Qiana pulang ke rumah dalam keadaan yang kacau. Dia berjalan lunglai dan tentu saja itu mendapatkan pertanyaan dari sang bunda.
"Kenapa?" begitu tanya perempuan paruh baya tersebut. Melihat putrinya yang seperti itu, membuatnya khawatir. Qiana berbaring dengan kepala berbantalkan paha ibunya, dan medapatkan elusan di sana.
"Semuanya sudah berakhir, Bunda." Nada suaranya benar-benar sedih. "Aku dan Bang Rado, kami akhirnya berpisah." Adunya sambil memperlihatkan jarinya yang sudah tak lagi melingkar cincin pertunangan.
Ibu Qiana tak mengatakan apapun karena merasa kaget dengan informasi yang didapatkan dari putrinya. Entah apa yang dipikirkan oleh beliau, tapi perempuan tersebut benar-benar hanya mematung tanpa berkomentar.