Soo A tidak menyangka kalau Park Sae Ro Yi benar-benar akan kembali dan membuka toko di Itaewon dalam waktu 7 tahun. Park Sae Ro Yi menepati ucapannya. Dia berhasil membuka toko di Itaewon dengn nama : DanBam.
Malam hari,
Itaewon menjadi sangat gemerlap dan banyak orang yang berkunjung ke daerah tersebut.
DanBam, kedai milik Park Sae Ro Yi juga mulai bersiap untuk di buka. Park Sae Ro Yi memeriksa uang kasir sementara dua pekerja lainnya : Choi Seung Kwon dan Ma Hyun Yi sibuk melakukan persiapan makanan untuk toko. Sae Ro Yi menyuruh mereka untuk segera bersiap di posisi karena mereka akan segera mulai. Hyun Yi tampak keberatan dan mencoba membujuk agar hari ini mereka tidak melakukan 'hal itu.' Seung Kwon langsung memarahinya untuk tidak malas dan lakukan saja.
Apa yang hendak mereka lakukan?
Park Sae Ro Yi menyuruh mereka untuk melakukan senam sehat sebelum kedai di buka. Hyun Yi melakukannya dengan wajah terpaksa. Dan setelah senam selesai, kedai BanDam di buka. Siap menyambut para tamu.
--
SMA Yonggak
Sekelompok siswi di kelas sedang membully seorang siswi lainnya. Ketua kelompok itu menyuruh siswi itu untuk memberikan roti selai, tapi karena di kantin sudah habis, siswi itu membelikan roti tawar. Ketua kelompok langsung marah-marah dan memakinya bahkan mendorongnya sampai terjatuh. Dia bahkan ingin menulis di jidat siswi itu tulisan : IDIOT.
Tanpa sopan, dia mengambil pena milik seorang siswi yang sedang menelungkupkan wajahnya ke atas meja. Dia menggunakan pena itu untuk menulisi jidat siswi yang di bully. Siswi yang di bully tersebut menangis dan memohon agar mereka tidak melakukannya.
Siswi yang pena-nya di ambil tadi, terbangun. Dia adalah Jo Yi Seo. Yi Seo melihat pembully-an tersebut. Dia mengeluarkan ponselnya dan merekam aksi mereka dengan kamera depan ponselnya. Aksi bully itu terekam dengan jelas.
Yi Seo mengupload video tersebut ke akun SNS-nya dengan caption : Kelas 12 di SMA Yonggak. Nn. Guk, anak Kepala Distrik membully temannya.
Video yang di unggah tersebut, dalam sekejap menjadi viral dan mendapat perhatian dari publik. Banyak netizen yang menghujat aksi yang di lakukan si pembully.
--
Yi Seo membaca semua komentar-komentar di video yang di unggahnya tersebut, dan tersenyum puas. Temannya, Jang Geun Soo, memperhatikannya dari belakang.
Jo Yi Seo, bintang media sosial dengan 760.000 pengikut . Narablog berpengaruh. Dia pindah dari New York tahun lalu. Dia jago olahraga. Dia juga pintar. Dia sangat berbakat. Gadis genius dengan IQ 162 yang bisa melakukan apa pun. Jika malaikat itu memang ada, mereka mungkin seperti dia. Narasi Jang Geun Soo.
Apapun yang di upload oleh Yi Seo akan menarik perhatian para followers-nya. Yi Seo juga pandai dalam olahraga dan pintar. Dia selalu peringkat pertama dan mendapat nilai raport sempurna. Dia juga pandai memainkan alat musik, melukis dan masih banyak lagi. Yi Seo bahkan mempunyai kartu anggota Mensa Korea.
--
Bogwang Goshiwon (Ruang Belajar Bogwang),
Yi Seo dan Geun Soo berada di sebuah atap gedung. Saat itu, terdengar suara wanita berteriak-teriak mencari yang namanya Yi Seo. Yi Seo turun dari atap dan menghampiri wanita itu. Saat wanita itu menanyakan apakah dia adalah Jo Yi Seo? Yi Seo membenarkan.
Wanita itu adalah ibu dari siswi pembully itu, Ny. Guk. Dia marah karena Yi Seo sudah mengunggah video anaknya, hingga dia langsung menampar wajah Yi Seo dengan keras. Apa Yi Seo tidak tahu siapa dirinya? Berani sekali memfitnah anaknya!
Jo Yi Seo yang berwajah malaikat itu…
Yi Seo tetap tenang. Dia melihat ke arah kanan dan berujar, "Jang Geun Soo. Sudah kau rekam?"
Dia memiliki karakter seperti iblis.
Geun Soo ternyata dari tadi di sana dan merekam apa yang Ny. Guk lakukan pada Yi Seo, sesuai perintah Yi Seo. Ny. Guk jelas marah. Tapi, Yi Seo malah berujar kalau yang dia unggah adalah fakta bukan fitnah.
Ny. Guk emosi karna menurutnya, Yi Seo tidak ada hubungan apapun dengan apa yang putrinya lakukan. Yi Seo menegaskan kalau siswi itu sudah membully dan memeras teman yang tak bersalah. Dan juga, meminjam pena-nya tanpa izin. Sebenarnya, dia ingin menyelesaikannya sampai di sini, namun… pipinya sediki sakit dan perih sekarang ini.
"Inilah alasan didikan keluarga penting," ujar Yi Seo, tanpa rasa takut sedikitpun.
"Lihat anak kurang ajar ini. Apa yang kau katakan? Katakan sekali lagi. Katakan sekali lagi!" tantang Ny. Guk sambil mendorong-dorong bahu Yi Seo dengan telunjuknya.
Yi Seo langsung menangkap tangan Ny. Guk dan mengibaskannya dengan kuat. "Video itu… akan kuunggah di forum universitas saat Bok-hee kuliah nanti. Bila dia bekerja, akan kukirim ke kantornya. Bila dia menikah, akan kukirim ke calon mertuanya. Ini semua karena siapa? Lalu ketika Bok-hee punya anak…"
Ny. Guk tidak tahan mendengar ancaman Yi Seo. Dia berteriak marah kalau Yi Seo adalah orang gila. Dia bahkan mengangkat tangannya hendak menampar Yi Seo dengan keras.
Sayang, sebelum tamparan itu mengenai Yi Seo, Park Sae Ro Yi yang lewat di sana, menahan tangan Ny. Guk. Dia memang tidak tahu mereka sedang ada masalah apa, tapi tenanglah. Ny. Guk tidak bisa tenang dan memerintahkan Sae Ro Yi untuk melepaskan tangannya. Yi Seo tersenyum senang. Dia memanfaatkan momen itu untuk balas menampar Ny. Guk dengan keras. Ny. Guk sampai kehilangan keseimbanga. Sae Ro Yi sampai melongo, kaget melihat apa yang Yi Seo lakukan. Geun Soo juga begitu.
