleh penutup mata) melihat-lihat keadaan di sekeliling cafe. Cafe ini terlihat penuh dengan pengunjung dan cukup ramai, Walaupun terlihat ramai dan banyak pelanggan, Cafe ini tidak berisik sama sekali dan sangat tenang. Cafe ini menjadi tempat yang tepat untuk bersantai dan bertemu dengan seseorang.

Beberapa menit kemudian, Minuman pesanan yang di pesan Alisia datang. Hana yang membawakannya dan memberikannya kepada Alisia langsung.

"Terima kasih sudah menunggu, Senpai. Ini pesanan Senpai"

Hana memberikan Kopi Cappucino dengan susu kepada Alisia.

"Terima kasih"

"Apa ada lagi?"

"Nanti setelah Monika datang"

"Baiklah. Selamat di nikmati"

Hana pergi meninggalkan Alisia dan kembali ke pekerjaannya.

Sambil menunggu Monika untuk datang, Alisia meminum kopi pesanannya dan memasang earphonenya untuk mendengarkan musik klasik dari Smartphonenya sambil membaca novel bertemakan Mafia.

Setelah menunggu selama 30 menit, Monika datang tepat pada waktu yang mereka berdua janjikan.

KRING! KRING! KRING!

"Selamat datang~ A, Akhirnya Monika-senpai datang"

"(Akhirnya?)...Hai, Hana~ Bagaimana kabar mu?"

"Baik, Bagaimana dengan senpai?"

"Selalu baik~"

"Syukurlah kalau begitu"

Monika Rendrig, 20 tahun, Adalah seorang perempuan yang sangat cantik. Dia memiliki rambut panjang berwarna Coklat yang selalu dia ikat ponytail dan mata berwarna hijau, Tubuh yang sangat feminin dan memiliki lekukan tubuh yang benar-benar sempurna. Dia sekarang memakai kemeja berwarna abu-abu dan sweater berwarna coklat, Rok pendek berwarna Biru tua dan kaos kaki hitam di atas lutut.

"Apa Alisia sudah datang?"

"Tentu. Dia sudah datang sejak 30 menit yang lalu"

"(Sudah kuduga) Dia selalu cepat, Ya"

"Begitulah Alisia-senpai~ Kalau begitu, Kesini senpai"

Hana menuntun Monika menuju meja Alisia.

Alisia masih terlihat dengan tenang dan tersenyum sambil membaca Novel dan mendengarkan lagu klasik dari earphonenya.

"Alisia"

Monika memanggil Alisia dengan pelan. Walaupun Alisia memakai earphone, Alisia dapat dengan jelas mendengar panggilan Monika dimana dia langsung melepas earphonennya dan melihat ke arah Monika yang datang dengan Hana.

"Monika, Ahkhirnya kau datang juga"

"Maaf jika lama. Apa aku terlambat?"

"Tidak. Kau selalu datang tepat waktu seperti biasa"

Monika langsung duduk di kursi yang berhadapan dengan Alisia.

"Senpai ingin pesan apa?"

"Alisia, Apa yang kau pesan?"

"Cappucino"

"Kalau begitu sama dengan Alisia"

"Baiklah. Mohon tunggu sebentar, Senpai"

Hana langsung menuju ke belakang untuk menyampaikan pesanan Monika kepada yang bertugas di dapur.

"Apa yang sedang kau baca?"

"Novel Mafia"

"Kau sangat suka genre yang seperti itu, Bukan"

"Begitulah"

Tidak perlu menunggu lama, Hana datang dengan pesanan Monika dari belakang.

"Ini pesanan senpai"

"Cepat juga"

"Karena tadi Alisia-senpai sudah memesan cappucino, Air sudah di hangatkan dan bahannya masih di sediakan di belakang jadi membuatnya cukup cepat"

"Begitu ya. Kalau begitu terima kasih"

"Selamat di nikmati"

Monika meminum kopi Cappucino dengan susu itu dimana Alisia membereskan barang-barangnya yang ada di atas meja dia pinggirkan untuk menyisakan ruang di atas meja mereka.

"Mmm~ Ini enak"

Monika menaruh gelas yang masih berisikan kopi Cappucino itu di atas meja.

"Jadi..Ada perlu apa kali ini, Alisia?"

