Chapter 41 - Pesan Online

Emma membalas pesan PB.

'Terimakasih, PB. Tapi aku tetap menggantinya. Ini buktinya dan kau juga bisa memeriksa apakah uangnya sudah benar masuk atau belum ke rekeningmu. Masalah kita sudah selesai sekarang. Maaf sudah merepotkanmu. Selamat malam.'

Kirim!

Setelah Kathy selesai mandi, ia mempersilahkan Emma untuk menggunakan kamar mandi, handuk, peralatan mandi, dan piayamanya.

Baru kali ini Emma meminjam barang orang lain sebanyak ini. Ini adalah pengalaman pertamanya memiliki teman hingga sampai bisa sedekat ini. Ia merasa sangat senang.

Begitu Emma selesai mandi, ia mendapati Kathy sedang duduk bersila di atas kursi gaming biru mudanya di depan komputer. Emma melangkah menghampirinya.

"Handuknya mau diletakkan di mana?" Tanya Emma.

"Masukan saja ke dalam keranjang kelinci yang itu." Kathy menunjuk sebuah keranjang pakaian kotor bermotif kartun kelinci yang terletak di sebelah pintu kamar mandi. Emma mengangguk dan melakukannya.

"Apa rasa mabukmu sudah hilang? Kau sungguhan masih mau lanjut main komputer lagi?" Emma menatapnya heran.

Kathy terkekeh "Kepalaku masih sakit sih.. Tapi aku tidak akan bisa tidur tenang kalau belum mengutak-atik komputerku sebelum tidur." Jawabnya. Lalu ia nampak teringat sesuatu. "Ah.. Emma, apa kau suka bermain game?"

Emma mengerutkan dahinya sedikit "Saat kecil aku pernah main game beberapa kali. Tapi sekarang aku sudah tidak penah main hal semacam itu lagi." Jawabnya. Waktu Emma selama ini terlalu padat dan serius. Ia dan keluarganya tidak pernah menghabiskan waktu dengan bermain game.

"Benarkah? Tapi kau harus mencoba game buatan senior-senior jurusan IT di kampus kita. Mereka membuatnya untuk ujian praktek akhir nanti. Semua orang bisa memberikan voting. Dan khusus untuk mahasiswa Universitas Jardin, pemberi voting akan diundi di akhir acara dan pemenangnya akan mendapatkan hadiah." Jelasnya.

Lalu Kathy mengutak-atik komputernya sebentar dan masuk ke dalam sebuah laman situs web. Itu adalah situs khusus jurusan IT Universitas Jardin. Lalu ia berdiri dari kursinya. "Kemari Emma. Cobalah. Nanti kau bisa memberikan voting menggunakan akun siswamu."

"Aku tidak tau apakah bisa memainkannya atau tidak. Sudah lama sekali aku tidak bermain game.."

"Santai saja, Emma. Tidak perlu kahwatir.. Ini hanya game sederhana. Kau hanya perlu mencobanya sedikit. Seru sekali loh!" Potong Kathy.

Emma sudah duduk di atas kursi sementara Kathy menggerak-gerakan mouse komputer dan memilihkan satu dari lima game untuk percobaan pertama. Lalu ia menegakkan punggunggnya sebelum mendorong kursi Emma agar lebih dekat pada layar komputer.

"Bagaimana? Seru, kan?" Tanya Kathy senang saat melihat Emma nampak serius memainkan game-game itu.

Emma mengangguk "Ada beberapa bagian yang sulit. Tapi ini memang sangat seru." Tawanya.

"Mereka hebat sekali, kan? Aku juga sedang belajar membuat game. Tapi aku jadikan sampingan saja. Karna menurutku ilmu hacking lebih penting." Jelas Kathy.

Akhirnya Emma selesai mencoba semua permainannya. Lalu ia memilih salah satu game yang menurutnya paling seru. Emma sangat serius menilainya. Ia memilih game yang memiliki grafik paling bagus, cara bermain paling seru, musik paling sesuai, penjelasan paling mudah dimengerti, dan tingkat kesulitan paling sesuai dengan informasi saran usia pemain.

"Wah.. Kau selektif sekali yah sebagai juri." Kathy memberi ekspresi kagum sekaligus heran.

Emma tertawa kecil sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal "Aku tidak suka melakukan sesuatu asal-asalan. Apalagi suara kita mempengaruhi nilai mereka." Kathy mengangguk-angguk paham.

Ketika Kathy hedak menutup laman. Sekilas Emma melihat salah satu nama akun yang menarik perhatiannya pada daftar akun-akun yang sudah memberi nilai pada game yang sudah ia voting.

"Tunggu. Bukankah itu akunnya Roger?" Emma menunjuk layar komputer.

"Roger? Oh.. temanmu yang tadi siang itu?" Kathy lantas meng-klik akun yang Emma maksud.

Benar. Itu adalah akun milik Roger Timothy.

"Dia memilih game yang sama denganku. Seleranya bagus juga." Senyum Emma.

Kathy menatap Emma sambil mengerjap-ngerjap. Dari senyuman dan sorot matanya, Emma terlihat sangat perduli pada pria bernama Roger itu. Padahal kalau Kathy lihat tadi siang, Roger kelihatan sering sekali mengabaikan Emma. Namun sepertinya pria itu memiliki tempat istimewa di hati Emma.

"Si Roger itu.. Apa kau menyukainya? Atau apakah kalian kebetulan adalah saudara? Atau kalian bersahabat baik?" Tanya Kathy polos seakan ia menebak-nebak.

