Ketika malam hari seperti ini, tubuh sudah mulai lelah, otak pun terkadang sudah tak lagi bisa mudah mencerna sesuatu dengan baik. Pun dengan Davie. Seandainya ada yang menantangnya untuk mengajak tawuran pun akan diterima dengan tangan terbuka tanpa penolakan.
Melihat tunangan mantan istrinya yang sampai sekarang masih dicintainya, kini bersama dengan adiknya, ubun-ubun nya jelas panas. Tatapan matanya benar-benar tajam menancap ke arah Rado. Apalagi yang dia tahu, tadi Devie ada di rumah. Entah kapan gadis itu keluar dan bertemu dengan lelaki di depannya itu. Apakah itu sebuah ketidaksengajaan, atau sebaliknya, dia akan mecari tahu.
"Bang!" akhirnya Devie berbicara. "Aku nggak sengaja bertemu dengan Bang Rado." Devie memegangi lengan Davie dengan wajah yang takut. Meskipun selama ini dia selalu berulah jika bersama sang kakak, dia masih menunjukkan rasa hormatnya kepada lelaki itu.