"Kau selalu langsung ke poinnya ya, Monika"

"Aku ingin langsung mengetahui segala macam urusan yang bersangkutan dengan ku"

"Kalau begitu..Bagaimana kalau kau minum seteguk dulu cappucino itu lagi"

"Kenapa?"

"Untuk menambah reaksi"

"Bukannya itu kepentingan mu sendiri dan keinginan mu untuk melihat reaksi ku"

"Memang"

"Kau selalu seperti itu, Bukan, Alisia"

Monika mengambil kembali secangkir kopi cappucino itu lalu langsung meminumnya sedikit.

Di saat Monika masih meminum Cappucino itu, Alisia langsung mengucapkan keperluannya dengan Monika.

"Apa menurut mu Hell Keeper menarik?"

COUGH!

Sekejap saat Monika mendengar itu, Monika hampir saja tersedak oleh kopi cappucino yang dia minum. Monika langsung menaruh secangkir kopi cappucino itu di atas meja sambil terbatuk-batuk.

"COUGH! COUGH! COUGH! Maaf...COUGH!...Emmm...Kau bilang apa tadi?"

"Aku tahu kau dengar. Aku tidak perlu mengulanginya"

"Serius. Hell Keeper?!"

"Ya"

Sekejap mereka berdua terdiam dan di hantui dengan keheningan di antara mereka.

Monika menatap lurus ke mata Alisia dimana Alisia hanya tersenyum sambil menatap lurus mata Monika. Mereka berdua saling menatap satu sama lain. Lalu di antara mereka akhirnya ada yang angkat bicara.

"Dengar..."

Monika yang memulai terlebih dahulu.

"Bagaimana kita akan memulainya kali ini?"

Alisia langsung tersenyum dengan tajam dan dari senyumannya tergambarkan kalau dia senang atas jawaban Monika.

Alisia menghubungkan kedua tangannya dan menaruh kedua sikunya di atas meja, Alisia kemudian menaruh dagunya di kedua tangannya yang terhubung lalu mulai berbicara.

"Di lihat-lihat..Jalan yang mana yang harus kita ambil terlebih dahulu?"

"Mengumpulkan kembali yang lain mungkin sedikit sulit mengetahui mereka sudah memiliki urusan yang lain-"

Monika mengambil kembali secangkir kopi cappucino itu lalu meminumnya sedikit dan kembali menaruhnya di atas meja.

"..Tapi jika kau ingin memujuk mereka kembali bergabung, Mungkin mereka mau. Mengetahui kalau mereka sangat menghargai mu..Lebih tepatnya setia padamu"

"Kalau begitu yang harus kita lakukan adalah mengumpulkan kembali 'Anak-anaknya'"

"Aa...Baru membentuk kembali 'Keluarganya'"

"Kita mulai dari siapa?"

"Yang paling utama kakak dan adik mu. Mereka kunci kekuatan kita..Di tambah Hiro"

"Aku sudah lama tidak melihatnya (Hiro) kemana dia?"

"Entah lah. Tapi dia tidak pernah pergi dari Kota J"

"Kalau begitu kita bisa cari Hiro. Dia tidak mungkin pergi jauh"

"Aku harap begitu..Dan ku harap 'Pedang Keluarga' ingin kembali"

"Kalau itu Sangat 'Harus'. Setelah itu?"

"Untuk sekarang kumpulkan saja mereka kembali. Sisanya setelah mereka semua kembali baru cari anak buah baru. Apa yang paling kau butuhkan? Soal mengurus lokasi dan tempat kau bisa mengirimkan 'Yang lain' dan nanti memberikan mereka anak buah untuk membantu mereka bekerja"

"Hmmm...Mungkin pengawal"

"Bukannya Red sudah menjadi pengawal Priadi mu. Dia kan 'Perisai Tertangguh' mu"

"Tidak mungkin aku membiarkan dia seorang diri menjaga ku. Mungkin Shiro ingin kembali bergabung"

"Kalau dia aku tidak terlalu yakin"

"Hmm..Memangnya kenapa?"

"Belakangan dia tidak ingin melakukan apa-apa dan selalu mengunci dirinya di kamar"

"Bukannya dia memang seperti itu"

"Jika tidak di paksa dia tidak akan bergerak. Aku tidak tahu apa kau bisa menariknya kembali bergabung"

"Tinggal waktu yang menentukan kalau mengenai dia. Omong-omong, Apa kau dapat info mengenai yang lain?"

