Semalam Axelle menjanjikan jika dia akan membawa Lexa ke tempat tinju agar dia bisa melampiaskan kekesalannya. Tapi sayangnya, ketika sekarang dia akan menjemput gadis itu, ada keraguan yang dirasakan. Dia tak memiliki nomor ponsel gadis itu dan dia tak bisa menghubunginya apakah Lexa benar-benar masih menginginkan kesana atau tidak.
Tapi janji adalah janji. Masa bodoh kalau memang gadis itu akhirnya tidak mau pergi. Yang terpenting dia sudah menjemputnya. Maka dia sekarang sudah ada di depan rumah gadis itu. memencet bel rumahnya dan tak lama ada seorang penjaga yang membukakan pintu.
"Maaf, Pak. Lexa nya ada?" tanyanya untuk memastikan.
"Ada, Mas. Silahkan masuk." Lelaki paruh baya yang ada di sana itu membukakan pintu pagar lebih lebar agar Axelle bisa masuk ke dalam sana, "Saya panggilkan dulu ya, Mas. Mau masuk?"
"Nggak usah, Pak. Saya di sini aja." Menunjuk pada kursi di depan rumah dan kemudian duduk di sana.