Dan Yi Seo juga… adalah sosiopat.
Yi Seo bahkan menatap Sae Ro Yi dan menyebutnya tukang ikut campur. Dengan santai, Yi Seo pergi dari sana dan menghentikan taksi. Dia masuk ke dalam taksi bersama dengan Geun Soo. Sae Ro Yi mengejarnya dan menariknya keluar dari dalam taksi. Dia memarahi Yi Seo karena memukul orang yang lebih tua.
"Kau tahu apa?" balas Yi Seo. "Kau bilang sendiri tadi. Kau tidak tahu masalahnya."
"Tetap saja!" teriak Sae Ro Yi, kesal.
"Ayahku meninggal karena wanita itu. Bila itu kau, apa kau akan tetap menahan diri?" ujar Yi Seo dengan suara yang terdengar sedih.
Sae Ro Yi tidak tahu harus mengatakan apa dan melepaskan pegangan-nya pada tangan Yi Seo. Dia membiarkan Yi Seo pergi. Yi Seo masuk ke dalam taksi, menutup pintu dan menurunkan jendela.
Dengan wajah riang, dia berujar pada Sae Ro Yi, "Itu bohong!"
Dan taksi meluncur pergi. Yi Seo tertawa bahagia.
Sae Ro Yi sangat kesal dan kehilangan kata-kata untuk orang seperti Yi Seo.
--
Sae Ro Yi kembali ke kedai. Saking kesalnya, dia sampai memukul meja dan membuat kedua karyawan-nya kaget. Seung Kwon langsung bertanya ada apa? Hyun Yi menduga kalau Sae Ro Yi marah karna kedai mereka tidak mendapat tamu sama sekali. Seung Kwon menyarankan untuk melakukan promosi. Hyun Yi tertawa dan menjawab kalau wajah Seung Kwon yang membuat pelanggan tidak mau datang.
Sae Ro Yi menengahi mereka. Dia memberitahu alasannya marah karena dia bertemu wanita gila saat perjalanan ke kedai tadi. Hyun Yi penasaran dan bertanya ada apa? Seung Kwon malah lebih penasaran apakah wanita itu cantik?
Hyun Yi jadi kesal. Dasar pria! Memangnya itu yang penting sekarang? Seung Kwon ikutan kesal karena Hyun Yi bicara seperti itu, memangnya Hyun Yi bukan pria? Eh, tapi Seun Kwon jadi ragu juga. Hyun Yi pria atau wanita? Hyun Yi malas membicarakan hal itu. (wkwkwkw. Asli lho, aku juga awalnya ragu sama seperti Seung Kwon. Hyun Yi ini cewek atau cowok? Soalnya wajahnya cantik, tapi auranya dan suaranya agak seperti pria. Dan ternyata… Hyun Yi ini cewek. Girl crush, cuy)
Esok hari,
Yi Seo di marahi oleh guru BK karena sudah menampar orang yang lebih tua. Yi Seo santai saja dan malah balik tanya, kenapa dia tidak boleh menamparnya? Guru BK kesal, emangnya, Yi Seo tidak tahu siapa Ny. Guk itu? Yi Seo dengan santai menyimpulkan tindakannya salah karena Ny. Guk lebih tua, dan juga istri kepala distrik, jadi, dia harus diam saja ketika di tampar? Ah, dia yakin kalau guru Bk pasti mendapatkan banyak masalah karena di ganggu oleh Kepala Distrik, ya.
Guru BK kehilangan kesabaran. Emosinya memuncak dan dia berteriak karena Yi Seo bersikap kurang ajar. Guru wali kelas langsung menyelamkatkan Yi Seo dari guru itu dengan berkata pada guru BK kalau dia yang akan memarahi Yi Seo karena Yi Seo adalah murid kelasnya. Yi Seo dengan santai, menundukkan kepala dan kembali ke kelas.
--
Di perusahaan Jangga,
Geun Won melakukan presentasi mengenai kedai Jangga cabang Itaewon. Kedai di cabang Itaewon terus merugi dalam 3 bulan terakhir. Sementara itu, cabang kedai Jangga di dekat Universitas Hongik dan Konkuk lebih untung sebab di kenal sebagai tempat cari pasangan. Dan karena itu, dia mempunyai ide untuk memfasilitas cabang Itaewon sebagai tempat cari pasangan juga.
Geun Won bahkan sudah membuat konsep-nya. Mereka bisa membuat aplikasi khusus Kedai Jangga agar tamu dapat menggabungkan meja mereka dan mencari pasangan. Dia yakin, semua cabang Jangga akan menjadi populer dengan konsep seperti itu.
Presdir Jang tampaknya tidak suka ide tersebut, karena dia meminta pendapat dari dir. Kang. Dir. Kang jujur menjawab kalau ide Geun Won tidak menarik dan dia tidak yakin. Geun Won membujuk agar mereka mencoba terlebih dahulu.
Presdir Jang langsung meminta pendapat dari Kepala Oh Soo A. Geun Won tersenyum, karena yakin Soo A akan memihak padanya. Tidak di sangka, Soo A malah dengan tegas berkata kalau dia tidak setuju dengan ide Geun Won.
"Kedai Jangga adalah merek utama kita. Kedua kedai dekat universitas memiliki reputasi itu karena lokasi mereka sekarang. Kita tak sengaja membuatnya. Bila kita mendorong tamu untuk cari pasangan, ini dapat merusak nama baik Kedai Jangga yang terkenal dengan rasanya," jelas Soo A.
"Anggapan bahwa mengundang tamu untuk cari pasangan… dapat merusak nama baik perusahaan adalah anggapan yang kuno," balas Geun Won.
"Lebih penting lagi, konsep seperti itu tak cocok dengan Itaewon," balas Soo A.
Geun Won tertawa dan tampak kesal karena dia bahkan mengibaskan kertas di hadapan-nya. Dia menanyakan maksud dari ucapan Soo A. Dir. Kang langsung menimpali kalau dia setuju dengan Soo A. Baginya, konsep yang Geun Won kemukakan hanya menarik bagi segelintir orang. Kalau mau, lebih baik cari pasangan di kelab atau bar saja. Memakai konsep seperti itu di tempat makan, malah membuat tempat makan itu terlihat murahan. Geun Won tetap ngotot dengan konsep-nya.
