"Saya baik-baik saja." Jawab Qiana. "Ada apa?"
"Tidak. Saya hanya memastikan saja. Sejak Pak Davie keluar dari ruangan tadi, Ibu tak kunjung menutup pintunya. Karena itu saya mengecek." Qiana kembali berdehem karena salah tingkah.
"Saya oke. Mbak Dian bisa kembali bekerja." Qiana memutar tumitnya dan berjalan untuk kembali ke mejanya. Sudah sore dan dia belum sama sekali melanjutkan pekerjaannya sejak tadi.
"Saya ikut senang, Bu." Qiana berhenti berjalan setelah mendengar ucapan Mbak Dian. Berbalik, dan menatap sekretarisnya tersebut. "Ibu terlihat bahagia sejak bersama Pak Davie. Bukannya ketika sama Pak Rado Ibu terlihat menderita, hanya saja sekarang terpancar sekali kebahagiaan itu." lanjutan itu untuk penjelasan tentang apa yang dikatakan di awal.
"Saya berharap, kebahagiaan ini tak ada habisnya. Saya sudah lelah menangis." Mbak Dian memang bukan orang yang tahu segalanya tentang Qiana, tapi perempuan itu cukup paham hubungan percintaan bosnya tersebut.