"Aku lapar, makanya aku makan ini." Qiana menunjuk pada mangkuk yang berisi bubur yang tinggal setengah karena sudah dimakannya setengahnya lagi. Davie berdiri dan mendekati sang istri. Duduk di sampingnya dan lagi-lagi mengecek panas tubuh sang istri.
"Udah turun panasnya." Komentarnya.
"Ya, aku emang udah lebih baik sekarang." Qiana menenangkan Davie dan mengelus wajah lelaki itu dengan lembut. "Terusin aja tidurnya, aku udah nggak apa-apa. Hanya demam, Yang. Dia hanya perlu diistirahatkan." Davie mengelus kepala Qiana dan mencium dahi perempuan itu.
"Aku panik aja tadi. Aku akan lebih belajar lagi sekarang gimana mengurus istri. Biar kita seimbang. Bukan hanya kamu saja yang ahli ngurus aku, tapi aku enggak." Sepertinya bukankah itu tidak adil? Kenapa hanya perempuan saja yang bisa berperan baik terhadap suami? Apakah karena itu sebuah tuntutan? Atau memang sudah naluri?