"Sedikit. Mulai dari siapa?"

Alisia dan Monika mulai membicarakan teman-teman mereka yang dulu pernah menjadi anggota atau anak buah dari Alisia.

Satu-Persatu Alisia bertanya kepada Monika mengenai beberapa orang dan Monika menjawab tapi info yang Monika berikan tidak terlalu lengkap karena Monika juga tidak terlalu tahu detail mengenai keberadaan beberapa orang yang Alisia sebut.

"Begitu ya..Ini akan menjadi sedikit sulit"

"Memang. Kau harus melakukan berbagai macam cara agar mereka ingin kembali bergabung"

"Hmph~"

Alisia menyeringai dengan sombongnya. Dia tidak merasa resah sama sekali dan justru merasa percaya diri.

"Ada apa?"

"Aku tidak perlu memikirkan banyak hal untuk menarik mereka kembali. Tapi mereka yang akan kembali kepadaku"

"Hooo..Kau selalu percaya diri, Bukan begitu, Riz"

"Aku hanya yakin. Sangat Yakin"

Alisia meneguk kembali cappucino yang masih tersisa dari gelasnya.

Mereka berdua masih membicarakan mengenai Hell Keeper dan tindakan yang akan mereka lakukan untuk masuk ke Bisnis Hell Keeper.

Hell Keeper Kota J kini di pegang dan di tangani oleh seorang pria bernama Isamu Kurokawa. Dia sudah menguasai Kota J selama bertahun-tahun dan dia mendapatkan banyak ke untungan dari bisnisnya itu. Tapi tugas anak buahnya tidak pernah benar dan selalu meresahkan warga dan Isamu tidak peduli. Yang dia pentingkan adalah Uang yang dapat dia hasilkan dari bisnis Hell Keeper dan kekuasaan.

Isamu dan anak buahnya menguasai hampir seluruh area di kota J dan anak buah Isamu terbilang sangat banyak. Mereka selalu menggunakan banyaknya jumlah orang untuk memperlihatkan kekuatan mereka padahal belum tentu mereka semua terbilang kuat.

Kembali pada percakapan Alisia dan Monika, Sepertinya setelah berjam-jam memperbincangkan Bisnis Hell Keeper, Topik percakapan mereka sudah mencapai akhirnya.

Waktu sekarang sudah menunjukkan jam 15:30 sore dan Cafe akan tutup pada pukul 17:00 sore. Banyak pelanggan yang tadi memenuhi cafe kini sudah mulai berkurang dan Alisia juga Monika sudah ingin bersiap-siap menyudahi pertemuan mereka.

Di atas meja mereka ada banyak pesanan mulai dari minuman dan makanan ringan. Seluruhnya sudah mereka habisi seiring berjalannya waktu sebelumnya.

Monika meneguk tegukan terakhir dari minuman pesanannya, Setelah itu dia berbicara.

"Ada satu hal yang ingin ku tanyakan kepada mu sebelum kita pulang"

"Apa itu?"

"Kenapa repot-repot ingin menjalani bisnis ini dan masuk ke dunia Hell Keeper di saat hidup kalian sudah sangat nikmat seperti sekarang ini?"

"Hooo~"

"Orang-orang bilang, Udara di bisnis Hell Keeper itu busuk dan memang seperti itu, Tidak jauh dari kekerasan dan kejahatan. Keluarga mu sudah terkenal kaya begitu juga keluarga ku. Hidup kita sangat nikmat selama ini lalu kenapa kau ingin masuk ke Bisnis yang rusak seperti ini?"

"Hmmm~ Kenapa yaa~...Apa kau dapat menebaknya?"

"Hmph~ Padahal aku yang bertanya tapi kau balik bertanya. Ya, Tidak di ragukan darimu, Riz. Jika ku boleh tebak..Mungkin karna kau hanya 'Mau' saja"

"Hmmm~ Dekat. Tapi itu juga salah satunya"

"Sudah kuduga"

"Lebih tepatnya..'Bisnis ini adalah bisnis yang menguntungkan, Tapi bukan bisnis yang baik'"

"Jadi pada intinya..Kau hanya ingin mengambil keuntungannya saja..Begitu?"

