Jam sudah menunjukkan pukul 09.45 WIB. Dhifa dan teman-temannya sedang berjalan menuju toilet sekolah, untuk berganti pakaian olahraga. Begitu juga dengan Rey dan Kahfi, namun mereka lebih memilih berganti pakaian olahraga di kelas.
Sembari melepas seragam muslim sekolah, Rey dan Kahfi nampaknya sedang serius mengobrol.
"Lo liat Dhifa tadi nggak sih, Rey?"
"Kenapa?"
"Dia kayak menghindar dari gue. "
Mendengar ucapan Kahfi, Rey berusaha meyakinkan Kahfi bahwa mungkin mood Dhifa sedang kurang baik.
Kahfi menghela nafas, dua bintang kelas itu akhir-akhir ini jadi sering bertukar pikiran. Kadang main game bersama, dan melakukan hobby yang sama.
Tanpa mereka sadari, Dhifa dan teman-teman sudah berada didepan pintu kelas. Bahkan saat banyak anak perempuan masuk ke kelasnya, beberapa anak laki-laki masih dengan kaos dalam saja.
Para anak laki-laki sampai kaget dan melemparkan tas mereka. "Woi! Kita lagi ganti baju!" Pekik salah seorang siswa.
"Yaelah, Satyr. Lo itu pake baju! Pake kaos dalem aja malu didepan cewek. Giliran buat dosa aja, nggak ada malu nya sama Tuhan." ledek Adinda sembari menghampiri tempat duduknya.
Dhifa sedari tadi menutup wajahnya dengan baju muslim sekolahnya. Agar menutupi pandangannya, walau auratnya seorang laki-laki itu mulai dari bawah pusar namun Dhifa tidak mau melihat pandangan yang tidak lumrah itu.
Embun melirik ke salah satu teman sekelasnya. "Kenapa? Mau bilang malu juga?" Tanya Embun ketus.
Anak laki-laki diseberangnya itu hanya menggeleng.
"Nggak pake baju aja malu, daki tuh urusin. Apa nggak malu, mau pamer dada bidang malah yang keliatan daki semua. Liat Rey sama Kahfi dong, bersih. Mulus. Kinclong. " ledek Embun.
Dhifa hanya tertawa kecil melihat perlakuan songong teman-temannya. Dhifa yang saat itu sedang merapikan baju muslimnya, di hampiri Rebecca yang mengajaknya untuk pergi ke lapangan basket sekarang juga.
Di lapangan basket yang masih sepi. Rebecca juga bertukar cerita dengan Dhifa. Tentang bagaimana kabar Dhirga yang awalnya sangat gugup saat hendak melamar, sekarang bisa tersenyum lega karena sebentar lagi akan menikah.
"Biasa nya banyak cobaan lo, Dhi. "
"Kalo sejauh ini sih, gue belum liat. Eh tapi, ngomong-ngomong kemarin, ada yang nelpon gue. Tuh orang kayaknya mau buat gue ilfeel sama Kahfi deh. "
"Hah? Terus gimana?"
"Ya, gue mati-in lah telponnya. "
"Tapi tadi, lo masih bareng dia kan berangkat sekolah?"
"Iya, masih. "
Jam pelajaran Penjas dimulai. Hari ini adalah hari pengambilan nilai bola basket. Lalu saat jam pelajaran Seni Budaya, mereka juga kebagian giliran pertama untuk ujian praktek bermain keyboard. Hari yang panjangg dan melelahkan.
Saat hendak pulang, Dhifa mendapat pesan dari Dhirga untuk pergi ke fotokopian Jhoan yang terletak 500 meter sesudah sekolah Dhifa. Karena disana ada fotokopian Dhirga yang belum di ambil. Baru hendak kearah sana, Dhifa sudah memutar arah lagi. Karena Dhirga mengirimkan pesan lagi, bahwa biar nanti dia sendiri yang mengambilnya.
Dhifa dan Kahfi pun kembali menempuh jalan pulang.
Dirumah, Dhirga yang sedang menonton berita mendapat kabar bahwa di depan fotokopian tempat ia menyuruh Dhifa mengambil fotokopian tersebut telah terjadi tawuran antar siswa sekolah. Dhirga panik bukan main, ia berulang kali menelpon Dhifa namun tidak bisa tersambung karena ponsel Dhifa habis baterai.
Sesampainya Dhifa dirumah, Dhirga langsung bertanya apakah Dhifa tadi memang sempat lari atau malah ia lari karena sudah terluka.
"Kita muter arah, kan lo bilang nggak jadi. Biar lo ambil sendiri. Pas kita hampir sampe juga, belum ada tawuran. " jelas Dhifa
"Alhamdulillah, berarti bener gue nyuruh lo pulang. Gue udah takut setengah mati. Waktu gue chat lo minta lo pulang, gue belum liat berita ada tawuran. Eh pas gue telpon lo, handphone lo nggak aktif, mana ada berita tawuran didepan situ lagi. Ya gue khawatir. "
Jantung Dhirga masih berdegup kencang. Melihat tawuran yang terjadi di televisi, membuat ia takut bagaimana jika tadi ia tidak meminta adiknya untuk pulang. Tapi Allah berkata lain. Allah gerakkan hati Dhirga agar Dhifa pulang bersamaan dengan Kahfi yang juga selamat dari peristiwa itu.