Emma menggeleng "Aku tidak tau kami harus disebut apa. Aku menganggapnya sebagai temanku. Tapi entah dia menganggapku apa." Jawabnya jujur.

"Woah.. Ini seperti cinta bertepuk sebelah tangan. Jadi kau menyukainya atau tidak? Aku bisa melihat sih.. bahwa dia terlihat cuek. Tapi bukankah pria itu terihat.. yah.. agak culun."

Emma tersenyum tipis "Aku tidak mencintai Roger, Kathy. Tapi entah mengapa aku memiliki perasaan khusus padanya. Saat melihat Roger, aku merasa bagai melihat diriku yang dulu, namun dalam keadaan yang berbeda. Roger terlihat seperti seseorang yang terjebak dalam suatu keadaan, di mana ia tidak bisa keluar dari keadaan tersebut. Itu membuatku merasa ingin menolongnya. Menyadarkan padanya bahwa ia memegang kendali untuk melakukan apa pun dalam hidupnya."

Kathy nampak berpikir sejenak "Dari ceritamu, aku jadi semakin yakin kalau pria itu dirundung."

Emma tidak menjawab. Namun dari wajah gadis itu, ia terlihat sekali membenarkan ucapan Kathy.

Membahas tenang Roger, membuat Kathy yang pernah berangan menjadi detektif saat ia kecil, kini menjadi penasaran. Dengan begitu, ia mencoba membuka akun Roger Timothy lebih dalam lagi.

"Daripada kita mati penasaran. Ayo kita lihat sebenarnya dia orang seperti apa." Gumamnya dengan cengiran lebar.

"Apa.. Tidak apa-apa?" Emma memberikan wajah khawatir. Namun ia tidak menolak ajakan Kathy karena ia juga benar-benar penasaran. Meskipun Emma tau bahwa tindakan mereka ini salah. Tidak seharusnya mereka mengutak-atik akun orang lain.

"Tidak ada yang tidak boleh bagi Kathy." Tawa gadis berambut acak-acakan itu. "Hanya meretas situs web kecil seperti ini sangat mudah. Apalagi meretas akun siswa di situs kampus. Ini adalah pekerjaan sekecil semut. Kegiatan ini tidak mungkin terdeteksi."

Emma bangun dari kursi Kathy, lalu ia menarik kursi kecil yang berada di depan meja rias, lalu duduk di samping Kathy yang sudah bertukar kursi dengannya. Ia menyaksikan bagaimana kelihaian ke sepuluh jemari gadis itu mengutak-atik komputernya hingga..

Tas!

Mereka sudah berada di akun Roger Timothy sebagai seorang Roger Timothy. Nampaknya pria itu sudah tidur karena terdapat keterangan bahwa ia terakhir online tiga jam yang lalu.

Kathy memutar kursinya untuk menghadap Emma "Tenang saja, Emma. Kita bukan penjahat. Kita hanya melihat saja, tanpa mengutak-atik isi akun Roger."

Emma mengangguk sembari tersenyum kikuk.

Di dalam akun siswa Roger, ternyata tidak banyak yang dapat dilihat. Isinya hanya tugas-tugas yang harus dikumpulkan secara online. Padahal normalnya, akun siswa juga sering digunakan oleh para mahasiswa untuk saling berkomunikasi dengan teman-teman kampus yang lain. Karena pihak universitas juga tidak dapat membuka akun mereka.

Bisa dibilang akun siswa sudah ditetapkan sebagai akun pribadi. Bahkan akun-akun tersebut juga bisa tersambung dengan sosial media dan email pribadi para siswa.

"Kelihatannya dia tidak punya banyak teman yah.." Gumam Kathy.

Tiba-tiba muncul sebuah notifikasi chat di sebelah kanan bawah layar. Kathy sudah mengatur agar akun Roger tetap berada dalam status offline meski mereka tengah membukanya. Siapa yang mengirim pesan pada anak itu subuh-subuh begini?

"Ada chat masuk." Gumam Emma.

"Haruskah kita melihatnya?" Tanya Kathy. Namun belum juga Emma menjawab, ia sudah membuka chat tersebut. "Meski kita buka, tidak akan ketahuan juga. Tenang saja, aplikasi buatanku sangat aman untuk memata-matai orang. Haha.." tawanya.

"Tunggu dulu.. apakah kau pernah melihat-lihat akunku juga?" Emma menatapnya curiga.

Dengan santai Kathy mengangguk "Ya, saat pertama kali aku mengobrol denganmu. Sepertinya kau sangat jarang membuka akun mahasiswamu yah. Tapi ada banyak sekali laki-laki kampus yang mengirimkanmu pesan. Dan kau tidak meladeni mereka sama sekali.. Haha.. Kau memang wanita panutan!"

"Kau ini.." Emma sampai tidak tau lagi harus bicara apa pada gadis itu.

"Hei Emma! Lihat ini." Kathy memajukan punggungnya dengan wajah terkejut.

"Hem?" Emma lantas membaca isi pesan baru yang sudah dibuka oleh Kathy.

Itu adalah pesan dari seorang pria dengan akun bernama Carter Barewood. Dia adalah seorang senior dari jurusan Broadcasting. Dia juga dikenal sebagai siswa berandal dengan tubuh penuh dengan tato. Anak club Baseball dan Karate.

'Roger! Hari Rabu ini di gudang biasa jam lima sore. Jika kau tidak datang, aku akan mematahkan kakimu.'