"Entahlah~"

".....Begitu ya"

Monika mengambil barangnya dan meninggalkan uang di atas meja sebagai uang tips dan bayaran dari pesanannya. Dia kemudian berdiri bersiap untuk kembali pulang ke rumah.

"Yaa..Apapun itu, Aku sudah jelas akan kembali bergabung dengan mu. Walaupun 'Bisnis ini adalah bisnis yang buruk' tapi aku juga tertarik"

"Kalau kamu sendiri, Kenapa setuju dengan ku dan kenapa ikut bergabung dengan bisnis ini?"

"Seperti yang kau katakan dan seperti sifat ku juga..Karena ini 'Sangat Menguntungkan'. Kau bisa menghasilkan uang sangat banyak dalam sehari. 1 Juta tidak perlu menunggu besok~"

"Hmph~ Seperti yang di duga dari Monika. Dasar keluarga Rentenir~"

"Itu sudah mengalir di dalam darah ku~. Kalau begitu sampai jumpa dan selamat berjuang, 'Boss Besar'"

Monika pergi meninggalkan Alisia sendirian di mejanya dan pergi keluar cafe. Dari dalam cafe dan dari balik kaca terlihat kalau Monika datang ke cafe ini menggunakan Mobil mewah dan supir mobil itu dapat terlihat membukakan pintu untuk Monika. Setelah Monika masuk kedalam mobil dan pintu mobil di tutup oleh sang supir, Si supir masuk ke dalam mobil di kursi pengemudi dan membawa mereka pergi menuju rumah Monika.

"Hmph. Kau sudah sangat kaya dan dengan masuk ke bisnis ini kau akan menjadi semakin kaya, Ya. Cukup adil bagiku"

Hana mendekati Alisia yang terlihat sedang bersiap-siap untuk kembali pulang. Urusan Alisia sudah selesai hari ini dan Alisia ingin langsung bergegas pulang.

"Apa sudah selesai, Senpai?"

"Ya, Begitu lah"

"Itu perbincangan yang cukup lama, Bukan. Apa yang senpai-senpai bicarakan?"

Alisia membalik pertanyaan Hana dengan pertanyaannya sendiri kepada Hana.

"Hana"

"Ya?"

"Bagaimana anak buah Isamu mengurus distrik perbelanjaan di sekitar sini"

Hana cukup terkejut mendapat pertanyaan itu keluar dari mulut Alisia dengan tenangnya.

"I-Itu....K-Kenapa memangnya?"

Hana justru kembali bertanya dan tidak menjawab. Alisia langsung menelototi Hana dengan tajam.

"Hiiiikkk! K-K-Kalau S-S-Soal ituuuu...Bisa ku bilang...M-Mereka T-Tidak cukup baik"

"Hmmm"

"Hiiikkk! M-M-Maksud K-K-Ku...Mereka sangat buruk dan selalu meresahkan orang-orang yang datang. Uang iuran yang mereka minta juga kadang melebihi dari biasanya"

"Hmm..Begitu ya"

"K-Kenapa memangnya, Senpai?"

Alisia terdiam sejenak tidak menjawab pertanyaan Hana. Dia kemudian mengeluarkan uang dari dompetnya dimana dia menaruhnya di atas meja lalu menjawab pertanyaan dengan seadanya.

"Tidak ada. Bukan apa-apa. Hanya ingin tahu saja"

"O-Oh...B-Baiklah"

"Kalau begitu aku akan pergi. Terima kasih seperti biasanya, Hana"

"T-Tidak, B-Bukan apa-apa. Kami tunggu kedatangan Senpai kembali lagi seperti biasanya"

Alisia langsung keluar dari cafe dan menuju kembali kerumah.

Setelah Alisia sudah pergi dari cafe, Hana menghembuskan nafasnya lega dan berkata-

"Alisia Senpai terkadang sangat menyeramkan. Seperti biasanya, Senpai memang selalu mengerikan"

Hana mengambil uang yang Alisia dan Monika tinggalkan di atas meja. Setelah mengambil uang itu, Hana menaruh papan kecil bertulisan "Di Pesan" kembali ke atas meja.

Alisia kini berjalan dengan santai dan tenang sambil melihat keseliling distrik perbelanjaan di setiap jalan yang dia lewati.

Sekarang sudah sore dan kelihatannya sudah mulai sepi dimana orang-orang kini sedang berjalan menuju keluar area distrik perbelanjaan.