"Apa yang kalian katakan benar," tengahi presdir Jang. "Berapa rata-rata usia tamu di Itaewon? Tak tahu? Pada dasarnya, harga di Itaewon lebih tinggi dari yang lain. Karena itu, diperkirakan usia tamu sekitar pertengahan 20 hingga 30 akhir dengan finansial lebih baik. Apakah orang seperti mereka ingin cari pasangan saat ke Itaewon? Rasa. Suasana kedai. Kualitas yang sesuai dengan harga. Inti dari sebuah restoran. Itu area yang perlu diperjuangkan. Rencana sampah seperti ini tak cukup," jelas presdir Jang dan berjalan ke hadapan Geun Won sambil meropek proposal Geun Won. "Karena itu, kita tak boleh rugi."
Tidak hanya itu, Presdir Jang bahkan menunjuk Soo A untuk mengelola cabang Itaewon sementara ini. Masih belum cukup, Presdir Jang menampar wajah Geun Won dengan sangat keras di hadapan semua peserta rapat dan memarahinya karena sudah membuat cabang Itaewon merugi selama 3 bulan ini padahal itu adalah cabang yang berada di lokasi bagus. Dia menyebut Geun Won sebagai orang tidak berguna.
Semua peserta rapat terdiam. Sementara Geun Won, merasa malu dan terhina.
Rapat usai, tapi tidak dengan kemarahan Geun Won. Dia menemui Soo A dan menanyakan apa masalah Soo A dengannya? Soo A dengan santai menjawab kalau pada akhirnya, ide Geun Won kan tetap di tolak. Dan dia mendapat poin dari hal itu.
Geun Won sangat marah. Dia menyuruh Soo A untuk sadar dan memilih koneksi yang benar. Emangnya, Soo A kira berapa lama ayahnya bisa memimpin Jangga? Pada akhirnya, perusahaan akan jatuh ke tangannya. Mengerti? Jadi, Soo A jangan berbuat bodoh padanya.
Soo A tersenyum, "Kau yakin? Apa kau yakin… perusahaan jatuh ke tanganmu?" ujarnya dan langsung pergi.
Geun Won terdiam.
Presdir Jang ada di ruangannya. Di atas meja kerjanya ada foto keluarganya yang terdiri dari : Presdir Jang, Jang Geun Won dan Jang Geun Soo. Tampaknya, Presdir Jang memikirkan sesuatu.
--
Bogwang Goshiwon (Ruang Belajar Bogwang),
Geun Soo ada di Goshiwon, namun, dia tidak fokus belajar. Jadinya, dia melihat-lihat akun ig Jo Yi Seo. Dia melihat Yi Seo mengupload foto dengan caption : Aku sedang istirahat total karena stress dengan tes CSAT.
Geun Soo tersenyum melihat foto-foto Yi Seo tersebut. Foto terbaru Yi Seo, adalah foto di samping jembatan. Yi Seo juga menulis caption : Jembatan Jamsu.
Melihat itu, Geun Soo menjadi bersemangat.
Park Sae Ro Yi menuju Itaewon dengan menggunakan kereta bawah tanah. Di salah satu sudut kereta, ada terpampang foto Presdir Jang ukuran besar, iklan untuk Jangga. Melihat foto itu, semangat Park Sae Ro Yi semakin menggebu-gebu.
--
Hyun Yi dan Seung Kwon sudah ada di kedai. Hyun Yi sedang sibuk mengajari Seung Kwon cara menggunakan mesin kasir. Tapi, Seung Kwon tetap saja tidak mengerti hingga membuat Hyun Yi kesal.
Tidak lama, Sae Ro Yi tiba. Hyun Yi langsung memberitahu kalau ada kiriman paket untuk Sae Ro Yi. Seung Kwon penasaran isi paket itu karena kotaknya sangat besar. Mereka berkumpul di dekat kotak itu untuk melihat isinya. Sambil membuka kotak, Sae Ro Yi memberitahu kalau mereka harus melakukan sesuatu agar ada tamu yang datang. Jadi, yang di belinya adalah barang promosi.
Geun Soo ternyata menemui Yi Seo di jembatan Jamsu dengan mengendarai vespa. Yi Seo jelas heran melihatnya. Geun Soo memberitahu kalau dia melihat foto Yi Seo. Yi Seo langsung menyebut Geun Soo sebagai stalker. Geun Soo tidak peduli dan malah bertanya alasan Yi Seo di sini.
"Apa pernah kau berpikir bahwa mungkin lebih baik kau tidak terlahir?" tanya Yi Seo.
"Tak pernah. Untuk apa berpikir itu?"
"Entahlah. Setiap orang akan meninggal karena tua atau sakit. Walau kita tahu fakta itu, kita tetap harus belajar dan lakukan hal lain sampai meninggal. Tidakkah hidup itu melelahkan?"
"Lalu? Kau mau mati?"
"Tidak. Terlalu sayang bila aku bunuh diri," jawab Yi Seo.
Yi Seo mengajak Geun Soo untuk jalan – jalan mumpung mereka ada di luar. Geun Soo menolak karena dia sudah ada janji dengan orang di Itaewon. Bukan dengan gadis tapi dengan seorang hyung. Yi Seo malah ingin ikut. Geun Soo melarang lagipula Yi Seo kan tidak mengenal orang yang akan di temuinya.
Yi Seo langsung membalas kalau setelah tiba di kelab mereka akan berpisah. Mana ada orang yang membawa teman di kelab. Tidak bisa melawan, Geun Soo akhirnya bersedia membawa Yi Seo. Dia tersenyum senang saat Yi Seo memeluk pinggangnya dengan erat.
Yi Seo dan Geun Soo tiba di daerah Itaewon. Geun Soo cukup mengebut membawa motor. Dan tiba-tiba saja, seorang anak berlari ke tengah jalan mengejar bola basketnya yang berguling. Geun Soo panik dan langsung menginjak rem dengan kuat. Dia berhasil berhenti, tapi Yi Seo yang duduk di bangku belakang, jadinya terlempar ke atas. Saat terlempar, Yi Seo menunjuk ke Geun Soo sambil berteriak : "Dasar brengsek!!"
Seseorang yang mengenakan kostum boneka seperti monyet (?) langsung berlari untuk menyelamatkan Yi Seo. Yi Seo terjatuh ke orang itu. Kostum kepala boneka terlepas, dan orang itu adalah Park Sae Ro Yi. Mereka saling bertatapan. Sae Ro Yi ingat kalau Yi Seo adalah wanita kemarin malam.
Geun Soo langsung berlari untuk memeriksa keadaan Yi Seo. Tapi, Yi Seo yang sudah kesal langsung mengantukkan kepalanya yang mengenakan helm ke dahi Geun Soo. Dia kesal karena dia hampir mati lagi. Park Sae Ro Yi bangkit dan menunjuk ke arah Yi Seo, eh, belum sempat mengatakan apapun, dia jatuh pingsan.
