Chereads / Hell Keeper (Jigoku No Ban'nin) / Chapter 3 - CH 1 - Mirai - Part Two

Chapter 3 - CH 1 - Mirai - Part Two

Di rumah keluarga Mirai, Pukul 09:00 Pagi.

Red terlihat tertidur di atas sofa tapi dia tidak tidur sepenuhnya dan hanya berbaring santai di sana.

Alisia turun dari lantai dua kamarnya mengenakan setelan favoritnya dan kali ini karena udara lebih dingin dari kemarin, Alisia memakai jaket berwarna coklat berbulu putih di bagian leher. Ini adalah Jaket favorit Alisia tapi belakangan dia jarang memakainya.

Tahu kalau Alisia baru saja turun dari lantai dua, Red berdiri ke posisi duduk melihat Alisia.

"Kau mau kemana?"

"Jalan-jalan dengan Monika"

"Aku yakin itu bukan jalan-jalan biasa"

"Begitu lah. Aku ingin melihat beberapa tempat"

"Survey lapangan?"

"Kurang lebih begitu"

"Begitu ya..."

Red kembali ke posisi sebelumnya yaitu berbaring di atas Sofa dan kali ini dia menutup wajahnya dengan Novel yang dia baca sebelumnya.

"Kalau begitu selamat berburu"

"Kenapa kakak tidak keluar rumah juga?"

"Aku manusia rumah. Keluar rumah adalah musuh ku"

"Kau bukan Shiro ingat"

"Aku hanya lagi malas keluar rumah saja"

"Hmmm. Kalau begitu, Aku pergi dulu"

"Aa"

Dengan lemas, Red melambaikan tangannya kepada Alisia tanpa melihat ke arahnya.

Alisia keluar dari dalam rumah dan dari luar terdengar suara mesin mobil yang baru saja jalan.

Red melepas buku yang menutup wajahnya lalu berdiri ke posisi duduk dan menengokkan kepalanya kebelakang dengan wajah heran lalu berkata-

"Monika sudah ada di depan daritadi?"

Setelah bertanya kepada dirinya sendiri dan keheranan, Red mengambil remot TV yang berada di atas meja tepat di depannya lalu menyalahkan TV yang berada di seberang Sofa dan Meja tepat di depannya.

Saat TV itu di nyalahkan, Channel yang muncul adalah Channel berita mengenai Model perempuan muda yang sedang heboh dan naik daun belakangan ini.

Pertama Red tidak peduli dan tidak ingin melihat saluran berita ini dan ingin menggantinya, Tapi setelah dia melihat model yang muncul di layar TV itu, Red terdiam sejenak seolah-olah dia kenal dengan model itu.

"Hmmm? Bukannya itu..."

Red tidak jadi mengganti saluran berita itu dan justru menonton berita mengenai model itu sampai habis dan sampai berita yang lain muncul. Saat berita mengenai Model itu selesai, Red langsung mengganti saluran TV-nya ke saluran yang lain.

Setelah dia mencari saluran demi saluran, Red tidak menemukan saluran atau acara TV yang menarik. Dia kemudian mematikan TV sambil berkata "Bosan" dengan pelan.

Red kemudian kembali berbaring di atas sofa melihat kelangit-langit atap rumahnya terdiam.

Keheningan menghantuinya. Sangat tenang dan tidak ada keributan sama sekali. Kedua adiknya pergi keluar, Alisia pergi dengan Monika dan Gol'D pergi dengan temannya sementara itu Red di rumah tidak melakukan apa-apa.

Walaupun Red sudah terbiasa seperti ini dan Sifatnya yang sangat pendiam, Lama-kelamaan Red merasa bingung ingin apa di dalam rumah pada hari ini.

Menonton TV, Tidak ada yang menarik.

Bermain Game, Red lebih memilih bermain game pada malam hari atau bersama Gol'D.

Makan, Dia sudah makan.

Mandi, Dia sudah mandi.

Tidak ada hal lain yang dapat dia lakukan di rumah. Lalu, Pada akhirnya Red memutuskan sesuatu-

"Jalan-jalan ke luar rumah sebentar mungkin tidak masalah"

Red berdiri dari sofa langsung menuju ke kamarnya.

Red mengambil jaketnya yang berwarna merah dengan sedikit warna hitam di beberapa tempat, Topi Merahnya, Lalu mengganti celananya ke celana panjang motif loreng berwarna coklat muda, Kalung Dog Tagsnya yang satunya bertuliskan "未来家族" (Keluarga Mirai) dan satunya bertuliskan huruf "R" besar.

Setelah dia mengenakan itu semua, Red langsung bergegas kebawah.