Di saat Alisia melihat keseliling, Terlintas di pikirannya kalau tempat ini cukup aman dan di penuhi orang-orang yang ramah..Tapi sayang anak buah Isamu sering merusak ketenangan disini dan suka mengganggu orang-orang.

Kebetulan juga, Di saat Alisia berjalan di pinggir jalan, Di depannya ada 5 orang yang sebelumnya terlihat tidak ramah. Tidak di ragukan lagi kalau mereka adalah anak buah Isamu yang bertugas untuk menjaga kondisi di sekitar area distrik perbelanjaan.

"Boss, Lihat itu"

Salah satu anak buah dari orang yang memiliki kedudukan tertinggi di Distrik perbelanjaan atau orang yang di utus oleh Isamu untuk mengurus distrik perbelanjaan ini, Memanggil bossnya dan menunjukkan kepadanya kalau ada seorang Remaja perempuan yang akan lewat melewati mereka di daerah mereka.

"Hooo..Gadis yang lumayan, Bukan~"

"Bagaimana menurut boss?"

"Hehe~ Kelihatannya uang jajannya cukup banyak~"

Alisia tahu apa yang akan terjadi jika dia melewati mereka di lihat dari tatapan mereka yang sudah melihat kearahnya dari tadi.

"Haaaaaahhh..."

Alisia menghembuskan nafas berat merasa kalau ini akan sedikit merepotkan.

Di saat Alisia berusaha untuk jalan melewati mereka, Alisia di hadang oleh mereka tidak di berikan jalan untuk lewat. Kebetulan di sekitar mereka sudah sepi dan tidak ada seseorang pun di sekitar mereka.

Kelima orang itu melihat rendah Alisia dengan senyuman sinis dan ada maksud tertentu dari tujuan mereka.

Alisia melihat ke arah mereka dengan sangat tenang menilai mereka bukan apa-apa.

"Hey hey hey~ Lihat siapa yang ingin lewat~ Apa baik seorang perempuan jalan sendirian tanpa di temani siapa-siapa~ Heeeeeeeee~"

Orang yang kelihatan sebagai boss yang mengurus distrik perbelanjaan ini meledek Alisia dan menertawainya dimana anak buahnya juga ikut menertawainya.

Alisia hanya terdiam dan tidak menghiraukan mereka.

Orang yang disebut Boss itu mengulurkan tangannya dan mulai memalak Alisia meminta uang sambil meledek Alisia.

"Kau tahu..Eheemmm..Kau kelihatannya punya uang jajan yang Lumayannnnnnn Banyak. Bukan begitu~ Bagaimana kalau kauuuu, Sebagai perempuan yang baik dan ramah bermata satu membagikan uang mu itu kepada kami~ Atau kauuu..Ingin memberikan kami yang lain selain uang melainkan dirimu sendiri~ Ehehehehehe~"

Sambil memalak dan mempermainkan Alisia, Mereka tertawa dan sangat yakin kalau Alisia akan memberikan mereka uang.

"Haaaaahhh..."

Alisia menghembuskan nafas berat.

Alisia mengambil tasnya dan mengambil sesuatu dari dalam tasnya.

Orang-orang yang memalak Alisia tersenyum lebar dan tertawa kecil.

"Gadis yang pintar~ Ibu mu pasti mengajarkan sesuatu yang baik kepada mu~"

"Ohhh..Dia memang mengajari ku sesuatu" Alisia menjawab dengan tenang.

"Hooo~"

Setelah mengambil sesuatu dari dalam tasnya, Alisia mendekati boss distrik perbelanjaan.

Dia terlihat tersenyum sangat lebar dan Alisia terlihat sangat serius dan tidak senang.

"Ayo, Berikan padaku~"

"Tentu"

Alisia mengulurkan tangannya..Tapi bukan mengulurkannya ke arah tangan yang terbuka menunggu uang jatuh ke atas tangan si pria melainkan, Alisia justru setelah mengulurkan tangannya dia menarik kembali tangannya kebelakang dengan tekanan lalu melemparkan pukulan yang sangat kuat ke arah perut si pria yang tubuhnya lebih besar dari dirinya.

"UUUGGGGHHH!!!"

Pukulan itu sangat keras dan sangat kuat membuat si pria itu terjatuh sambil memegang perutnya kesakitan.

"BOSS!?"

