Melihat pemandangan di depannya, membuat Davie seolah ingin menghilang saja dari sana. Qiana dan Rado memang tidak bermesra-mesraan di depannya, tapi hanya dengan melihat kebersamaan mereka saja Davie sudah merasa tak suka. Tapi bukankah dia seharusnya sudah mulai menerima semua ini?
Ya, seharusnya. Tapi ketika hatimu belum sepenuhnya melupakan dan harus kembali bertemu dengan orang tersebut, maka terasa sia-sia saja usahanya kali ini. "saya pamit ke toilet sebentar." Qiana berdiri dan langsung pergi dari sana tanpa menunggu jawaban dari mereka.
Perempuan itu masuk ke dalam toilet dan duduk di atas closet. Sebenarnya dia tidak benar-benar ingin mengeluarkan sesuatu, hanya saja merasa tak nyaman saja sekarang. Memijat pelipisnya, Qiana merasa kepalanya berdenyut. Setelah beberapa lama dia tak bertemu dengan Davie, kini dia kembali dipertemukan oleh takdir. Dia berpikir pertemuannya waktu itu adalah sebuah kebetulan saja. Dan berharap tak terjadi lagi.