Di depan pintu masuk dan keluar rumah, Red memakai sepatu berwarna Merah dan Hitamnya. Setelah selesai berpakaian dengan lengkap sesuai setelannya yang biasanya, Red langsung membuka pintu dan keluar dari dalam rumah.

Dia mengunci pintu rumah dan menaruh kuncinya di kotak pos. Jika rumah kosong karena seluruh penghuni rumahnya pergi (Red, Alisia, Gol'D) orang terakhir yang pergi keluar rumah akan menaruh kunci utama pintu rumah mereka di kotak pos untuk dan bagi siapa saja dari penghuni rumah pulang ke rumah terlebih dahulu.

Sebelum pergi untuk jalan-jalan, Red melihat ke atas langit. Langit yang biru dan indah, Sinar matahari yang menyentuh wajahnya sedikit akibat tertutup oleh topi, Udara dingin yang sejuk dan segar membuat Red menarik nafasnya dalam lalu menghembuskannya keluar dengan pelan.

"Ya. Sepertinya tidak masalah jalan-jalan ke taman hari ini"

Tujuan pertama Red hari ini adalah Taman Kota J.

Taman Kota J terbilang cukup luas. Banyak orang-orang pergi kesana untuk bersantai dan bermain. Anak-anak dengan orangtuanya juga sering terlihat di sana bermain dan jalan-jalan, Sepasang kekasih yang berpacaran, Kolam dengan bebek-bebek dan angsa, Rumput hijau yang bersih dan segar, Pohon-pohon yang menyegarkan sekeliling taman dan masih banyak lagi yang ada di taman Kota J.

Saat Red ingin pergi, Red terpikirkan satu hal sebelum pergi.

"Apa aku naik motor saja, Ya? Tidak usah lah"

Setelah berpikir seperti itu dan memutuskan, Red langsung jalan menuju Taman Kota J dengan berjalan kaki sendirian.

Taman Kota J dari rumahnya juga tidak terlalu jauh sama seperti ke Distrik perbelanjaan cuman kali ini membutuhkan waktu 30 menit lebih dengan berjalan kaki. Biasanya Red benci berjalan kaki tapi karena dia ingin menggerakkan tubuhnya dan kembali berolahraga, Red tidak masalah untuk berjalan kaki hari ini walaupun 30 menit adalah waktu yang cukup lama dan baginya berjalan 30 menit cukup melelahkan..Biasanya. Untungnya hari ini udaranya cukup dingin.

Setelah berjalan cukup lama dan jauh sejauh dan selama 30 menit menuju taman, Red sudah hampir sampai ke taman kota J. Di depannya beberapa meter lagi dia akan sampai di taman. Tapi sebelum itu, Dia masuk ke dalam Mini Market yang berada di dekat taman. Red ingin membeli makanan ringan dan minuman juga sesuatu untuk di baca, Kemungkinan koran atau majalah yang sering dia baca.

Saat masuk kedalam Mini Market, Penjaga kasir mini market yang merupakan seorang perempuan muda yang kelihatannya hanya pekerja paruh waktu itu mengucapkan "Selamat Datang" kepada Red dengan ramah. Red langsung menuju ke bagian makanan ringan dan mengambil 4 coklat dari bagian coklat, 2 snack yang di bungkus dengan ukuran besar dari bagian snack, 1 Soda Root beer di dalam kaleng dari dalam kulkas bagian soda.

Setelah mengambil itu semua, Red menuju bagian rak buku. Di sana ada majalah dan koran harian. Yang Red ingin cari adalah Majalah game dan majalah yang biasanya menampilkan Manga mingguan tapi yang ada hanya lah majalah yang berisikan Model-model yang cantik dan Fashion saja.

"Hmmm. Apa ini?"

Red merasa heran karena rak buku hanya di isi majalah Model dan Fashion saja.

Red kemudian mendekati kasir dan bertanya.

"Majalah hari ini isinya hanya itu saja?"

"Ya. Karena belakangan Model perempuan 'Itu' sedang naik daun dan masih muda juga sangat cantik, Orang-orang banyak ingin melihatnya"

"Tidak ragu"

Red menaruh seluruh barang belanjaannya di atas tempat kasir dan memberikannya pada petugas kasir.

"Mohon tunggu sebentar"

Ucap petugas kasir yang mengurus semua belanjaan Red.

Red menengok kebelakang melihat ke arah rak buku yang berisikan majalah itu. Dia kemudian mendekatinya dan melihat kembali majalah-majalah yang semuanya hampir sama itu.

Dia mengambil satu dan melihat kalau cover dari majalah itu adalah seorang perempuan yang sebelumnya muncul di TV.

Red hanya terdiam dengan wajah datarnya lalu beberapa detik kemudian Red tersenyum kecil. Red mengambil satu majalah itu dan kembali ke kasir lalu memberikannya ke petugas kasir.

