Davie tak bisa tidur setelah dia pulang dari rumah Qiana. Memikirkan semua hal yang terjadi akhir-akhir ini benar-benar menjadikannya sakit kepala saja sekarang. Pertanyaan yang diberikan kepada Qiana memang tak mendapatkan jawaban, tapi dia tahu jika Qiana masih mencintainya. Bisakah dia merasa senang sekarang?
Entahlah. Dia tak sejahat itu sampai harus berbahagia di atas penderitaan orang lain. Davie berusaha memejamkan matanya untuk bisa mengarungi alam mimpi, tapi sayangnya matanya tak bisa diajak kompromi. Besok dia harus bekerja, dan seharusnya dia bisa segera istirahat.
Hampir pukul tiga pagi, ketika dia baru saja benar-benar bisa menutup matanya dan tertidur, namun harus kembali terbangun ketika alarm nya mengaung menginginkan dia membuka matanya. Jadi mau tak mau dia harus bangkit dari kasurnya dan menjalankan rutinitas pagi.
Setelah selesai dengan kewajibannya, Davie keluar kamar dan pergi ke dapur karena ibunya pasti sudah ada di sana.