Bagaimana bisa Alisia seorang perempuan yang memiliki tubuh lebih kecil dari si pria dapat menjatuhkan pria itu hanya dengan satu pukulan, Itu di karenakan Alisia memakai Knuckle Duster/Brass Knuckle di tangan kanannya saat dia memukul dengan sekuat tenaga ke si pria.

Bukan dompet atau uang yang dia ambil dari dalam tasnya, Melainkan Brass Knuckle/Knuckle Duster dan memakainya di tangan kanannya.

"O~ Ini rokok favorit ku~"

Alisia mengambil sekotak rokok yang masih di segel dari kantung celana pria yang jatuh tersebut.

"O-OI! ITU PUNYA BOSS KAMI!"

Anak buah dari si pria itu mengancam Alisia di saat Alisia mengambil Rokok milik si pria dari kantung celananya. Alisia langsung membalasnya dengan tatapan yang sangat dingin dan tajam dengan raut wajahnya yang serius membuat takut dan gemetar 4 anak buah si pria yang terjatuh.

"Hiiiiiikkkkk!"

"Lalu. Kalau ini memang punya boss kalian lalu kenapa? Kalau aku ambil maka ini menjadi milik ku. Bukan milik boss kalian lagi"

"K-KAU! D-DASAR KAU-"

Di saat salah satu anak buahnya ingin marah, Alisia kembali menatapnya dengan sangat tajam seolah-olah tatapannya sangat mematikan dan dapat menusuk dan membunuh siapa saja yang melihatnya.

"HIIIIIIIIKKKK!!!"

Seluruh anak buah si pria itu langsung kembali ketakutan dan lebih takut dari sebelumnya. Mereka melihat Alisia seperti seseorang yang lebih mengerikan dan memancarkan Aura yang sama dengan Boss Besar mereka Isamu atau bahkan "Lebih Besar dan Lebih Mengerikan" dari Isamu.

Alisia mengangkat sebungkus rokok itu sejajar dengan wajahnya lalu mengucapkan-

"Terima kasih atas rokoknya. Kelihatannya kalian punya sesuatu yang lebih dari uang jajan di sini"

Di saat Alisia ingin pergi, Pria yang terjatuh itu memanggilnya sambil kesakitan-

"T-Tunggu...D-Dulu.."

"Hmmm"

Alisia melihat rendah si pria yang terjatuh akibat pukulannya.

"M-Mata satu...K-Kau...S-Siapa kau?"

Alisia menyeringai dan membalas.

"Tidak ada kepentingannya untuk mu. Tapi kau akan segera tahu..Siapa aku ini! Arrivederci~"

Alisia berjalan beberapa langkah lalu berhenti kembali karna ingat akan sesuatu.

"Oh, Dan omong-omong. 'Itu' yang Ibu ku ajarkan kepada ku"

Yang Alisia maksud dari "Itu" adalah cara memukul seseorang.

Setelah mengucapkan itu, Alisia langsung pergi meninggalkan mereka kembali pulang menuju rumah.

30 menit kurang perjalanan dari Distrik Perbelanjaan Kota J menuju rumah, Alisia akhirnya sampai di rumah.

"Aku pulang"

"Selamat datang"

Red masih terlihat membaca buku di atas sofa tapi kali ini Red membaca buku sambil berbaring di atas Sofa. Di atas meja di depannya ada sebotol Beer dan satu gelas kosong yang dia gunakan untuk minum beer.

"Minum beer jam segini. Apa tidak terlalu cepat"

"Hari ini cukup dingin makanya aku minum. Kau keluar juga tidak menggunakan Jaket mu yang biasanya"

"Terlalu mencolok. Lagi pula aku hanya ke cafe Hana"

"Hmmm..Begitu ya"

"Ya, Walaupun kalau boleh jujur memang dingin di luar"

Sesampainya di dalam rumah, Alisia melepas rompinya dan untuk sementara sebelum kembali ke kamar Alisia menaruh rompi dan topinya di atas meja di ruang TV. Alisia mengendurkan dasinya dan membuka satu kancing dari kemejanya.

Ruang TV dan jalan keluar dan masuk rumah sangat dekat dan kini Red dan Alisia sedang berada di ruang TV atau ruang keluarga tempat mereka berkumpul untuk bersenang-senang dan membicarakan apa saja.