Setelah semuanya sudah di hitung dan di berikan nominal hasil belanjaan Red, Red membayar sesuai harga keseluruhan yang di minta tanpa kembali.

Red mengambil kantung plastik yang berisikan seluruh barang belanjaannya dari atas kasir lalu langsung pergi keluar mini market.

"Kami tunggu kedatangannya kembali" Ucap petugas kasir saat Red keluar dari mini market.

Setelah dari mini market, Red langsung menuju ke taman dan mencari tempat duduk di taman yang kosong dan luas.

Red menemukan kursi taman yang luas dan kosong tidak di tempati siapa pun. Red langsung duduk di kursi itu dan menaruh barang belanjaannya di sebelahnya.

Red mengambil satu bungkus snack dari dalam kantung plastik dan mengambil satu kaleng soda root beer dari dalam kantung plastik tersebut.

Red membuka satu bungkus snack itu lalu memakannya secara perlahan. Red kemudian mengambil majalah model dengan cover perempuan yang sangat cantik dan masih muda, Seorang model yang sedang naik daun akan kecantikkannya dan tubuhnya yang indah dan sangat feminim meliebihi siapa pun.

Red membuka majalah itu dan membalik lembar demi lembar dari majalah itu. Dia melihat majalah itu sambil memakan snack. Dia memegang dan membalik majalah itu dengan tangan kirinya dan memakan snack dengan tangan kanannya.

Terlihat terkadang Red tersenyum kecil dan ingin tertawa saat melihat beberapa halaman dari majalah itu.

"Seperti biasa kau memang ekstrim jika berpose"

Red mengatakan itu seolah-olah dia sudah kenal dan tahu banyak mengenai model itu. Sekilas itu terdengar seperti seorang fans yang sudah terbiasa dengan idolanya tapi untuk kasus Red sendiri, Dia sepertinya mengenali siapa model itu.

Setelah halaman demi halaman Red melihat Model yang sama itu, Red memikirkan suatu hal mengenai segala pose dan pakaian yang hampir seluruhnya memperlihatkan kulit dan fetish beberapa orang.

"Heran. Apa benar kau model biasa atau kau model dewasa? Seluruh pakaian dan pose mu itu seperti 'Memancing' dan 'Mengundang'. Kau benar-benar tidak berubah"

Ucapan itu mulai menjelaskan kalau Red memang pernah atau cukup mengenali model tersebut seolah sudah kenal cukup lama dan sudah terbiasa dengannya.

Setelah selesai membaca atau lebih tepatnya melihat majalah itu, Red menutup majalah itu.

Red kembali untuk makan dan menghabisi snacknya sambil melihat-lihat sekeliling taman di tempat dia berada dengan kedua matanya.

Sangat damai dan tentram di taman ini. Sekumpulan anak-anak yang bermain bersama, Sepasang kekasih yang berpacaran di taman, Orang tua dan anak, Orang tua lansia yang mencari kedamaian di taman dan Juga masih ada banyak lagi.

Setelah snack pertama habis, Red memasukan sampahnya kedalam kantung plastik dan mengambil satu batang coklat yang masih di bungkus.

Dia memakannya dengan pelan dan tenang sambil merasakan kedamaian di seitar taman. Red menutup matanya dan menyenderkan kepalanya kebelakang, Menaruh kedua tangannya ke belekangan di atas kursi untuk bersantai sambil bersiul lagu klasik yaitu "Eine Kleine Nachtmusik".

Red hanya terdiam dan merasakan kedamaian di sekitar taman. Lama-kelamaan, Red merasa sangat tenang dan dia ingin tertidur pulas di kursi taman tersebut..

Sampai pada akhirnya-

"Kyaaa!"

Suara jeritan seorang perempuan muda yang sepertinya baru saja terjadi sesuatu.

"Tch!" Kesal Red yang merasa terganggu kedaiamannya.

Red membuka matanya dan melihat kearah sumber suara.

Dia melihat orang-orang banyak yang melihat ke arah sumber suara juga. Bagaimana tidak, Suara perempuan itu cukup kencang dan pastinya dapat menarik perhatian banyak orang.

Dari arah sumber suara, Terdapat seorang perempuan yang memakai seragam sekolah SMA yang terjatuh di atas jalan setapak taman dan di sebelahnya ada temannya yang berusaha membantunya bangun.

Lalu apa masalahnya disini?

Sekilas itu hanya seorang gadis perempuan muda yang jatuh tapi kenyataanya dia di senggol oleh seorang pria bertubuh besar yang kelihatan tidak ramah.

Pria itu bersama 2 temannya kelihatannya mencari gara-gara dengan 2 gadis SMA itu. Sepertinya mereka memiliki maksud tertentu.

"OY! KALAU JALAN LIHAT-LIHAT DONG!"

