Mendengar Calvin akhirnya mengeluarkan suara..
TJ langsung menoleh horor padanya "Kau baru bisa bicara sekarang, hah? Luar biasa.."
Emma terkejut mendengar ucapan TJ. Ternyata Calvin menjadi seperti ini karena dirinya? Jadi saat itu ia rela ikut tanpa perlawanan hanya demi melindungi Emma. Memastikan Emma bisa lewat dan pulang dengan selamat?
"Memukulinya tidak akan memberikanmu keuntungan apa pun. Kau lihat Calvin sudah tidak berdaya. Aku mohon lepaskan dia. Kami akan langsung pergi dan tidak akan membuat keributan di sini." Ucap Emma serius. Seumur hidup ia tidak pernah memohon pada siapa pun. Namun ia akan melakukan apa pun untuk menyelamatkan Calvin.
Namun TJ malah tertawa terbahak-bahak. Ia melangkah santai mendekati Emma yang tidak gentar kedua kakinya. Gadis itu benar-benar tidak takut pada pria tinggi dengan alis bak seorang samurai itu.
Calvin langsung menatap Troy yang sigap mengambil langkah mendekati gadis itu. Seketika suasana langsung menegang di dalam gudang besar tersebut.
Semua anggota Jita Kyoei saling menatap dengan kuda-kuda yang sudah terbentuk. "Sepertinya kita akan beraksi lagi, teman-teman." Ucap Ian.
"Jujur, aku merindukan ini.." Tawa Martin lagi. Di sepanjang waktu, ia terus tersenyum bagai tidak mengenal situasi.
"Jangan sentuh dia!" Bentak Calvin hingga suaranya bergema di seantero gudang. Ia mulai meronta untuk melepaskan ikatan-ikatan pada tubuhnya yang sudah berlumuran darah.
Tangan TJ mengambang di udara. Ia hendak menyentuh rahang Emma.
Sesungguhnya gadis itu pun sudah memasang kuda-kuda untuk menghajar pria berengsek bernama TJ itu. Ia berpikir, jika kata-kata sudah tidak mempan, maka ia terpaksa harus menggunakan kekerasan.
TJ memang berhenti, namun ia mengulas senyum licik dan dengan cepat tangannya mengarah turun untuk menyambar dada Emma. Ya, dia seberengsek itu.
Tentu saja Emma terkejut. Namun ia sudah berlatih kung fu sejak kecil hingga respon otak dan tubuhnya juga cepat. Emma mengencangkan kuda-kuda kakinya dan tangannya ia layangkan untuk menepis tangan besar bertato itu.
Namun belum juga tangan Emma bergerak lebih jauh, dari samping kepalanya, sudah melayang sebuah tinju besar dengan hembusan angin yang mengarah tepat ke wajah TJ. Emma langsung tau itu adalah tangan Troy.
Dalam sekejap mata, Troy langsung membekap tubuh kecil Emma dan dipindahkannya ke samping. Nyatanya TJ memang sudah memprediksi Troy yang dari tadi sudah berdiri di belakang Emma, pasti akan menyerangnya. Karena itu, saat tinju Troy datang, dengan cepat ia bisa menghindar ke samping.
Troy pun tidak sebodoh itu. Pria bodoh mana yang akan berpikir TJ akan diam saja? Ia sudah memprediksi bahwa TJ akan menghindar. Karena itu ia tidak melayangkan pukulannya dengan serius, ia hanya mengocek dan langsung berfokus untuk memindahkan Emma dari hadapan cecunguk itu.
Saat pukulan pertama dilayangkan, itu bagaikan sebuah bel pertanda pertarungan dimulai. Ian dan Nico langsung melompat ke arah Troy untuk melindungi Emma. Sedangkan Troy memasang punggungnya sebagai tameng untuk menerima pukulan balok kayu yang sedang dipegang TJ.
Emma langsung melindungi kepalanya dengan kedua tangan. Tiga orang pria berdiri melindunginya. Ia dapat melihat kericuhan sudah terjadi. Ombak-ombak penyerang mulai berdatangan dan langsung dihadapi oleh anggota Jita Kyoei tanpa ampun.
Jita Kyoei adalah kelompok yang diketuai oleh Troy Roner. Mereka semua adalah pemegang sabuk hitam di club judo. Dan sebagai catatan, Jita Kyoei merupakan kelompok legendaris yang sudah fakum selama satu tahun lebih ini. Mereka sangat disegani karena kehebatan anggota-anggotanya dalam berkelahi saat mereka masih SMA. Kelompok mereka adalah salah satu yang tidak pernah disentuh oleh gengster mana pun. Karena gangster lain tau, menyerang Jita Kyoei sama saja seperti bunuh diri.
"Lindungi Emma dan Calvin." Ucap Troy pada Ian.
Pria itu mengangguk. Ia dan Nico langsung mengarahkan Emma menuju kursi yang diduduki Calvin. Sambil menuntunnya, mereka terus saja diserang dan mereka balas dengan bantingan dan tendangan kuat.
"Kenapa kau kesini?" Tanya Calvin cepat, begitu Emma sampai padanya dan langsung berusaha melepas tali yang mengikat kedua tangan dan kakinya.
"Jangan banyak bicara." Balas Emma, sibuk dengan tali.
Untung saja, Emma sudah mengikuti berbagai pelatihan membebaskan diri dari penculikan. Ayahnya memang sudah membekali setiap anak dengan berbagai ilmu menyelamatkan diri. Karena ia tau seberapa berbaya pekerjaannya bagi anggota keluarganya.
"Awas!" Teriak Calvin saat seorang pria menhampiri dan hendak memukul Emma dari belakang.