Alisia menuju dapur untuk mengambil sebotol Beer dari dalam kulkas dan mengambil satu cangkir gelas khusus untuk meminum beer lalu kembali ke ruang TV dan duduk di sofa kecil yang berada di sebelah sofa besar yang di gunakan oleh Red.

"Sudah ada satu Beer di sini. Kenapa kau ambil satu lagi?"

"Itu punya mu, Ini punya ku"

"Hmm"

Alisia mengeluarkan sekotak rokok dari sakunya. Rokok itu adalah rokok yang berhasil dia curi sebelumnya dari seorang pria yang menjegatnya.

"Mau?"

Alisia mengulurkan rokok kepada Red ingin berbagi rokok padanya.

"Favorit mu?"

"Ya"

"Tidak"

"Kau sudah lama tidak merokok"

"Sedang tidak ingin"

"Baiklah. Semua untuk ku"

Alisia mengambil pemantik api dan menyalahkan pemantik api itu dan membakar ujung dari satu batang rokok tersebut. Alisia menaruh atau menahan rokok itu di mulutnya, Dia kemudian menuang beer ke cangkir mengisinya tidak sampai penuh.

Dengan tangan kirinya, Alisia mengambil rokok yang ada di mulutnya dan dengan tangan kanannya yang memegang secangkir beer, Alisia meminum beer itu dan meneguknya tidak sampai habis dan hanya sedikit saja.

"Kau kelihatan tidak begitu senang"

"Hmm..Begitulah"

"Apa yang terjadi? Bukannya kau hanya pergi ke Cafe Hana"

"Sepulang dari cafe Hana, Aku di jegat oleh orang-orang yang mengurus distrik perbelanjaan"

"Hooo..Aku merasa kasihan kepada mereka karena cari gara-gara dengan mu. Berapa korbannya?"

"Cuma satu, Padahal mereka berlima tapi sisanya tidak berani melawan"

"Lemah. Dan mereka menyebut diri mereka yang menjaga keamanan area sekitar"

"Kelihatannya tidak begitu. Seluruh anak buah Isamu tidak ada yang becus dalam melaksanakan tugas mereka dan yang mereka lakukan hanya bermain-main dan mengganggu saja"

"Hmmm...Memang sih"

Setelah itu, Di sekitar mereka menjadi hening untuk sementara. Alisia menghirup rokoknya dan membuang asapnya dari dalam mulutnya lalu kembali berbicara.

"Omong-omong..Soal perkataan ku kemarin-"

"Jadi itu yang kau bicarakan dengan Monika"

"...Aa, Begitu lah"

".....Bagaimana dengannya?"

"Dia langsung mau"

"Pastinya. Monika itu selalu ingin mendapat keuntungan yang lebih. Aku tidak ragu jika dia ingin mendapatkan ke untungan dari bisnis ini. Mengambil keuntungan dari bisnis Hell Keeper sangat besar. 1 Juta tidak perlu menunggu sampai besok"

"Lucu. Kau mengucapkan hal yang sama yang dia katakan"

"Karena memang seperti itu"

"Yaa..Monika sendiri pastinya lebih mementingkan uangnya sih. Tapi ke loyalitasannya kepada 'Keluarga' sangat besar. Uang yang ia berikan kepada kita jika kita perlu sesuatu juga tidak sedikit dan sangat banyak"

"Itu memang benar. Tapi..."

"Ada apa?"

"'Keluarga'..Ya..'Mirai Family' sudah lama di bubarkan, Jadi kau berencana untuk menarik semuanya kembali bergabung dengan 'Keluarga'. Seperti itu"

Alisia terdiam lalu kembali menghirup rokoknya dan mengeluarkan asapnya lalu menjawab-

"Ya. Memang hanya mereka yang dapat ku percayai"

"Aku tidak ragu dengan itu. Hiro sangat loyal tapi aku tidak tahu apa dia ingin kembali bergabung atau tidak. Yo tergantung dengan Hiro karena dia sahabatnya dan pilihan Hiro adalah pilihannya juga. 'Kedua mesin tempur Keluarga' juga mereka berdua bersahabat dan satu paket dan jika satu dari mereka tidak sependapat maka jawabannya 'Tidak'. Belum lagi yang lainnya"

"Lucu"

"Apa lagi?"