Ucap kasar dari salah seorang pria tidak ramah itu.

"M-Maaf" ucap si perempuan maaf dengan nada ketakutan.

"He! Ini kan hari libur dan kalian pergi ke sekolah! Ada urusan apa, Hah!?"

"C-Club S-Sekolah..."

"Club Sekolah!?"

"Hiiiiiiiikkk!"

Ketiga pria itu membentak kedua gadis remaja itu dengan sangat kasar dan membuat banyak orang melihat ke arah mereka..Terutama Red.

"Club sekolah apa? Apa benar kalian pergi ke club sekolah atau kalian hanya memakai seragam sekolah untuk menjual diri kalian, Hah!?"

"T-Tidak...I-Ini benar-"

"Hooooooo, Begitukah~"

Omongan salah satu perempuan di cela begitu saja oleh salah satu pria.

"Kalian mungkin sebenarnya ingin menjual diri kalian, Bukan~"

"T-TIDAK-"

"Hoooo~ Berani melawan, Hah!?"

"T-T-T...Tidak..."

"Kalau begitu. Karena kalian cantik dan manis, Bagaimana kalau kalian ingin menambah uang jajan kalian dengan kami, Hah?!"

"T-Tidak-"

"Hah!?"

"Hiiiiiiiikkk!!!"

Ketiga pria itu pastinya memang dari awal memiliki maksud tertentu dan pastinya ingin melakukan perbuatan yang tidak baik kepada 2 gadis SMA tersebut.

"Kasar sekali"

"Kenapa mereka berbuat seperti itu kepada mereka?"

"Siapa saja tolong lompat kesana dan hentikan ini"

"Ini sangat mengganggu. Kasihan mereka"

Ucap orang-orang pelan yang merasa khawatir kepada kedua gadis remaja SMA tersebut.

"Hmph" Red merasa tidak peduli dan dia kembali memakan coklatnya pelan.

"Ayo, Cepat ikut dengan kami!"

"Kyaaa!"

Salah satu pria itu menarik dengan paksa salah satu gadis SMA tersebut dengan kencang.

"Apa benar mereka anak buah Isamu?"

"Kelihatannya begitu"

Red mendengar percakapan seseorang di sekitar taman yang menanyakan soal identitas dan kebenaran mereka sebagai anak buah Isamu.

Sekejap Red berhenti menggigit dan memakan coklatnya lalu melihat ke arah kedua perempuan dan ketiga anak buah Isamu yang terlihat sedang menarik paksa kedua gadis tersebut dimana kedua gadis itu berusaha melawan tarikan mereka yang kuat.

Setelah melihat sejenak, Red merasa muak. Dia membuang nafas berat merasa "Ini sangat merepotkan". Red langsung melahap habis coklatnya dan membuang bungkusnya kedalam kantung plastik belanjaannya. Red langsung berdiri dan bergegas pergi.

"Kau mau melawan, HAH!?. AWAS KAU!"

Pria yang menarik paksa perempuan itu mengangkat tinggi tinjunya di udara dan bersiap untuk memukul salah satu perempuan itu.

Perempuan yang ingin di pukul tersebut langsung menutupi wajahnya sambil merasa ketakutan karena ingin di pukul oleh pria bertubuh besar tersebut. Air mata dapat terlihat keluar dari kedua matanya seolah-olah dia sudah kehilangan harapan.

Tapi...

Anehnya pukulan itu tidak pernah datang.

"HE?!"

"HAH?!"

"APA?!"

Orang-orang di sekitar taman merasa cukup terkejut dengan apa yang mereka lihat dalam sekejap barusan.

Kedua gadis yang menutup dan melindungi wajah mereka merasa lebih penasaran dan lebih bingun lagi.

Mereka berdua berusaha melihat apa yang terjadi dan saat mereka melihat tepat ke arah depan mereka...

Pertama yang mereka kira yang akan muncul adalah pandangan dari ketiga pria bertubuh besar yang menakutkan tetapi yang mereka lihat adalah...

Seorang remaja laki-laki berdiri dengan tegak memakai pakaian segalanya merah kecuali celananya yang bermotif loreng coklat melihat kearah mereka dengan wajah datar. Remaja laki-laki itu adalah Red.

"He?"

Mereka berdua sangat kebingungan dan keheran dengan apa yang mereka lihat di hadapan mereka.

Red mengulurkan kedua tangannya memberikan bantuan kepada kedua remaja perempuan tersebut untuk berdiri.

Masih di landa dengan kebingungan, Kedua remaja perempuan itu menerima bantuan Red dan memegang tangannya. Di saat mereka memegang tangan Red, Red mengangkat mereka membantu mereka untuk berdiri dengan menarik mereka dengan pelan tapi dapat mengangkat mereka untuk kembali berdiri.

