Dua perempuan beda generasi itu tentu sama sedihnya. Tapi keduanya berusaha untuk mengalihkan rasa sedihnya pada persiapan pernikahan yang tinggal menghitung hari.
"Semua sudah oke kan?" Ibu Davie bertanya pada suatu hari.
"Udah, Ma. Aku rasa Devie selalu bisa diandalkan." Qiana sudah melihat persiapan itu begitu bagus dan dia tentu merasa puas dengan hasil kerja calon adik iparnya.
Qiana kali ini benar-benar banyak merenung. Mengulas semua yang terjadi kepadanya delapan tahun belakangan ini. Dia jadi mengingat ketika orang tuanya mengatakan jika dia akan dijodohkan dengan seorang putra dari teman orang tuanya.
Qiana pernah menolak mentah-mentah rencana tersebut karena merasa dia masih terlalu muda untuk terikat. Sejujurnya, Qiana belum pernah menjalin hubungan dengan seorang lelaki pun waktu itu, ketika ayahnya menyodorkan sebuah perjodohan yang sama sekali tak disangkanya.