"Kau dan Monika juga mengatakan hal yang sama..Lagi"

"Berarti Monika juga sependapat dengan ku, Bukan. Itu artinya-"

Red menutup bukunya lalu berdiri dari berbaring dan duduk menyamping menghadap Alisia lalu melanjutkan kembali perkataannya.

"...Sangat susah mendekati mereka kembali. Mustahil untuk membujuk mereka kembali ke 'Keluarga'"

"Lucu"

"Aku dan Monika mengucapkan hal yang sama lagi?"

"Kurang lebih begitu. Tapi aku tidak dapat membantah itu, Itu memang benar tapi..Aku percaya mereka akan kembali. Sekalinya anggota dalam 'Keluarga' tetap menjadi anggota 'Keluarga'. Ingat, Tidak ada kata 'Mustahil' dalam kamus 'Keluarga'"

Red melihat Alisia yang sangat dia kenal akan kepercayaan dirinya dengan tatapan yang serius namun wajah yang datar.

Red kemudian kembali berbaring di atas sofa dan menutup matanya lalu berkata-

"Hmmmm...Begitu ya"

"Kakak sendiri bagaimana?"

"Soal bergabung atau tidaknya?"

"Ya"

Red terdiam sejenak. Dia memikirkan beberapa hal di dalam kepalanya sebelum menjawab. Akhirnya, Red menjawab pertanyaan Alisia-

"Aku ini 'Perisai Tertangguh' mikil mu. Sekaligus kakak mu. Tentu aku akan ikut bergabung. Aku juga sudah lama tidak 'Berolahraga'"

Alisia tersenyum sambil menutup matanya merasa berterima kasih dan senang mengetahui kalau kakaknya dengan senang hati mendukung dan membantu Alisia. Alisia kemudian meneguk kembali beer miliknya sedikit.

"Itu jawaban yang langsung. Lucu, Sama seperti Monika. Dengan begitu, Dua orang yang sangat penting secara resmi bergabung kembali dengan 'Keluarga', Monika sumber uang kita dan Kakak sebagai 'Perisai Tetangguht' ku sekaligus pengawal pribadi ku. Bagaimana dengan Gold?"

"Dia pasti akan bergabung juga. Tidak mungkin tidak. Memangnya kau tidak pernah melihat Gold menolak untuk membantu mu"

"Hmph~ Benar juga ya. Tidak perlu di ragukan lagi"

"Dengan begitu 2 dari 5- Tidak, Tapi 2 dari 6 orang terkuat di 'Keluarga' sudah kembali bergabung"

Alisia terdiam sejenak di saat dia ingin meneguk kembali beernya. Dia berhenti di tengah-tengah karena mendengar perkataan Red mengenai orang terkuat di "Keluarga".

"Yang terkuat di 'Keluarga' ya.."

"Aa...Ada 5 bukan- Tidak, 6, Sumber kekuatan terbesar 'Keluarga' ada 6 dan kita tidak tahu dimana 4 sisanya sekarang"

"Hmph~ Sepertinya ini akan memakan waktu yang cukup lama, Bukan"

"Kau yang memulainya, Maka harus di tanggung seperti itu. Tidak ada yang instant ingat"

"Aku tahu itu..Tapi..Di saat aku kembali memerintah kalian semua...-"

"A..Ini dia dirimu yang asli keluar"

Alisia tersenyum dengan tajam di ikuti dengan perkataannya penuh dengan percaya diri.

"Segala perintahku, Harus di kerjakan dengan cepat"

"Kau yang bilang"

Alisia kemudian meneguk habis Beernya lalu mematikan rokoknya di asbak dan mengambil kembali Rompi, Tas, dan Topinya. Alisia kemudian berdiri dari sofa dan ingin pergi ke sesuatu tempat di dalam rumah.

"Kau mau kemana?" Tanya Red.

"Aku ingin mandi. Jangan mengintip, Ok~"

"Tidak akan!"

Setelah itu Alisia langsung bergegas ke kamar mandi meninggalkan Red berbaring di atas Sofa sendirian.

Red menaruh kedua tangannya di belakang kepalanya sebagai bantalan kepalanya. Dia melihat ke langit-langit atap rumahnya dan berpikir.

"Dulu..Kita hanya seorang berandalan sekolah dan sekarang..Akan menjadi Hell Keeper, Ya..."

Red menutup matanya dan berkata-

"Aku harus mulai sering berolahraga"