Hari demi hari kondisi Ratu Indo Cempaka Puspita Maharani semakin membaik. Jika sebelumnya kondisi fisiknya sangat turun drastis disebabkan kerinduannya yang mendalam dan tertahankan oleh sang raja yang tidak pernah kunjung batang hidungnya menemuinya sehingga membuat nafsu makannya hilang yang membuat berat badannya turun drastis sehingga terlihat kering kerontang. Berkat bantuan dari seorang kakek dan nenek tua yang bernama Kakek La Bote dan Nenek Indo Balobo. Kedua orang tua inilah yang menjadi dewa dan dewi penolong sang ratu, di saat hidup sang ratu betul-betul dalam titik terendah dalam hidupnya. Kini sang ratu seakan menemukan semangat hidupnya kembali setelah sempat terpuruk oleh cintanya ke sang raja yang telah menduakannya dengan wanita lain.
" Nak, magiko nasalai lakkemmu? Aga memang salammu, Nak? " ( Nak, mengapa suamimu tega meninggalkanmu? Memangnya kesalahan apa yang telah kau perbuat? ) kata Nenek Indo Balobo kepada Ratu Indo Cempaka Puspita Maharani. Dengan kepala tertunduk lesuh, sang ratu seakan-akan tidak mampu menunjukkan rasa sedihnya dan enggan untuk membagikan kesedihannya itu kepada orang lain, sekalipun itu kepada Nenek Indo Balobo, seorang wanita tua yang baik hati dan tulus membantu sang ratu.
" Dena marigaga demopodakka masalamu sibawa lakkemmu nasaba dewelo ucampuriki urusan pribadimu. " ( Tidak apa-apa jika kau tidak mau membagikan masalahmu bersama suamimu karena aku tidak mau mencampuri urusan pribadimu ) ujar sang nenek dengan sedikit bijak.
" Terima kasih banyak. Sebenarna ciana melo pikirkan iye masalaku nasaba mapeddi laddeni atikku kasi. " ( Terima kasih banyak. Sebenarnya aku sudah tidak mau memikirkan masalahku lagi ini karena hatiku sudah sakit jika mengunkitnya ) kata sang ratu dengan suara yang tersendat-sendat seakan-akan tidak sanggup menahan beban yang dipikulnya saat ini.
" Iye, Nak. Upahang laddesa kondisimu. Sabbara bawanno hadapi nasaba sabbarami sibawa keikhlasan mancadi pabbura peddi atimu sibawa lakkemmu. " ( Iya, Nak. Aku paham kondisimu. Sabar saja menghadapinya karena hanya dengan kesabaran dan keikhlasan yang bisa menjadi obat dari perasaan sakit hatimu terhadap suamimu ) nasihat dari Nenek Indo Balobo.
" Indo Balobo, beneku? kegako cintaku, sayangku, manisku? engkana ye pole. " ( Indo Balobo, istriku? kau di mana Cintaku, sayangku, manisku? suamimu ini telah datang ) ujar Kakek La Bote mencari-cari keberadaan iatrinya setelah dia baru kembali dari hutang untuk mencari beberapa kayu bakar dan binatang buruan sebagai bahan makanan untuk malam ini.
" Woi lakkekku, engkama iye ke kamarae sibawa sang ratu. " ( Woi suamiku, aku ada di sini di dalam kamar bersama sang ratu ) teriak Nenek Indo Balobo dari dalam kamar, " permisika Jolo, Nak. Nasappana kakekmu. Melo sih kapang ipasusu nappa pajai menga-menga mapada bembee melo ipasusu. " ( Aku permisi dulu, Nak. Kakekmu sudah mencariku. Mungkin dia mau disusuin dulu agar berhenti berhenti berteriak seperti seekor kambing yang ingin disusui ) ujar Nenek Indo Balobo yang diiringi tawa kecil dari Ratu Indo Cempaka Puspita Maharani yang seakan tak mampu menahan tawa kecilnya menyaksikan kemesraan antara Kakek La Bote bersama Nenek Indo Balobo. '
Romantis ladde sedding ero tomatoae.' ( Romantis sekali mereka berdua ) ucap sang ratu dalam hati. Lalu sekilas kenangan sang ratu saat bersama dengan Raja Ambo Enre Ratulangi mendadak muncul lagi setelah menyaksikan keromantisan kakek dan nenek tersebut. Ucapan-ucapan yang diucapkan Kakek La Bote terhadap Nenek Indo Balobo mengingatkannya dengan kata-kata sayang yang selalu diucapkan sang raja kepadanya.
Air mata pun jatuh tak tertahankan lagi membasahi pipi manisnya. Segala upaya yang dia lakukan untuk melupakan kenangan dirinya bersama dengan raja kembali harus terungkit. Dengan mata yang berkaca-kaca, sang ratu pun lalu menyandarkan kepalanya pada sebuah bantal, lalu dia pun bersanandung untuk mengekspresikan kesedihannya
' Awwihhh....
Terri peddi atikku
Ucapu campa aroku
Uitamo tudang botting
Teppasammu tekkareba
Mallere wae matangku
Naulleku teppakkua
Magi mulesseri janci
Mutaro sajang rennu
Kegani maka utiwi sajang rennu atikku
Eloku sedding ro mate
Na tea lao nyawaku
Notaroa sajang rennu
Naulleku tapakkua
Kobaja sangngadie engka jera baru
Kuburu tenri bunga
Iya'na tau rilalenna
Utiwi lao peddikku
Utiwi limbang ri bajeng '
( Dalam Bahasa Indonesia )
' Aduhhhhh....
Menangis sedih hatiku
kuusap-usap dadaku
Saat kulihat dirimu duduk di pelaminan
Tanpa pesan dan tanpa berita
Bercucuran air mataku
Teganya kau lakukan itu padaku
Mengapa engkau menyalahi janji
Kau biarkan aku dalam kecewa
Kemanakah akan kubawa rasa kecewa di hatiku
Ingin rasanya aku mati saja
Namun nyawaku tak mau pergi
Kau biarkan aku dalam kecewa
Teganya kau lakukan itu padaku
Apabila besok atau lusa ada pusara baru
Kuburan yang tak bertabur bunga
Maka akulah yang bersemayam di dalamnya
Kubawa pergi pedihku
Kubawa menyebrang ke alam baqa...'
Sesaat setelah sang ratu menyanyikan lagu tersebut dengan deraian air mata yang tak terbendung lagi jatuh dari pipinya, dia pun tertidur untuk melupakan kesedihannya. Sementara itu di balik jendela kamar, Kakek La Bote dan Nenek Indo Balobo mengintip dari luar jendela setelah menyaksikan sang ratu bersenandung dengan suara yang sangat merdu dan cucuran air mata jatuh dari pipinya.
" Kasina peddi ladde atina pura isalae sibawa lakkenna. Sedih laddeka mitai. " ( Kasihan hatinya sangat sakit sekali setelah ditinggalkan oleh suaminya ) bisik sang kakek kepada istrinya.
" Hushhh, mokkono! " ( Hushhhh, kau diam saja! ) balas istrinya seraya suaminya pergi meninggalkan sang ratu tidur sendiri di kamar.
~~~~~
[ JUDUL LAGU: SAJANG RENNU ( KEKECEWAAN YANG AMAT SANGAT PEDIH )
CIPT: ALM. YUSUF ALAMUDI DAN H. JAFAR ABU
VOC: HJ. NIA MUCHTAR DAN BASRI ILHAM ]