"Kalian tidak apa?" Tanya Red kepada kedua remaja perempuan tersebut.

"T-Tidak apa..." Kedua remaja tersebut menjawab tapi masih kebingungan.

Setelah mendapat jawaban dari mereka, Red mengangguk dan bersiap untuk pergi dari sana dengan membalikkan tubuhnya membelakangi kedua remaja perempuan tersebut.

"A-Apa yang terjadi? D-Dimana mereka barusan?"

Tanya salah satu remaja perempuan yang merasa bingung dan penasaran akan hilangnya ketiga pria bertubuh besar yang mengganggu dan mengancam mereka sebelumnya.

Red tidak menjawab dan hanya menengok kebelakang sedikit. Red kemudian kembali jalan dan pergi bersama barang belanjaannya pergi dari taman.

"E? A-Apa yang terjadi?"

Masih di landa kebingungan Kedua remaja perempuan itu berusaha untuk mencari jawaban. Setelah mereka memperluas jarak pandang dan pengelihatan mereka di keseliling mereka...

"He???"

Mereka justru menjadi tambah heran dan semakin bingung.

Apa yang mereka lihat?

Yang mereka lihat adalah ketiga pria bertubuh besar yang mengganggu mereka sebelumnya kini tergeletak di atas tanah tidak sadarkan diri.

Yang sebelumnya menarik dan mengancam untuk memukul mereka kini kondisinya cukup mengenaskan. Tangan kanan yang di pelintir dan membiru di bagian siku akibat di patahkan tulangnya dan di wajahnya terlihat kedua giginya terlepas, Mata terbuka lebar tapi kosong dan mengeluarkan air liur juga darah dari dalam mulutnya tidak sadarkan diri.

Salah satunya lagi terlihat terbaring tidak sadarkan diri memegang perutnya dan meringkuk, Dari dalam mulutnya terlihat dia mengeluarkan banyak cairan dari dalam perutnya dan kedua matanya terbuka lebar dengan tatapan kosong.

Satunya lagi terlihat tergeletak tidak sadarkan diri sambil membentangkan kedua tangannya, Wajah bagian kirinya terlihat bonyok dan mata kirinya menghitam. Dari ketiganya, Hanya dia yang mulutnya tidak terbuka tapi wajahnya mengambarkan kalau dia sangat kaget dan shock akan sesuatu.

Kebingungan masih menghantui kedua remaja perempuan tersebut.

"A-Apa yang sebenarnya terjadi barusan???"

Mereka kemudian mendengar orang-orang di sekitar taman yang membicarakan dengan heran kejadian sebelumnya.

"Hebat"

"Bagaimana bisa begitu?"

"Dia datang dengan cepat. Dalam sekejap"

"Hanya dengan satu serangan di setiap serengannya..Dia langsung menjatuhkan mereka bertiga"

"Bagaimana bisa?"

"Padalah tubuhnya lebih kecil dari mereka bertiga"

"Apa-apaan bocah itu?"

"Cukup mengerikan"

"Mereka anak buah Isamu, Loh..Yang anak itu hajar barusan"

"Mengerikan..Namun hebat"

Mendengar sedikit berbagai macam perkataan dan pujian juga sedikit penjelasan mengenai aksi Red barusan masih membuat kedua remaja perempuan itu sedikit bingung.

Walaupun mereka tahu satu atau dua hal...

Red telah menyelamatkan mereka dan Red...

Sangatlah Kuat.

Sementara itu, Alisia dan Monika berada di suatu tempat di luar mobil berdiri membelakangi mobil yang mereka tumpangi melihat ke suatu hal yang berada di depan mereka.

"Bagaimana?" Tanya Monika.

Alisia terlihat sedang merokok, Dia menghirup rokok tersebut lalu membuang asapnya pelan kemudian menjawab.

"Lumayan. 'Tempat' ini masih terlihat sempurna tidak berubah sedikit pun setelah kita tinggalkan"

"Yang mengurus tempat ini seorang pria tua sekarang. Tapi aku dengar dia ingin menjualnya untuk kebutuhan cucunya"

"Hooo. Menarik. Apa yang di lakukan kedua orang tua cucunya sampai harus dia yang turun tangan?"

"Kedua orang tua cucunya sudah meninggal"

"Begitu ya"

"Kau terdengar tidak begitu peduli dan tidak merasa bersalah"

"Memang tidak"

"Kau ini. Jadi bagaimana? Ingin tempat ini kembali?"

Alisia menghirup rokoknya lalu membuang asapnya dan kali ini asapnya lebih banyak dari sebelumnya.

"Bisa kau atur?"

"Dengan mudah"

"Kalau begitu kita simpan dulu"

"He? Tidak langsung saja?"

