Sebenarnya, sejak awal Rachel sudah memperhatikan kondisi ruangan yang terlihat kosong tersebut. Mereka memang benar-benar tidak menghargai para pekerja, sehingga tidak nampak ada air minum sama sekali di sana. Entah di atas meja, atau di pojokan ruangan. Rachel sudah menduga bahwa mereka memang tidak menyediakan minum sama sekali, bahkan di kolong meja sekali pun. Karena itu, Rachel segera merubah kekejaman mereka menjadi keuntungan bagi dirinya.
Selagi Rayn pergi, dengan kemampuan baca cepatnya, Rachel membongkar isi kertas-kertas tersebut. Secara kasar, ia mendapati bahwa berkas tersebut memiliki dua belas salinan, yang membuatnya memiliki enam puluh lembar halaman berisi tulisan-tulisan kecil. Bayangkan saja, mana mungkin seorang lansia sanggup membaca itu semua dalam waktu satu jam?