Chereads / CINTA MORA (slow update) / Chapter 33 - Alasan

Chapter 33 - Alasan

Kesian kali Beralasan kepada Mora

Kali ini langkah Andre tak mampu lagi dihentikan, ia semakin yakin ingin pulang, setelah melihat secara langsung keadaan Roses yang sudah jauh membaik.

Sepatu yang sudah dikenakan dengan sedikit terburu-buru, Andre melangkah meninggalkan kediaman Clarissya,

"Mas..."

Suara itu, seakan tak menginginkan ku beranjak pulang menemui Mora.

"Ada apa sayang?"

Andre dengan sedikit terpaksa membalikan badannya.

Digenggaman tangan kanan Clarissya terlihat Jas abu-abu,

Teledor sekali!!!!!

Mau tau mau langkah Andre harus kembali mendekat ke arah Clarissya, atau bahkan harus sangat dekat.

Clarissya mengayunkan tangan nya dan menyodorkan kedepan.

Kasihan sekali dia,

Bukan masalah uang yang jadi permasalahan Andre, tapi masalah waktu.

Clarissya memilih tidak dioperasi karena jika mendengar kata operasi saja dia sudah meronta-ronta,

Itulah penyebab ia harus terus melihat kegelapan disepanjang hari nya.

Andre mengambil Jas abu-abu dari tangan Clarissya, dan Pelan-pelan mencoba meninggalkan Clarissya.

Mas...!!!!

Hmmmmm, Andre seakan tahu apa yang ia lupakan.

Emmmmmmuaccchhh,....

Andre mendaratkan ciuman hangat di dahi Clarissya.

dan memegangi tangan kanan dan kiri Clarissya, "Mas pergi dulu, ini sudah larut, beristirahatlah! Untuk uang bulanan nanti segera mas transfer!"

Anggukan kepala ditunjukan oleh Clarissya, walaupun gerakannya sayup.

"Mas, apa kau tak mau berpamitan dengan Roses??" pinta Clarissya.

Hati Andre luluh, dengan nada lembut Clarissya.

Dan memilih masuk kembaliannya,

"Jangan lupa buka sepatu mu mas!!!!"

Dia buta saja dia sempatnya membicarakan sepatu!

Andre pun melepaskan sepatunya perlahan dan bersiap masuk, tak lupa dengan menggandeng tangan Clarissya.

Toktok…. Toktok….

"Sayang.... Sayang…. Papa mau berpamitan!" ucap Clarissya.

Terlihat jelas Kedua bola mata Roses yang tertutup rapat. Sepertinya ia lelah sekali.

Andre pun mendekati Roses dan memegangi dahi nya. "Panasnya sudah turun, besok pasti jauh lebih membaik!" ujar Andre lirih.

Mas..... Kok Roses tak menjawab apa-apa?

Andre pun menciumi dahi Roses dengan lembut dan penuh kasih. Hati Andre berkata, andai ibu mu adalah Mora.

Komplit sudah hidup ini,

Tapi Andre hanya mampu berbicara begitu dalam hatinya.

"Roses sedang beristirahat, aku tak mau mengganggu nya, cukup kau temani Roses disini! Mas pulang!" ucap Andre.

Hmmmmm,

Lagi-lagi hanya anggukan kepala yang pelan ditunjukan oleh Clarissya.

Andre tak lagi terkesan simpati denga sikap Clarissya, Sepanjang hari ini Andre telah menemani Clarissya. Bagi Andre itu cukup.

Sekarang waktunya Mora.

Belum lagi Andre dipusingkan dengan urusan bisnis nya, Rasanya kepala Andre sedang pecah.

Aku pulang, tolong jangan halangi aku!! Satu lagi jangan telpon aku.

Mendadak sikap Andre menjadi ketus, membuat Clarissya terdiam dan tak berani menahan langkah Andre yang hendak keluar dari pintu kamar Roses.

"Bi tolong jaga Roses dan Clarissya, saya percaya pada bibi," Pinta Andre, dan tak lupa Andre menyediakan beberapa lembar uang pecahan lima puluh ribu rupiah di tangan kanan Bibi.

"Banyak sekali," bibi seakan tak percaya jika diberikan uang tips sebanyak yang dipegang nya, dan mencoba menolaknya.

Andre terus memaksa bibi menerima uangnya, dan berpesan untuk tidak menguhubungi Andre, "Jangan coba hubungi saya! Sebelum saya yang menguhubungi!" ujar Andre dengan nada tinggi dan ketus.

Andre menarik Jas abu-abu nya yang diletakkan di kursi belajar milik Roses, kemudian beranjak pergi.

Ponsel Andre dikeluarkan, ia mencari kontak Mora istri yang sangat ia cintai.

Tuttttt…..

Tuttttt…..