Presdir Jang memanggil Soo A ke ruangannya. Dia membahas mengenai mereka yang sudah bertemu selama 10 tahun dan dia ingat saat pertama kali mereka bertemu, dia membuatkan teh untuk Soo A. Soo A tentu ingat hari pertama dia bertemu dengan Presdir Jang.
"Ya, hari itu. Putraku membunuh Manajer Park dalam tabrak lari," ujar Presdir Jang, membuat Soo A terdiam terkejut. "Kenapa begitu kaget? Kau sudah tahu masalah ini. Benar, hari itu. Kau bahkan salah sangka atas beasiswa yang kuberikan. Kau curiga aku ingin kau bersaksi untuk putraku."
"Presdir Jang."
"Sudah sepuluh tahun. Itu waktu yang panjang," ujar Presdir Jang. "Park Sae-ro-yi. Aku dengar dia buka kedai di Itaewon. Kau tahu ini?"
"Ya. Lokasinya dekat Kedai Jangga," jawab Soo A, mencoba untuk tetap tenang.
"Kenapa tak beri tahu?"
"Mereka terhitung rugi dan hanya sebuah kedai kecil. Mereka tidak perlu Anda hiraukan."
"Bila kita dapat kembali ke sepuluh tahun lalu, bila hal yang sama terjadi, apa yang akan kau lakukan?" tanya Presdir Jang tiba-tiba. "Park Sae-ro-yi dan aku. Siapa yang akan kau pilih?"
Soo A diam.
"Kenapa begitu serius? Aku hanya ingin tahu. Katakanlah."
"Aku… Aku selalu setia pada Jangga, Pak," jawab Soo A, tersenyum.
Presdir Jang menyukai jawaban tersebut, "Benar sekali. Aku masih tahu harus investasi ke siapa walau sudah setua ini. Karena itu aku menyukaimu."
"Terima kasih. Bila Anda terganggu dengan DanBam…" tawari Soo A.
"Tidak apa. Pengaruh apa yang dimilikinya padaku? Bukankah dia temanmu? Lakukan saja apa maumu," ujarnya penuh arti pada Soo A.
Dan tampaknya, Soo A tahu jelas apa yang Presdir Jang inginkan darinya.
Usai menemui Presdir Jang, entah apa yang Soo A pikirkan, karena dia tiba-tiba melihat akun SNS Sae Ro Yi. Dia melihat foto BanDam. Hmmm.
di Rumah sakit,
Yi Seo dan Geun Soo mengantarkan Sae Ro Yi ke rumah sakit. Yi Seo penasaran dengan alasan Sae Ro Yi pingsan. Geun Soo memberitahu kalau itu karena Sae Ro Yi terlalu lelah.
Lagi di omongin, Sae Ro Yi sadar. Dia melihat Yi Seo dan langsung menyebutnya gila. Tapi, kemudian, dia bangkit dengan kaget karena ada di rumah sakit. Geun Soo memberitahu kalau dokter bilang Sae Ro Yi terlalu lelah, makanya pingsan. Sae Ro Yi lebih panik mencari kostumnya yang tidak ada.
Geun Soo jadi merasa bersalah. Itu… kostum-nya sobek, jadi mereka harus memotongnya untuk mengeluarkan Sae Ro Yi. Dan karena mereka terburu-buru naik ambulans, jadi dia membuang kostum itu. Sae Ro Yi langsung stress karena kostum ini baru di belinya hari ini (itu isi paket yang di kirimkan tadi). Harganya mahal karena di desain khusus.
"Maaf. Aku akan ganti rugi," ujar Geun Soo, gugup.
Sae Ro Yi jadi tidak enak. Dia masih bersyukur karena setidaknya mereka memungut brosur kedainya. Sae Ro Yi akhirnya hendak pergi dari rumah sakit dengan mengenakan sepatu kostum tadi yang terselamatkan. Geun Soo penasaran karena tampaknya Sae Ro Yi mempunyai kedai.
"Aku punya kedai kecil di Itaewon, dan saat ini butuh dipromosikan," beritahu Sae Ro Yi.
"Siapa yang masih promosi dengan kostum begitu sekarang?" ejek Yi Seo.
"Lalu?"
"Maafkan dia, dia kurang bisa bersosialisasi. Mohon maklumi dia, Pak," pinta Geun Soo.
"Aku tahu itu. Aku sungguh penasaran. Bagaimana mempromosikan sesuatu saat ini?"
"Iklan daring tentu lebih efektif. Seperti iklan di media sosial atau promosi di blog. Bagaimana melakukan itu? Haruskah aku rekrut agensi?" tanya Sae Ro Yi, penasaran.
"Kau bisa cari semua di Internet. Tapi pada dasarnya kedaimu harus bagus," beritahu Yi Seo.
"Aku baru saja buka. Jadi, aku tak tahu. Akan kuingat pesanmu. Terima kasih."
"Tunggu. Dokter bilang kau harus istirahat dahulu," hentikan Geun Soo.
"Aku sibuk. Kau bisa bayar biaya rumah sakitnya."
"Tentu. Aku sungguh minta maaf soal hari ini," ujar Geun Soo lagi.
"Kau sungguh menyesal?"
"Ya. Tentu."
"Kalau begitu, datang ke tempat kami," ujar Sae Ro Yi dan memberikan brosus DanBam pada Geun Soo.
Yi Seo menatap Sae Ro Yi. Mungkin dia merasa aneh dengan Sae Ro Yi yang mau mendengarkan sarannya. Dan Yi Seo malah meremas dan merobek brosus yang Sae Ro Yi berikan kemudian membuangnya. Geun Soo sampai bergumam kalau Yi Seo gila.
Flashback
10 tahun yang lalu,
Yi Seo masih SD dan ada pertandingan olahraga di sekolahnya, lari estafet. Yi Seo mendapat posisi sebagai pelari terakhir. Ibunya datang menonton pertandingan dan berteriak memberikan semangat pada Yi Seo.
Sayangnya, saat pelari, Yi Seo tertinggal satu langkah di belakang seorang pelari. Dan entah apa yang Yi Seo pikirkan, dia mendorong pelari yang ada di depannya hingga terjatuh dan kemudian lanjut berlari dengan kencang. Dia tersenyum. Semua yang melihat itu, kaget dengan apa yang Yi Seo lakukan.
Yi Seo menang. Tapi, semua orang menunjuknya karena sudah berbuat curang. Ibunya hanya diam memperhatikan.
