"Hey, jangan menakutinya." Tegur Nico. "Kau akan baik-baik saja. Kami pasti selalu melindungimu." Ia tersenyum ramah pada Emma untuk menenangkan gadis itu.
Gadis itu tersenyum dan mengangguk. Tapi dalam hatinya, ia masih berpikir pria-pria itu mungkin baik kepadanya karena parasnya yang cantik. Tapi sungguh Emma berharap bahwa mereka benar-benar tulus padanya. Mungkinkah teman-teman yang ia temukan di kota Handway yang akan menjadi teman-teman sejatinya?
"Ayo masuk. Kita harus cepat." Troy sudah membuka pagar kecil yang masih terpasang rantai longgar di depan mereka. "Jangan berisik."
Mereka mengendap-endap memasuki lokasi gelap dan gersang itu. Ada banyak bangkai-bangkai kapal nelayan tua penuh karat yang diletakkan bersebarangan di sana. Udara laut membuat lokasi itu semakin dingin hingga uap mengepul di depan wajah mereka tiap mereka menghembuskan nafas.
Hingga terlihat sebuah bangunan seperti lumbung peternakan dengan dinding seng. Di depan bangunan itu terparkir banyak motor sport berwarna hitam. Meski motor-motor tersebut terlihat hampir sama dengan motor sport pada umumnya, namun Emma dapat mengenali itu adalah motor yang sama dengan yang mendatangi dirinya dan Calvin tadi.
"Benar itu motornya.." Bisik Emma. Motor-motor itu memiliki sebuah modifikasi tambahan yang baru Emma ingat dan sadari. Itu adalah sebuah garis kuning yang memantulkan cahaya pada kenalpot mereka.
"Persiapkan diri kalian, teman-teman. Kita akan masuk ke dalam sarang tawon." Tawa Martin. Salah satu pria yang kelihatannya paling gila di antara yang lainnya. Ia memiliki sebuah celah di antara kedua gigi kelincinya.
Kemudian mereka mengendap-endap lagi menuju pintu masuk gudang tersebut dan bersembuyi di balik kumpulan motor yang terparkir berjajar. Ada satu pria yang berjaga di didepan pintu yang tertutup. Namun ia sedang menghadap ke arah lain, memunggungi mereka.
Troy memberikan isyarat pada Frank dan Martin untuk membereskan penjaga yang sedang lengah itu. Dengan cepat kedua orang itu mengendap dan memukul punuk pria tersebut hingga ia pingsan seketika tanpa sempat bersuara.
Dengan menempatkan Emma di tengah-tengah mereka, kelompok itu segera menghampiri Frank dan Martin yang sudah terlebih dahulu mengintip pintu masuk.
"Sial! Ini benar-benar gawat.." Gumam Martin.
"Apa? Apa yang terjadi?" Emma menerobos untuk ikut mengintip. "Hah?!"
Gadis itu menutup mulutnya dengan kedua tangan sementara bola mata beningnya bergetar. Seakan tangisnya akan pecah, Emma tidak pernah melihat orang yang ia perdulikan dalam keadaan setragis itu.
Calvin, pria itu tengah duduk di sebuah kursi besi dengan kedua kaki diikat. Lalu kedua tangannya juga diikat ke belakang sandaran kursi. Pakaian yang melekat di tubuhnya hanya sehelai celana saja. Ia bertelanjang dada di udara sedingin ini. Dan jangan ditanya lagi.. tubuh dan wajahnya sudah habis babak belur. Darah terus mengucur keluar dari bibirnya dan sisi kedua alisnya.
Yang lebih parahnya lagi, kelompok yang bernama The North Viking itu masih memukulinya seakan ia adalah samsak tinju.
"Penyusup!" Sebuah teriakan membuat mereka semua menoleh. Akhirnya keberadaan mereka sudah diketahui.
Tidak memiliki pilihan lain, Troy langsung mendobrak pintu gudang tersebut dan mereka semua masuk ke dalam. Kemunculan mereka yang tiba-tiba membuat semua orang di dalam markas terkejut. Hening membuat gemuruh suara angin luar terdengar dengan jelas.
Sembilan orang itu berdiri secara melingkar, saling memunggungi. Karena saat ini mereka sedang dikepung dari arah luar dan dalam gedung. Perlahan, semua anggota kelompok The North Viking keluar dari setiap ruangan markas untuk melihat apa yang terjadi.
Ketua kelompok tersebut, seorang pria yang bernama TJ melangkah menghadapi mereka. Troy yang berdiri di paling depan. Ia mengenali wajah itu.
"Troy Roner? Owh.. Kelompok Jita Kyoei?! Ini gila!" Tawanya menggelegar. Ia masih tidak percaya pada kedua matanya sendiri.
"Kami datang untuk Calvin Lee. Lepaskan dia." Ucap Troy dingin.
"Calvin? Kalian memiliki hubungan? Aku kira dia bekerja sendiri sebagai pahlawan kesepian. Hahaha.." Tawa TJ.