Alisia menghirup rokoknya kembali lalu membuang asapnya sedikit.

"Entahlah. Tempat ini cukup membuat ku bernostalgia. Mungkin saja ada tempat yang baru dan lebih baik dari yang ini"

"Kau tahu kalau tidak ada, Bukan?"

"Mungkin"

"Hmph. Rizia sekali. Baiklah, Kita cari tempat yang lain dulu. Walaupun aku mau kau memilih 'Tempat' ini lebih sih"

"Aku tahu itu"

Alisia membuang rokoknya ke atas aspal dan kembali masuk kedalam mobil Monika yang sangat mewah.

"Mungkin akan berhasil nanti" Ucap Monika pelan tidak dapat di dengar Alisia dari dalam Mobil.

Setelah itu, Monika juga ikut masuk kedalam mobil dan menutup pintu mobil. Setelah pintu mobil tertutup, Mobil kembali jalan meninggalkan 'Tempat' yang baru saja mereka survey.

Sementara itu di Cafe Keluarga Hana.

KRING1 KRING! KRING!

Bunyi bell kecil menandakan ada seorang pelanggan yang masuk.

"Selamat datang! A- Senpai~"

Hana menyambut pelanggan yang datang dan sepertinya dia kenal siapa yang baru saja datang.

Hana langsung mendekati orang itu dimana orang itu hanya terdiam menunggu Hana untuk datang.

"Red senpai, Selamat datang kembali~"

Yang datang adalah Red yang baru saja pergi dari Taman kota J.

"Yo, Hana~"

"Senpai terlihat seperti biasanya. Diam dan tenang~"

"Apa itu sebuah pujian?"

"Mungkin~"

Hana hanya bisa tersenyum manis dan kegirangan saat mengetahui kalau Red datang. Hana kemudian melihat di tangan Red ada sekantung belanjaan plastik dan berusaha untuk memperingati Red dengan nada yang terdengar meledek.

"A, Senpai..Cafe ini tidak memperbolehkan membawa dan makan makanan dari luar loh~"

"Aku tahu itu. Aku tidak akan memakannya juga..Di sini"

"Ehehe~ Baguslah~"

Hana terlihat sangat kegirangan di depan Red seolah dia sangat suka dengan kedatangan Red.

"Kalau begitu~ Ingin duduk dimana?~"

"Tempat yang bisa ku gunakan untuk tidur siang dan bersantai"

"Hummpf~ Ini Cafe loh Senpai, Bukan tempat penginapan sementara~"

"Aku tahu itu. Tapi tempat ini bagiku tempat untuk bersantai kedua"

"Kedua? Apa yang pertama?"

"Rumah"

"Iya juga sih...Kalau begitu, Berarti tempat biasanya?"

"Aa...Tapi bukan tempat Alisia"

"Aku tahu itu~ Kalau begitu tolong lewat sini"

Hana menuntun Red ketempat pesanan Red yang biasanya Red gunakan untuk bersantai di Cafe Hana.

Sesampainya di meja pesanan Red, Di atas meja itu ada papan kecill bertuliskan "Di Pesan" dimana Hana langsung mengambilnya dan mempersilahkan Red untuk duduk.

Red langsung duduk kemudian Red bertanya kepada Hana-

"Berapa banyak meja yang bertuliskan 'Di Pesan' di sini?"

"Hanya dua"

"Milik ku dan Alisia ya"

"Benar~"

"Kau sudah menyiapkannya..."

"Karena aku sangat yakin kalau senpai pasti akan datang kesini~ Hehe~"

"Hooo..."

"Kalau begitu, Mau pesan apa?"

"Yang hangat-hangat saja"

"Siap~ Seperti biasanya berarti~"

"Aa"

"Mohon tunggu sebentar, Senpai~"

Hana langsung menuju kebelakang untuk menyampaikan pesanan Red.

Di meja Red, Sebelahnya ada kaca yang terhubung dengan dunia luar dimana Red dapat melihat dengan jelas keluar jendela tapi dari luar orang-orang tidak dapat melihat Red dengan jelas. Meja pesanan Red sangat menguntungkan untuk Red karena dia bisa menyenderkan tubuhnya kemana saja dan cukup leluasa.

Setelah menunggu beberapa menit, Pesanan Red datang. Minuman juga makanan ringan di bawakan dan di berikan kepada Red oleh Hana.

"Ini dia, Senpai~ Ada lagi?"

Red langsung memberikan uang bayaran terhadap pesanannya kepada Hana dimana Hana langsung paham apa maksudnya.

"Tidak ada lagi berarti. Kalau begitu selamat bersantai, Senpai~"

Hana langsung pergi tanpa harus menunggu Red menjawab karena sudah sangat tahu kalau Red tidak akan menjawab karena sifatnya yang sangat pendiam.