--
Yi Seo duduk sendirian di taman. Ibu memperhatikan dari jauh. Dia teringat ucapan dokter kalau Yi Seo sangat terobsesi untuk menang dalam kompetisi dan juga menunjukkan sifat-sifat sosiopat. Jadi, lebih baik Yi Seo di bawa konseling ke psikolog.
Ibu menghampiri Yi Seo. Dia tidak marah. Sebaliknya, dia memuji Yi Seo sebagai orang multitalenta dan mahir olahraga, jadi apa yang tidak bisa Yi Seo lakukan?
"Apa Ibu sedang memujiku karena juara tadi?" tanya Yi Seo, tidak percaya mendengar ucapan ibunya.
"Benar," jawab Ibu, tersenyum lebar.
"Ibu sangat salah akan ini," tegur Yi Seo. "Ini pasti dari trauma Ibu. Ibu ingin menebus hidup Ibu yang biasa saja lewat hidupku, 'kan?"
"Lihat bagaimana kau bicara. Bagaimana kau begitu pintar?" puji Ibu, tidak merasa tersinggung sama sekali. "Ibu tak akan memarahimu karena ini. Ibu hanya tak mau kau hidup biasa saja seperti ibu. Setiap orang punya cara beda untuk membuat keputusan. Karena itu cara membedakan orang baik dengan yang jahat terasa ambigu. Tapi mereka tahu membedakan orang yang spesial. Karena itu ditunjukkan lewat angka."
End
Yi Seo sudah berada di klub bersama dengan Geun Soo. Yi Seo sibuk menari sementara Geun Soo berbincang dengan hyung yang mengundangnya, Seong Hyeon. Yi Seo menari dengan gila-gilaan.
Aku mengerti maksudnya. Aku tahu betapa Ibu menyayangiku. Aku mengerti semua itu. Aku orang biasa. Namun, aku terlahir pintar dan cantik. Masuk kampus bergengsi, kerja di perusahaan besar. Kehidupan yang sukses. Banyak orang berusaha keras, tapi tak mencapainya. Namun, aku tahu aku bisa. Aku ingin sukses dan berusaha keras mendapatkan yang kumau. Usaha yang dengan keras kulakukan. Sepertinya aku akan lelah seumur hidup. Jadi, kenapa bumi … tak meledak saja agar semua berakhir?
Yi Seo menari untuk meluapkan emosinya. Dia tampak sangat menikmatinya.
Seong Hyeon yang melihat tarian Yi Seo, sampai tidak menyangka kalau Yi Seo adalah anak SMA karena caranya bermain hebat. Dia juga menanyakan hubungan Geun Soo dengan Yi Seo. Geun Soo menjawab kalau Yi Seo hanyalah temannya dan Yi Seo tidak tertarik dengan cinta. Seong Hyeon semangat dan bertanya memastikan, karena dia akan mendekati Yi Seo. Yi Seo adalah tipenya.
Geun Soo langsung menghentikannya. Dia akhirnya bilang kalau mereka tidak punya hubungan apapun, hanya teman. Tapi… dia menyukai Yi Seo. Seong Hyeon mengerti dan tidak jadi mendekati Yi Seo.
Geun Soo menatap ke arah Yi Seo yang sedang asyik menari dan memberitahu Seong Hyeon kalau dia juga baru menyadari perasaannya.
--
Hyun Yi dan Seung Kwon sibuk memberi makan seekor kucing liar. Tapi, kucing itu tidak mau makan sama sekali. Seung Kwon ragu, apa itu beneran makanan kucing? Hyun Yi menjawab kalau dia sudah mengikuti resep di internet untuk makanan kucing itu. Dan dia juga heran kenapa kucing itu tidak mau makan?
Hyun Yi melihat wajah Seung Kwon, dan tiba-tiba menutupi wajah Seung Kwon dengan telapak tangannya dan kemudian berusaha membujuk kucing itu untuk makan lagi. Tapi, kucing itu benar-benar tidak mau makan. Hyun Yi langsung bergumam kalau dia mengira kucing itu tidak mau makan karna wajah Seung Kwon, ternyata bukan. Seung Kwon langsung berujar kalau makanan kucing Hyun Yi yang salah.
Sae Ro Yi tiba saat itu dan melihat mereka berdua yang berada di luar toko dan sibuk memberikan makan kucing. Sae Ro Yi langsung membelai kucing itu dan menggendongnya. Seung Kwon penasaran karena Sae Ro Yi kembali tanpa memakai kostum.
"Terjadi sesuatu tadi," jawab Sae Ro Yi. "Kenapa kalian berdua di luar?"
Hyun Yi dengan jujur memberitahu kalau mereka tidak mendapatkan tamu sama sekali.
Seong Hyeon membawa Geun Soo dan Yi Seo pergi makan ke restoran Jangga karena itu adalah restoran yang sangat terkenal di daerah ini. Dakbokkeumtang-nya sangat enak. Geun Soo terlihat tidak nyaman dan membujuk Seong Hyeon untuk pergi ke tempat lain saja. Yi Seo tidak mau dan mengajak semuanya masuk ke dalam.
Di dalam, pelayan langsung menyambut mereka dan meminta izin untuk mengecek tanda pengenal mereka dulu, terutama Yi Seo (karena terlihat di bawah umur). Yi Seo langsung menunjukkan KTP-nya. Pelayan langsung membandingkannya dengan wajah Yi Seo. Berbeda. Yi Seo tertawa santai dan beralasan kalau foto itu di ambil sebelum wajahnya di beri filler. Pelayan masih ragu dan meminta Yi Seo menyembutkan nomor NIK-nya. Yi Seo langsung menyebutkannya dengan santai.
Soo A ada di sana dan melihat mereka. Dia segera menghampiri mereka di saat pelayan sudah memberikan izin untuk masuk. Dia dengan sopan meminta izin mengecheck satu hal lagi. Dia bertanya, apakah mereka bertiga dekat? Jadi, siapa nama wanita yang bersama mereka ini?
"Jo Yi Seo," jawab Geun Soo, pede.
Soo A langsung sinis, "Salah. Keluar!" ujarnya dan menunjukkan KTP yang Yi Seo berikan, terlihat kalau KTP itu adalah milik Kim So Hui. "Datang lagi setelah lulus."
Malu. Mau tidak mau mereka keluar.
Saat mereka jalan, mereka menemukan restoran DanBam. Yi Seo menyarankan agar mereka makan di restoran itu saja.
di Kedai DanBam,
Sae Ro Yi sedang stress karena bulan ini mereka benar-benar merugi. Tidak ada pelanggan sama sekali. Hyun Yi berpikir kalau alasan kedai mereka sepi karena staff-nya terlihat menyeramkan (Seung Kwon). Seung Kwon tidak terima dan menuduh kalau makanan-nya yang tidak menarik. Mereka saling berdebat.