"Kami tidak mau mencari masalah di sini. Kami hanya mau membawa Calvin kembali. Lagi pula kalian sudah menghabisinya sampai seperti itu." Tambah Ian.
"Woah.. Tobias Ian? Dan itu.. Frank Duk? Bahkan Martin Brafo juga ada?" TJ bertepuk tangan kagum. "Semua anggota penting kelompok legendaris Jita Kyoei sampai datang kesini untuk Calvin Lee? Sebenarnya kemana saja aku selama ini?" lanjutnya heran.
"Hentikan omong kosongmu. Lepaskan anak itu. Kami tidak akan mengacau disini." Sahut Ian.
Namun tawa TJ menggema diikuti seluruh anggota kelompoknya yang sudah terlihat memegang balok kayu di tangan mereka. Pria itu melangkah mendekati Troy yang memasang tampang emosi.
"Untuk apa aku melakukan itu? Tugas kami belum selesai." Ia menoleh pada Calvin yang duduk beberapa meter di belakangnya "Calvin Lee, belum mengatakan apa yang kami minta."
Ia melangkah mendekati pria malang yang duduk dengan setengah kesadarannya. Lalu ia menadahkan telapak tangannya ke samping. Salah satu anggotanya langsung melemparkan sebuah balok kayu berukuran sedang yang mendarat tepat di dalam genggamannya.
"Teman-temanmu menjemput, Calvin. Apa kau tidak mau pulang bermain bersama mereka? Kau tinggal harus mengatakannya.. 'Aku tidak akan mengacau pekerjaan gangster lagi.'." Desisinya.
Troy dan teman-temannya langsung tersigap. Jadi ternyata itu alasan Calvin ditangkap. Ternyata kelakuan anak itu sudah membuat para gangster muak hingga ingin segera mengakhiri pergerakannya yang memang menjengkelkan dan tidak berguna.
"Si bodoh itu.. Aku sudah bilang dia akan mendapat masalah besar." Gumam Ian heran.
Emma yang berdiri di samping Ian, seketika meneguk liur. Tubuh kecilnya terhalang oleh tubuh besar para laki-laki itu. Ia hanya bisa melihat penampakan Calvin dari sela-sela tubuh mereka. Tidak ada yang menyadari keberadaan perempuan itu di tengah-tengah anggota Jita Kyoei.
"Oh tidak.." Gumam Emma begitu melihat TJ bersiap memukul kepala Calvin dengan balok kayu.
Calvin tidak menjawab pertanyaan TJ. Ia malah meliriknya penuh dendam dan meludahkan darah dari mulutnya hingga mengenai sepatu boot TJ yang tampak mahal.
Kedua alis TJ menikuk naik dan kedua matanya melotot. Sikap Calvin sungguh membuatnya naik pitam. Setelah dipukuli hingga hampir mati, pria itu juga tetap tidak mau menurut sama sekali.
"Kau yang minta!" Geramnya dengan senyuman lebar sambil mengayunkan balok kayu tersebut ke arah punuk Calvin.
"TIDAKK!!"
Suara seorang perempuan membuat semua orang di dalam markas itu menoleh kaget. Tidak terkecuali seluruh anggota Jita Kyoei dan Calvin sendiri.
Sosok gadis dengan blazer abu-abu dan dalaman serba hitam sudah berdiri di tengah-tengah kekacauan itu. Troy sampai terkejut bagaimana Emma bisa melewati dirinya hingga sekarang gadis itu sudah berdiri dengan gagah beberapa langkah di depannya. Ia berdiri di tengah-tengah kumpulan anjing rabies yang akan dengan mudah mencabik tubuh mungilnya.
"Jangan lakukan itu. Aku mohon!" Ucap Emma penuh penekanan pada suaranya.
"Di.. dia.." Gumam Ian.
"Tidak seharusnya kita membawa perempuan. Aku sudah menduga pasti akan ada kejutan." Tawa Martin, sangat geli.
Calvin meneguk liurnya yang terasa seperti sebongkah batu. Kedua bola matanya bergetar melihat sosok gadis yang berdiri beberapa meter di hadapannya. Emma, bagai seekor itik yang masuk ke kandang srigala.
"Tunggu dulu…" Gumam TJ. Lalu ia menoleh pada Calvin dan kembali lagi pada Emma. "Kau gadis yang naik mobil tadi, kan? Oah.. jadi benar itu kau!" iya tertawa sinis.
"Berengs*k.. Dasar bedeb*h! Kau tau!? Calvin berjanji akan ikut dengan kami dan tidak melawan asalkan kami membiarkanmu lewat. Tapi ternyata kalian sudah merencanakan ini, ya? Kau sudah merencanakan untuk membawa Jita Kyoei kesini.. Aku tau kalian itu lemah. Tapi tidak menyangka si bocah pahlawan ini sepengecut itu." Ujar pria itu lagi.
"Tidak. Ini tidak direncanakan. Jangan sentuh dia." Calvin akhirnya membuka suara.