Chereads / Antariksa [ Dari Angkasa ] / Chapter 4 - 5. Pensi

Chapter 4 - 5. Pensi

Adel malah sudah berada di posisi paling depan sebelum nanti penonton penuh. Kehadiran Rinai tak terlihat hingga acara pensi sudah di mulai. Adel menghubungi Rinai.

Rinai yang masih menghafalkan sebuah lagu pun terganggu dengan ponselnya yang berdering terus-terusan.

"Angkat aja,"

Brian menanti kehadiran Antariksa yang tak kunjung datang, ruang musik saat ini sudah ada dirinya, Rinai, dan Rafi. Agung? Cowok itu tak suka band, nanti fans-nya bertambah banyak.

"Iya del kenapa?"

"Eh acaranya mau mulai nih. Gak masuk sekolah ya?"

"Masuk kok? Ngapain coba bolos, yang ada di marahin."

"Sekarang lo dimana sih Rin? Penontonnya penuh nih, gue paling depan ya."

"Nanti juga tau, malah gak perlu capek-capek dorong-dorongan."

Agung membuka pintu ruang musik. Memerintahkan segera ke atas panggung. "Udah siap? Lengkap semuanya?"

"Antariksa,"

"Berharap keajaiban dunia bertambah satu? Antariksa gak hadir hari ini,"

"Kata siapa?" suara berat itu membuat Agung tersenyum malu-malu.

Brian lebih baik tanpa Antariksa, andai cowok itu tak hadir hari ini.

☁☁☁

Adel sampai tak percaya Rinai tampil. "Wah, Rin hati-hati di tindas kakak kelas. Secara kan band The Rocket selama ini gak pernah masukin cewek sebagai anggota,"

Reaksi itu tak di tunjukkan Adel saja, tapi Cica juga. "Cewek kampung ngapain tampil? Anak baru berani buat ulah,"

"Tenang, pensi selesai ada sambutan manis buat dia Ca," ide cemerlang muncul dari Sasa.

"Oke, buat cewek itu keluar dari sekolah ini,"

Konser The Rocket dimulai, membawakan lagu pop romantis yang di nyanyikan Rinai.

Antariksa memainkan drum-nya dengan mahir. Biasanya ia yang menjadi vocal-nya. Antariksa sempat terpukau dengan suara Rinai. 'Kenapa ya sama gue? Setiap liat dia itu bawaannya adem,' batin Antariksa, pandangannya hanya fokus pada Rinai hingga membuat Brian memainkan gitar listriknya tak beraturan. Antariksa menoleh, tersenyum remeh.

Cica ingin melenyapkan saat itu juga. Sampai Antariksa mencuri pandang?

"Sa, kapan sih pensinya selesai?" Cica tak tahan, enak sekali cewek itu menjadi vocalis-nya The Rocket.

"Kurang 20 memit Ca. Sabar aja, nanti ada waktunya." Tasya menenangkan Cica, bisa saja ia bertindak saat ini juga.

☁☁☁

Selesai, Rinai ingin menemui Adel. Tapi teman barunya itu tak ada, Rinai sudah mencari posisi paling depan.

Cica menghampiri targetnya. "Hai, cari siapa?" ramah? Mungkin sebentar, tapi liat aja sebentar lagi lo gak akan betah.

"Adel, apa pulang ya?"

"Daripada cari Adel ke kantin dulu, gue traktir kok. Tadi penampilannya bagus ya,"

Rinai mengikuti langkahnya. "Makasih ya. Biasa kok, malah suaraku jelek."

"Coba tutup mata lo deh,"

Rinai menurutinya, pasti kejutan.

Sesuai rencana Cica membawa Rinai ke gudang, lalu Tasya sudah menyiapkan plastik yang terbungkus kecoak di dalamnya. Sasa akan mengunci pintu gudangnya.

"Siap?" tanya Cica, Rinai mengangguk antusias.

"Bentar ya, jangan dibuka dulu matanya." Cica menyuruh Tasya melepaskan kecoak itu.

Setelah binatang itu keluar dan merayap ke kaki Rinai, Sasa menutup pintunya. "Selesai," Sasa menguncinya.

Cica bertos ria dengan Sasa. "Yuk, nanti ada yang liat."

Rinai merasakan sesuatu merayap di kakinya, ia membuka matanya. Oh hewan ini. Rinai menepisnya, untuk apa takut kalau tak menggigit?

Rinai di gudang, pasti pintunya di kunci. Alternatif yang tepat adalah menggunakan jepit rambut hitam yang selalu ia pakai jika apa-apa terjadi. Rinai memutar jepitnya, pintu terbuka seperti biasa yang ia lakukan saat masuk rumah, ibunya bekerja dan jelas kuncinya di bawa.

"Cara kalian klasik, di novel sama sinetron gini terus. Gak ada yang lain?" Rinai keluar dari gudang tanpa ada rasa takut, Brian yang dari ruang musik ingin ke kantin pun melihat Rinai keluar dari gudang.

"Rinai,"

Rinai menoleh. "Iya?"

"Ngapain ke gudang?"

"Tadi ada cewek yang mau ngajak aku ke kantin, terus tutup mata. Tau-tau di bawa ke gudang," Rinai akan mengincar cewek itu juga.

Brian marah, sampai ketemu orangnya akan ia buang ke sungai Brantas. "Berani banget ya. Sekarang zaman-nya bully, rebutan cowok, ini pacar gue, padahal gak di akuin sama sekali."

"Biarin aja kak, nanti aku atasi sendiri. Saya pulang dulu ya,"

"Hati-hati ya,"

Di belakang Brian Antartika menarik jambul Brian hingga rusak.

"Apaan sih? Kalau botak gimana?" Brian membawa pelicin rambut di sakunya, untung siap sedia.

"Ngapain sama dia?"

"Gombalin tadi, udah baper."

Brian asal ucap Antartika kembali menarik jambul Brian.

Sudah susah membenarkan sekarang berantakan. "Eh, jangan jambul dong sa. Gak seneng liat temennya ganteng?"

"Gue lebih ganteng."

Memang sih, laci Antartika ada bunga dan coklat mahal, impor pun ada.

"Terserah,"

Antartika melupakan sesuatu, pulang sekolah ini ia harus memeriksa jemuran mamanya, Bintang. Apa sudah kering apa masih basah, panas hari ini sayup-sayup. Semoga mamanya tak mengomeli lagi.

☁☁☁