Sae Ro Yi jadi teringat saran dari Yi Seo tadi, mengenai iklan di SNS lebih baik. Jadi, dia menanyakan apakah mereka punya SNS? Seung Kwon hanya tahu SNS bernama MyHompy. Hyun Yi tertawa karena itu SNS entah zaman kapan.
Pas lagi berbincang, mereka mendapat tamu : Seong Hyeon, Geun Soo dan Yi Seo.
Sae Ro Yi kaget melihat mereka. Seung Kwon langsung menyambut tamu sementara Sae Ro Yi izin keluar sebentar untuk memeriksa kedai lain seperti apa. Sebelum pergi, dia mengingatkan Seung Kwon untuk tidak lupa mengecheck tanda pengenal para tamu itu. Seung Kwon mengiyakan.
Setelah Sae Ro Yi pergi, Seung Kwon langsung menghampiri meja pelanggan dan meminta izin memeriksa KTP mereka. Seong Hyeon hendak menunjukkan KTP nya, tapi Yi Seo sudah duluan mengeluarkan KTP-nya. Seung Kwon memeriksa dan sangat berbeda dengan Yi Seo (yang di tunjukkan masih KTP Kim So Hui). Yi Seo tertawa duluan sebelum di tanya dan berbohong kalau itu adalah foto yang di ambil sebelum dia operasi plastik.
Seung Kwon tahu jelas kalau Yi Seo berbohong. Tapi, dia teringat wajah kecewa Sae Ro Yi karena mereka tidak mempunyai pelanggan sama sekali. Jadi, dia berpura-pura tertipu dan menerima mereka sebagai pelanggan.
Sae Ro Yi berkeliling di sekitar Itaewon. Dia melihat-lihat kedai sekitar yang penuh dengan orang. Dia berusaha mempelajari apa yang salah dari kedainya hingga tidak mendapatkan pelanggan satupun. Sae Ro Yi mengingat apa yang di pelajarinya dulu selama di penjara, dari buku biografi Presdir Jang.
Di sana ada tertulis : "Promosi itu penting. Namun, yang terpenting adalah memiliki dasar. Kedai yang memiliki dasar tak akan pernah rugi. Ketika bisnis berhasil atau tidak, itu semua ada alasannya. Alasannya… selalu berada di bisnismu."
--
Geun Soo heran karena Yi Seo hanya diam saja dan tidak mengambil foto makanan maupun selfie, karena biasanya Yi Seo selalu mengambil foto. Seong Hyeon penasaran dengan yang mereka bicarakan. Geun Soo langsung memberitahu kalau Yi Seo adalah selebgram dengan followers lebih dari 700.000.
"Aku akan unggah foto di kedai yang terlihat bagus," jawab Yi Seo. "Kenapa tak ambil foto? Karena kedainya terlihat jelek."
Seong Hyeon setuju dengan Yi Seo. Dia mulai mengambil kesempatan untuk menanyakan akun Yi Seo dan meminta di follback. Geun Soo terlihat tidak suka melihatnya.
--
Sae Ro Yi masih memikirkan mengenai cara membuat kedai nya bisa mendapatkan pelangggan. Lagi berpikir, dia malah berjumpa dengan Soo A. Soo A memberitahu dengan riang kalau dia di suruh untuk mengelola Jangga cabang Itaewon. Dia datang untuk memeriksa.
Sae Ro Yi tampaknya kurang suka. Tapi, dia hanya berkata kalau mereka akan sering bertemu. Soo A langsung menggandeng lengan Sae Ro Yi dan bertanya kalau Sae Ro Yi pasti suka kan?
Soo A kemudian menanyakan apa yang sedang Sae Ro Yi pikirkan karena tadi tampaknya Sae Ro Yi sedang melamun. Apa ada masalah?
"Aku sedang memikirkan kekurangan kedaiku."
"DanBam? Kenapa? Kurasa kedaimu bagus dan nyaman. Penjualan tak terlalu bagus?"
"Sekarang baru satu meja terisi."
"Selain bulan pertama saat buka, kami terus merugi."
"Jika boleh, bisa tunjukkan pembukuanmu padaku?" tanya Soo A. "Mungkin ada pengeluaran yang tak penting. Aku bisa bantu kau memeriksanya karena aku mempelajari itu."
"Bukan itu masalahnya. Jumlah karyawan pas, dan pengeluaran sudah 25 persen dari hasil penjualan. Aku juga dapat barang murah karena kenal dengan distributor. Masalahnya ada di uang sewa. Itu harusnya 10 persen dari penjualan. Namun, kedai kami…," jelas Sae Ro Yi.
Soo A tampaknya terkejut karena Sae Ro Yi mengetahui semua hal mengenai pembukuan dan pencapaian titik impas. Saking kagetnya, dia melepaskan pegangannya dari lengan Sae Ro Yi. Sae Ro Yi mengira kalau Soo A kesal karena dia terdengar menyebalkan, jadinya dia meminta maaf.
Soo A membantah dengan gugup. Dia memuji Sae Ro Yi yang tahu banyak hal, belajar dari mana? Sae Ro Yi menjelaskan kalau dia sudah bermimpi membuka kedai selama tujuh tahun ini. Dia mempelajari beberapa hal dan juga membaca autobiografi Presdir Jang. Buku itu membuatnya menyadari Presdir Jang hebat. Dan itu banyak membantunya.
Mereka terus berjalan bersama, menuju DanBam. Soo A berujar kalau Itaewon pada awalnya memang tempat yang sulit. Mungkin, Sae Ro Yi ada pikiran untuk pindah tempat? (Hmmm. Jelas sekali, Soo A ingin menyingkirkan kedai Sae Ro Yi dari Itaewon). Sae Ro Yi menjawab kalau dia tidak ada niat untuk pindah.
"Walau sudah tujuh tahun berlalu, kau tidak berubah sama sekali," ujar Soo A.
"Kau juga. Sama sekali tidak berubah."
"Apa ini? Apa itu pujian?"
"Kau tetap cantik," puji Sae Ro Yi.
"Aku terlihat kampungan saat itu. Bukankah sekarang lebih baik?" balas Soo A.
Sae Ro Yi tersenyum malu mendengar pertanyaan itu. Mereka sudah tiba di depan DanBam. Dan dari jendela, Soo A bisa melihat tamu yang ada di kedai DanBam. Dia terkejut karna mereka adalah para tamu yang dia usir dari Jangga karena di bawah umur.