Setelah menyantap habis makanan dan minuman pesanannya dalam waktu 30 menit karena Red memakannya dengan perlahan, Red menaruh tangannya di dagunya dan sikunya di atas meja. Red melihat keluar jendela dan melihat ada banyak orang yang lewat.

Setelah merasa cukup melihat keluar jendela dan makanannya sudah turun di dalam perutnya, Red langsung berbaring di atas kursi yang lebar seperti sofa dan empuk seperti bantal itu untuk mulai tidur siang. Red menutup wajahnya dengan topinya dan dalam sekejap..Red tertidur dengan pulas.

Hana menghampiri ke meja Red untuk memeriksa Red. Sesampainya di sana, Hana tersenyum dan tertawa kecil.

"Ufufu~ Memang Senpai sekali, Red Senpai"

Hana mendekati Red lalu membuka topi Red dan melihat wajah Red yang tertidur pulas dan Red tidak tahu kalau Hana sedang melihat ke arah wajahnya sambil tersenyum.

"Imut~ Bagaimana Red senpai bisa seimut ini?~ Mungkin karena kembarannya Alisia senpai~"

Sepertinya itu lah alasan kenapa Hana senang melihat Red datang.

Setelah melihat wajah Red yang tertidur, Hana kembali menutup wajah Red dengan topinya dan membiarkan Red untuk tidur kemudian meninggalkannya.

Sementara itu, Monika dan Alisia kini masih menuju ke suatu tempat dengan menggunakan mobil.

Di dalam mobil, Mereka sedikit membicarakan berbagai macam 'Tempat' yang sudah mereka Survey sejauh ini.

"Hmmm...Itu sudah hampir semua yang ku ketahui. Jika ingin cari lagi, Kita butuh orang lain untuk membantu kita"

"Tidak. Segitu saja sudah cukup. Sisanya tinggal ku pilih belakangan yang mana yang tepat"

"Sudah pasti yang-"

"Belum tentu"

"Ehe...~ Kenapa memangnya?"

Alisia terdiam sejenak saat di tanya alasan tidak memilih 'Tempat itu' oleh Monika.

"Entahlah..."

"Iming-iming juga membantu si kakek. Nanti kau juga mendapat nama yang baik dari si kakek dan cucunya"

"Hmph. Meningkatkan Reputasi kah?"

"Itu awalan yang bagus untuk mendapatkan nama yang baik saat memulai bisnis Hell Keeper nanti. Kau sudah ada dukungan dari si Kakek dan cucunya nanti"

"Niatnya hanya untuk itu dan bukan karena membantu mereka. Hmm..Menarik"

"Uwaaa...Kau memang jahat, Riz~"

"Itu ide mu. Kau justru yang lebih jahat"

"Kita tanggung itu bersama~"

"Ok"

"Jadi...Kau pilih yang 'Itu'?"

"Entahlah"

"E...Aku kira aku berhasil membujuk mu"

"Hmph. Segitu saja masih belum cukup untuk ku"

"Hmmm...Lalu apa yang kau butuhkan lagi untuk 'Tempat' yang kau cari"

"Setidaknya...Sangat 'Menguntungkan' kita nantinya"

"A. Itu sangat penting"

Mereka berdua pun tertawa setelah itu.

Si supir yang berada jauh di depan di bagian kursi pengemudi memikirkan hal yang membuatnya heran setelah mendengar tuannya/nyonya Monika dan temannya Alisia membicarakan lebih memilih keuntungan ketimbang membantu seseorang.

B-Bagaimana bisa mereka lebih mementingkan reputasi ketimbang kepentingan orang lain begitu saja....??? Sepertinya Boss ku dan temannya memang menyeramkan.

Terlihat si supir mengeluarkan sedikit keringat dari wajahnya.

Sementara itu, Di Cafe Hana. Kini jam sudah menunjuk pukul 16:30 dan dalam 30 menit lagi Cafe Keluarga Hana akan segera tutup.

"Senpai...Senpai...Bangung Senpai"

Suara Hana yang berusaha untuk membangunkan Red yang tertidur pulas di atas kursi.

Mendengar kalau ada yang berusaha untuk membangunkannya, Red membuka matanya. Yang dia lihat bukan gelap berkat topi yang menutup wajahnya melainkan wajah Hana yang cukup dekat yang berusaha membangunkan Red.

Red tidak bereaksi apa-apa dan hanya terdiam. Red kemudian langsung berdiri ke posisi duduk dimana Hana juga langsung menegakkan badannya.

Red kemudian mencari topinya dengan mengengok ke kanan dan kiri.

Hana tertawa kecil seolah dia berushaa untuk menggoda Red.

