Qiana tak bisa lagi berkata-kata setelah Rado mengatakan hal itu. Dia tak bisa mengelak karena itu adalah Rado. Jadi dengan perasaan tak nyaman, Qiana menarik nafasnya panjang. "Abang tahu dari mana?"
"Devie yang mengatakan." Tanpa merasa perlu menutupi dari mana sumber akurat yang didapatkan oleh Rado, lelaki itu berterus terang.
"Devie?" sebenarnya Qiana mengatakan itu hanyalah gumaman. Tapi Rado menganggap itu adalah pernyataan kepastian yang diberikan kepadanya untuk dijawab.
"Benar. Devie mengatakan itu karena dia merasa bahagia. Dan aku juga ikut merasakan kebahagiaanmu." Entah Rado benar-benar tulus mengatakan itu atau tidak, tapi senyuman lelaki itu benar-benar terlihat lebar.
"Maafkan aku, Bang." Sejujurnya Qiana merasa lelah. Sebelum berangkat, dia sudah menghadapi drama yang menguras hati, sekarang pun sama.
"Aku sudah tidak mempermasalahkannya, Qiana. Mungkin kita memang tidak ditakdirkan untuk bersama sebagai pasangan. Kamu nggak perlu memikirkannya lagi."