Sae Ro Yi melihat wajah terkejut Soo A dan bertanya, apa Soo A mengenal mereka? Soo A berbohong kalau dia tidak mengenal mereka. Dia tadi salah lihat. Soo A bahkan langsung pamit untuk kembali bekerja.
"Soo A, bila kau ada waktu setelah bekerja, maukah kau minum bir denganku?" ajak Sae Ro Yi.
"Baiklah. Aku mau. Akan ku hubungi nanti."
Sae Ro Yi tersenyum senang. Dia masuk ke dalam tokonya. Sementara Soo A, senyumannya hilang. Dia tampak memikirkan sesuatu.
Sae Ro Yi masuk dan di sambut oleh Seung Kwon yang menanyakan bagaimana hasil inspeksi Sae Ro Yi? Sae Ro Yi menjawab kalau semua kedai rame hanya mereka yang sepi.
Soo A masih ada di depan kedai DanBam. Dia memikirkan pertanyaan Presdir Jang sebelumnya, siapa yang akan Soo A pilih, dia atau Sae Ro Yi? Soo A sudah menentukan keputusannya. Dia mengeluarkan ponselnya dan menekan tombol 112. Dia sepertinya, berniat melaporkan kedai DanBam yang menerima anak di bawah umur (karena sudah lewat jam malam).
Soo A teringat ucapan Sae Ro Yi tadi kalau dia belum berubah. Soo A bergumam pada dirinya sendiri : "Sebenarnya, aku banyak berubah."
Sae Ro Yi beranjak ke dapur, tapi tiba-tiba saja, dia mendengar Seong Hyeon yang sudah mabuk, memanggil 'pekerja sambilan' dan meminta di beri tambahan soju. Seung Kwon tidak emosi dan tersenyum, mengambil soju dan memberikannya pada Seong Hyeon.
Tapi, sebelum dia meletakkan soju itu, Sae Ro Yi menghentikannya. Emangnya, nama Seung Kwon : "Pekerja Sambilan"? Sae Ro Yi menegaskan pada Seong Hyeon kalau butuh bantuan tekan bel saja yang ada di meja jika tidak bisa bicara dengan sopan.
Geun Soo langsung meminta maaf. Yi Seo melongo tidak percaya melihat yang Sae Ro Yi lakukan. Seong Hyeon tidak terima di tegur. Dia sudah mabuk dan menantang balik dengan bertanya, apa bos mereka mengajari mereka seperti itu? Seung Kwon hendak maju, tapi Park Sae Ro Yi melarang.
"Belum aku ajari seperti itu. Aku pemilik kedai ini. Karyawanku boleh begitu ke orang kurang ajar," tegas Sae Ro Yi.
Seong Hyeon semakin emosi. Dia memegang kerah baju Sae Ro Yi dan hendak memukulnya. Geun Soo berusaha mencegah, tapi Seong Hyeon malah mendorongnya dengan keras. Sae Ro Yi tidak takut dan menyuruhnya untuk tidak berlaku seperti ini. Dia dengan tenang menarik ke tempat yang ada CCTV dan menyuruh Seong Hyeon memukulnya di situ jika berani.
Seong Hyeon jelas melihat kalau apa yang dilakukannya akan terekam CCTV. Dia tidak takut dan langsung melayangkan tinjunya. Seung Kwon berusaha menghalangi, tapi tinju Seong Hyeon sudah mengenai kepala Sae Ro Yi dan sedikit bibir Seung Kwon. Yi Seo yang melihat itu semakin tertarik.
Seung Kwon emosi. Bibirnya terluka. Dia marah. Amat marah. Dia tidak marah karena di hina oleh Seong Hyeon, tapi dia marah karena Seong Hyeon memukuli Sae Ro Yi. Dia tidak bisa melihat Sae Ro Yi di pukul.
Geun Soo panik. Dia berulang kali meminta maaf dan akan pergi sekarang.
Seung Kwon tidak mendengarkannya. Dia sudah marah dan gelap mata. Dia menyebut Seong Hyeon sebagai 'brengsek' dan langsung menghajarnya. Sekali tinju, Seong Hyeon langsung terjatuh dan pingsan sesaat.
Sae Ro Yi berusaha menahan Seung Kwon dari belakang, tapi Seung Kwon dengan mudahnya membanting tubuh Sae Ro Yi. Seung Kwon berjalan ke meja dan mengambil panci berisi sup panas. Dia mengangkat itu dan bersiap menuangnya pada tubuh Seong Hyeon. Geun Soo berusaha menghentikan, tapi Seung Kwon mendorongnya.
Seung Kwon menuang sup itu ke kaki Seong Hyeon hingga Seong Hyeon terbangun dari pingsan-nya dan menjerit kesakitan. Dia ketakutan. Yi Seo malah semangat menonton. Seong Hyeon memohon ampun. Seung Kwon tidak peduli dan mengambil botol soju, bersiap untuk memukulnya!
"Dasar preman!!" teriak Hyun Yi dari dapur. Dia baru keluar dapur dan melihat apa yang Seung Kwon lakukan. "Beraninya kau buat onar di sini! Sudah ku katakan, kan? Dia tidak bisa berubah. Untung kita tahu sekarang. Pecat saja dia."
Seung Kwon langsung seperti tersadar. Dia meminta maaf. Dia memohon pada Sae Ro Yi dan berjanji tidak akan mengulangi perilakunya sekarang.
Yi Seo terperangan dan bertanya-tanya, apakah Seung Kwon seorang psikopat?
Sae Ro Yi bangkit berdiri. Dia menyuruh Hyun Yi untuk menelpon 119 dulu.
Baru juga mau di telepon, polisi sudah datang. Seong Hyeon takut.
Dan terlihat diluar, ada Soo A.
"Maaf. Kencan kita… lain kali saja," ujar Soo A, lebih kepada dirinya sendiri. Dia yang melapor pada polisi.
Polisi datang karena menerima laporan. Sae Ro Yi mengira itu karena keributan pertengkaran dengan pelanggan yang mabuk. Tapi, polisi datang karena katanya ada pelanggan di bawah umur. Sae Ro Yi kaget karena mereka hanya baru menerima satu meja pelanggan saja dan tidak ada yang di bawah umur. Dan kemudian, Sae Ro Yi seperti tersadar, apakah Yi Seo dan Geun Soo di bawah umur?
Seung Kwon semakin merasa bersalah.
--
Geun Won sedang bersantai di sebuah restoran. Dia mendapat telepon dari sekretaris Kim yang melapor kalau Geun Soo ada di kantor polisi karena pergi ke kedai minum. Dan Presdir Jang memerintahkan Geun Won untuk pergi ke sana. Geun Won malah bertanya sinis, kapan dia punya adik?