"Ufufufu~ Mencari topi mu, Senpai?~"

"Aa"

Hana langsung memakaikan topi milik Red kepada Red dimana Red langsung terdiam.

"Sudah ketemu?~"

"Kelihatannya begitu"

Mendapat jawaban yang seadanya dari Red membuat Hana tertawa kecil.

"Sudah mau tutup ya?"

"Yup~ Sudah waktunya senpai untuk pulang~"

"Begitu ya...Padahal aku hanya ingin tidur siang, Tapi ternyata bisa kelewatan seperti ini"

"Ufufu~ Apa sebelumnya senpai merasa tidak begitu senang?"

".....Sedikit..Mungkin..."

"Begitu ya~"

Red langsung berdiri dari duduknya, Mengambil kantung plastik belanjaannya dan akan segera bergegas pulang.

"Kalau begitu, Terima kasih atas tidur siangnya, Hana"

"Tidak~ Terima kasih karena sudah datang~ Se-n-pai~"

Nada bicara Hana seolah dia berusaha untuk menggoda Red dan Red hanya menjawab "Aa" tidak peduli.

Setelah itu, Red langsung keluar dari cafe dan langsung bergegas pulang kerumah.

Hana terlihat tertawa kecil dengan manis lalu berkata-

"Lucu~ Senpai sangat lucu~ Seandainya di sekolah juga ada laki-laki seperti Senpai~...Ya.. Itu tidak mungkin sih~"

Hana menaruh kemabil papan kecil bertuliskan "Di Pesan' di atas meja.

30 menit perjalanan pulang Red dari Cafe Keluarga Hana menuju rumah, Di saat Red ingin mengambil kunci di dalam kotak pos, Dia mendapatkan kalau kuncinya tidak ada di dalam itu artinya sudah ada yang pulang terlebih dahulu ketimbang dirinya.

Red langsung membuka pintu dan masuk kedalam rumah sambil mengucapkan "Aku Pulang" dimana dapat terdengar Alisia menjawab "Selamat datang" dari arah dapur.

Mengetahui Alisia berada di dapur, Red langsung menuju ke dapur dimana Alisia dapat terlihat sedang memasak sesuatu untuk dimakan.

"Dimana Monika?"

"Yaa, Tentu saja pulang kerumahnya"

"Aku kira dia akan berkunjung sebentar"

"Aku kira juga seperti itu sebelumnya"

"Gold belum pulang?"

"Belum. Kelihatannya akan sampai malam lagi seperti kemarin"

"Hmmm..."

Red menaruh kantung plastik belanjaannya di atas meja. Red melepas jaket dan topinya dan menaruhnya di atas meja makan lalu menuju ke lemari makanan mencari sesuatu untuk dia makan.

"Tidak. Sepertinya aku sudah kebanyakan makan hari ini"

"Kau habis darimana memangnya?"

"Taman dan Cafe Hana"

"Ohhh..."

Red kembali ke meja makan untuk mengambil barang-barangnya. Dia meninggalkan majalah model untuk Alisia baca nanti.

"Aku tinggalkan ini di sini. Siapa tahu kau ingin baca"

"Apa itu?"

"Majalah model"

"Aku tidak tertarik"

"Ohhh, Kau akan"

Setelah itu, Red langsung menuju ke ruang TV untuk bersantai disana.

Setelah Alisia selesai memasak dan membawa makanannya ke meja makan, Alisia melihat majalah itu dan wajahnya terlihat tersenyum dan ingin tertawa.

"Pantas saja~"

Sebelum duduk di kursi, Alisia membuka majalah itu dan melihat halaman demi halaman majalah itu.

"Seperti biasanya, Pose dan pakaian mu selalu Ekstrim, Bukan. Apa benar kau ini model biasa atau model dewasa? Kau terlihat seperti 'Memancing' dan 'Mengundang' seperti biasanya"

Alisai mengucapkan perkataan yang hampir sama persis dengan Red sebelumnya saat melihat majalah tersebut.

Dari ini, Dapat di ketahui juga kalau Alisia juga mengenali model perempuan ini dan sepertinya mereka memang sudah saling kenal.

Alisia kemudian berteriak kepada Red yang sepertinya bertujuan untuk menggoda Red dengan majalah model ini-

"Apa kau ingin ���Menggunakan' ini nanti?"

"TIDAK AKAN!"

"Tentu saja. Kau pastinya lebih memilih untuk 'Menggunakan yang asli', Bukan"

"JUGA TIDAK!"

"Ara, Mungkin 'Belum'"

Alisia kemudian melihat sekali lagi pada cover majalah tersebut dan berbicara dengan pelan yang tidak dapat di dengar oleh siapa pun kecuali dirinya.

"Aku penasaran. Apa Kakak masih 'Menyukainya'? Kelihatannya 'IYA'"