Secepat itu pula sebuah tendangan mengayun tepat ke telinga pria itu dari samping. Seketika pria tersebut terpental entah kemana. Bagusnya Ian berjaga di dekat Emma.
"Tolong cepatlah.." Ucap Calvin pelan pada Emma.
Beberapa detik kemudian, tali yang mengikat kedua tangan Calvin berhasil terlepas. Ia langsung melepaskan tali lainnya yang mengikat kaki kirinya di kaki kursi, sedangkan Emma melepas yang sebelah kanan. Begitu ikatannya terlepas, Calvin langsung berdiri dan melayangkan tinjunya kepada pria lain yang lagi-lagi hendak menyerang Emma dari belakang.
Ian menoleh ke arah Calvin sekilas. Ia tersenyum lega melihat pria itu akhirnya sudah terlepas. Sambil terus memukul dan menangkis serangan yang datang, Ian melangkah pada Calvin yang masih sibuk melindungi Emma di belakang punggungnya.
"Ke pojokan." Ujar Ian.
"Oke!" Angguk Calvin. "Ayo, Emma." Ia menuntun gadis itu menuju dinding gudang yang dekat dengan beberapa kotak kayu.
Nafas Ian tersengal-sengal dengan sisi pipi sudah terluka gores dan berdarah. Keringat membasahi seluruh wajahnya. Ia menyentuh pundak Calvin, "Aku akan membantu yang lain agar ini cepat selesai. Kau bisa melindunginya sendiri, kan?"
"Ta.."
"Aku tau, kau masih kuat." Ian melanjutkan bicaranya, memotong suara Emma yang hendak tidak setuju. Ian bukannya egois. Tapi ia tau sampai mana kekuatan Calvin Lee.
"Trimakasih, Ian." Calvin tersenyum.
Pria itu mengangguk sebelum kembali ke arena perang, yaitu di tengah-tengah gudang. Ia mengirimkan Nico untuk berjaga beberapa meter dari posisi Calvin berdiri, untuk menghidari gelombang penyerangan kelompok yang datang ke arah sana.
"Tenanglah. Aku bisa melindungimu. Jangan takut." Calvin tersenyum pada Emma. "Jongkok di sini dan lindungi kepalamu." Perintahnya, sebelum melangkah maju saat tiga orang pria menghampiri mereka.
Emma menonton segalanya dengan tangan gatal. Ingin rasanya ia ikut bergabung dan menghabisi para berandalan kurang ajar itu. Namun ia terpaksa menahan diri karena memang ia tidak boleh menunjukan siapa dirinya yang sebenarnya.
Diam-diam Emma memperhatikan Calvin yang berdiri beberapa meter di depannya. Melindunginya dari serangan anggota gangster jahat. Padahal Calvin sudah terluka sangat parah. Ia bahkan belum mengenakan pakaiannya. Namun tentu saja pertarungan itu membuat tubuhnya tidak merasakan dingin sama sekali. Ia masih bisa banjir oleh keringat.
Emma teringat pada apa yang dikatakan TJ lagi. Ternyata Calvin sebaik itu. Ia setulus itu melindungi Emma hingga rela berkorban. Emma yakin, pasti Calvin sudah tau apa yang akan ia hadapi jika ikut dengan kelompok itu dengan suka rela.
Seluruh tubuh Troy terasa panas. Ini lebih menantang dari pada latihan. Meskipun atmosfirnya berbeda dengan pertandingan judo nasional, namun adrenalin yang mengalir di seluruh pembuluh darahnya merasakan didihan yang sama.
Sejujurnya, Troy tidak ingin Jita Kyoei terlibat ke dalam masalah lagi. Dengan ini, ia mungkin harus mengorbankan sesuatu yang sangat penting. Seorang atlet tidak boleh terlibat kekerasan diluar arena resmi. Jika sampai ia tertangkap pihak berwajib dan ada reporter iseng yang membuka sebuah berita untuk mencari keuntungan.. Mungkin ini akan menjadi akhir dari impiannya dan seluruh teman-temannya untuk mengharumkan nama bangsa di kancah internasional.
TJ nampaknya tau tentang hal itu. Alasan mengapa Jita Kyoei menghilang dari radar per-gengsteran sesungguhnya sudah menjadi rahasia umum. Bahkan sejak awal memang Troy dan kawan-kawannya tidak pernah berminat sedikit pun pada aktivitas gangster. Mereka hanya tidak suka diganggu dan tidak suka teman mereka diganggu.
'Jika ada yang menyandung kawanku, itu artinya ia menyandungku juga.' Itulah yang selalu dikatakan oleh Troy Roner.
Namun yang sesungguhnya membuat TJ bingung adalah, mengapa tiba-tiba Jita Kyoei turun tangan membantu Calvin Lee? Di saat TJ berpikir Calvin itu benar-benar sendirian. Bahkan jika ia menenggelamkan bocah itu di lautan pun, seharusnya tidak ada yang datang mencarinya.
"Seharusnya kau tau apa yang kau lakukan." TJ meludahkan darah dari dalam mulutnya ke lantai. Wajahnya sudah penuh luka dan kemeja hitamnya menjadi kusut dan robek.
Troy mengusap sisi bibir bawahnya yang berdarah "Aku tau."
"Ini adalah pernyataan perang, Troy. Aku kira kau menghindari kerusuhan dan ingin bermain boneka saja di kamarmu." Tawa TJ. Belum juga nafasnya terhembus sempurna, ia langsung melompat dan memutar tubuhnya untuk melayangkan tendangan tingginya ke kepala Troy.