--
Geun Soo, Yi Seo, Sae Ro Yi dan Seung Kwon berakhir di kantor polisi. Seung Kwon menegaskan pada polisi kalau dia sudah mengecek tanda pengenal mereka dan dia yang di tipu. Polisi menyuruh Seung Kwon untuk tenang karena Seung Kwon di sini juga karena laporan memukul orang.
"Kau suruh aku tenang? Kau tahu berapa uang sewanya? Kami bisa bangkrut bila tutup sepekan. Mengerti? Tapi dua bulan? Karena bocah-bocah itu?" marah Seung Kwon. "Hyung membuat kedai ini dengan susah payah."
Sae Ro Yi menyuruh Seung Kwon untuk berhenti dan tidak boleh meneriaki polisi. Dan juga, apa benar Seung Kwon tidak tahu kalau mereka di bawah umur? Seung Kwon terdiam. Sae Ro Yi menegaskan dengan nada kecewa kalau dia sudah mempercayai Seung Kwon, tapi Seung Kwon seperti ini. Ini kesalahan kedai mereka kan?
"Tapi, ini bukan kesalahanmu," jawab Seung Kwon, bersalah.
Sae Ro Yi tidak marah pada Seung Kwon. Dia meminta maaf pada polisi dan bersedia menerima hukumannya.
Geun Soo merasa tidak enak karena mereka yang salah, tapi kenapa kedai Sae Ro Yi yang terkena dampaknya? Polisi langsung berteriak menyuruh Geun Soo untuk diam saja dan tunggu sampai di jemput wali. Geun Soo balas teriak kalau dia tidak punya wali. Dia yang akan bertanggung jawab sendiri atas hukuman apapun!
Sae Ro Yi membelai kepala Geun Soo dengan lembut dan menyuruhnya untuk tenang saja. Geun Soo tidak akan bisa bertanggung jawab apapun, karena di bawah umur. Geun Soo tampak terharu dengan belaian Sae Ro Yi di kepalanya.
Eh, Geun Won malah datang ke kantor polisi menjemput Geun Soo. Untuk pertama kalinya setelah 9 tahun, Geun Won dan Sae Ro Yi bertemu. Geun Won tertawa keras saat sadar kalau adiknya tertangkap di kedai Sae Ro Yi.
Polisi mengenali Geun Won sebagai putra dari Presdir Jang. Dia memberi hormat dengan sopan. Dan saat tahu kalau Geun Soo adalah adik dari Geun Won, sikap polisi berubah.
"Dan dia adalah teman sekolahku," tunjuknya pada Park Sae Ro Yi. "Tidak juga. Dia dikeluarkan sebelum lulus. Jadi, dia bukan alumnus. Bertemu lagi denganmu seperti takdir. Senang bertemu denganmu, Park Sae-ro-yi."
Sae Ro Yi tidak suka bertemu dengannya. Dia bahkan tidak menyambut uluran tangan Geun Won. Dia hanya meminta polisi segera menyelesaikan masalahnya. Geun Won sok berusaha menawarkan bantuan agar masalah tidak di perpanjang. Polisi bahkan setuju membantu.
"Cita-citaku dahulu adalah menjadi polisi. Tapi aku jadi mantan napi karena tak tahan emosi sekali saja. Ternyata itu membuatku tak bisa jadi polisi. Aku mengerti dan melupakan mimpiku. Karena polisi harus melindungi hukum. Harus lebih bersih dan benar dari siapa pun. Itulah polisi yang kuidamkan dan kukagumi! Tapi kau. Apa yang kau lakukan? Siapa dia? Presiden? Siapa dia sampai kata-katanya dipatuhi oleh polisi?" teriak Sae Ro Yi, penuh amarah, membuat semua terkejut.
"Sebentar. Jangan salah paham."
"Aku bukan temannya. Selesaikan secara hukum," tegas Sae Ro Yi dan langsung pergi keluar.
Yi Seo mengejarnya. Dia tidak mengerti alasan Sae Ro Yi menolak bantuan dari Geun Won. Jika Sae Ro Yi seperti ini, dia tidak bisa berjualan. Apa salahnya di bantu?
"Lebih baik mati daripada terima itu," tegas Sae Ro Yi.
"Apakah ini tentang harga diri? Harga dirimu lebih penting daripada kedai tutup dan bangkrut?" ejek Yi Seo.
"Apa ini? Kenapa kau terus cari masalah?" kesal Sae Ro Yi.
"Karena ini tak masuk akal. Pebisnis harus tahu cara menunduk kepada orang lain. Bagaimana bisa berbisnis seperti ini?"
"Kau pernah katakan ini. Kau tahu apa tentangku?"
"Tak tahu. Aku memang tak tahu. Tapi bila kau biarkan ini sekali saja…"
"Sekali saja?!" teriak Sae Ro Yi. "Sekali saja! Ini terakhir! Selalu begitu! Akan terasa nyaman saat itu. Tapi asal kau tahu. Karena sekali dibiarkan, manusia bisa berubah total."
"Dasar idealis," gumam Yi Seo. "Bila kau dilarang berjualan, tak akan ada sekali saja. Semua berakhir."
"Dilarang berjualan? Aku bisa buka lagi nanti. Itu sama sekali bukan masalah."
Eh, Geun Won ternyata juga keluar dan mendengar ucapan Sae Ro Yi. Dia memuji ucapan Sae Ro Yi yang keren dan tidak berubah sama sekali. Menurutnya, Sae Ro Yi hanyalah amatir yang tidak tahu dunia. Tapi, kini dia bisa mengerti. Sae Ro Yi masuk penjara karena dirinya, di keluarkan dari sekolah juga karena dirinya dan pikir ayahnya meninggal juga karena dirinya kan?
"Tapi dengar ini. Yang kau pikirkan itu benar," bisik Geun Won di telinga Sae Ro Yi. "Hanya lulusan SMP, mantan napi dan yatim piatu. Kasihan sekali hidupmu rusak karenaku. Astaga. Bagaimana ini?"
Yi Seo tampak terkejut mendengarnya.
Sae Ro Yi menatapnya dengan marah. Geun Won tidak takut dan menantang Sae Ro Yi untuk menghajarnya lagi seperti dulu. Sae Ro Yi mengepalkan tangannya dengan erat, berusaha menahan emosi. Yi Seo memperhatikannya.
"Sembilan tahun. Aku tahan semua sampai sekarang. Aku akan tahan sampai enam tahun lagi," tegas Sae Ro Yi.
"Apa maksudmu?"
"Waktu kasus kedaluwarsa. Aku punya rencana… untuk 15 tahun."