Tak tersambung,

Andre mengulangi menhubungi Mora beberapa kali, tapi nada tulalit yang terus terdengar.

"Apa kabar Mora? Apa ia marah aku tak pulang tepat waktu yang ku janjikan tadi?" tanya Andre.

Andre mencoba menguhubungi telpon rumah.

Kringgggggggg...…

Kringgggggggg...…

Kringgggggggg...…

Sebentar!!!!

"Bi, Biar saya yang angkat!" pinta Mora.

Telpon pun diberikan bi Siti kepada Mora yang hanya duduk di sofa panjang.

"Hallo sayang, maaf…. Maaf…. Mas.." ucap Andre.

Mora pun memotong pembicaraan Andre, "Ingin beralasan apalagi? Kau bilang ada Meeting, dan akan pulang sedikit terlambat, tapi nyatanya???? Ini sudah larut!!!!" Mora dengan nada jengkel nya.

Andre berusaha menjelaskan namun Mora seakan tak memberikan cenah Andre untuk berbicara banyak.

Plakkkk….

Telpon pun ditutup oleh Mora, Mora yang sedang kesal.

Tak masalah jika benar ini masalah kantor, tapi ini menjadi masalah, karena sudah hampir genap 2 tahun aku menikah Clarissya secara diam-diam.

Sebenarnya bisa untuk seorang Andre mengganti rugi berapa pun nominal kerugian Clarissya, tapi entah mengapa menjadi rumit karena keadaan Clarissya.

Melihat Wajahnya terkadang ada rasa kasihan, tapi dibalik itu, melihat wajah Mora hati ini semakin Bersalah.

Hati dan fikiran Andre bergejolak, seakan tak menantu harus berbuat apa.

Belum lagi saat ia memegang ponsel Clarissya, dimana ada panggilan masuk dari Zidan,

Lelaki itu…benar-benar….!!!!!!!

Mobil Andre melaju cukup cepat,

Di sisi kanan jalan ada sebuah kudai kecil namun sangat ramai dimana disana ada menu Favorit Mora,

Andre pun berniat memberikan kejutan kecil.

Mobil Andre dipaekirkan di bahu jalan

Andre yang hanya mengenakan kemeja turun dari mobilnya, tak lupa ia mengganti sepatunya dengan sendal jepit yang terlihat santai.

Andre tak segan ikut mengantri dikeramaian demi mendapatkan makanan Favorit untuk Mora.

Antrian Nomer 578, ucap pelayan.

Di tangan kanan Andre tertulis kertas Antrian yang bernomer 607,

Wahhh, cukup banyak waktu.

Andre memilih duduk di luar ruangan yang berada di lantai atas.

Karena sedikit lengah, Andre mencoba menguhubungi Bela sekretaris nya,

"Sial... handphone nya ga diangkat" Andre semakin kesal dan merebahkan badannya di kursi dengan terburu-buru.

Bagaimana masalah kantor bisa terurai, sedangkan tak ada yang bisa diandalkan!!! Gerutu Andre.

Dari kejauhan nampak seorang pria bertopi hijau gelap memperhatikan Andre, yang menghadap dari sisi sampingnya.

"Aku kenal lelaki itu!" ujar pria bertopi hijau tua itu.

Lelaki bertopi hijau tua itu memegang 2 ikatan bunga mawar, yang satu ikat berwarna merah darah, dan yang satu lagi berwarna pink.

Ah, Andre tak mau berprasangka buruk.

Nomer Antrian 601,

Sudah hampir 2 jam Andre mengantri.

Sudah sedikit lagi, Andre turun dan memilih menunggu dilantai bawah.

Andre sesekali melihat kearah pria bertopi hijau tua itu.

Ia terliha sibuk menuliskan beberapa kata di kartu memo.

Wajahnya memang tak terlihat jelas, karena ia menggunakan topi dan juga masker pernafasan.

Andre berlalu didepan lelaki bertopi itu. Dan selembar kertas jatuh dihadapan Andre,

"Hai itu milik ku?!"

Teriak lelaki bertopi itu.

Andre menoleh kepada lelaki itu, dan berlutut mengambil kertas kecil itu, dan menyodorkan nya kepada lelaki pemiliknya.

"Ambilah?!!!"

Andre berlalu sembari melepaskan senyum tipis.

"Sial kenapa dia tidak membaca kertas ini???"

Nomer Antrian 607,

Itu nomer Antrian ku!

Andre mendekat dan memesan beberapa menu makanan,

Andre meminta kertas memo, dan menuliskan kata-kata manis sebagai permintaan maaf tertulis juga nama Mora.

Pelayan kaget dan berkata…

"Wah barusan lelaki bertopi tadi juga memesan menu yang sama, tak hanya itu nama yang dituju juga sama,..

Andre melongo dan kaget…..