Saat Sae Ro Yi menemukan Geun Won di rumah sakit Gwangjn, di saat yang sama pula, Soo A sedang menuju ke sana bersama dengan detektif Oh dan rekannya. Mereka ke sana, karena sebelumnya, Soo A sudah menelpon Sae Ro Yi, bertanya, Sae Ro Yi ada dimana? Soo A takut kalau Sae Ro Yi akan melakukan tindakan bodoh.
Dan sesuai dugaan Soo A, Sae Ro Yi menjadi gelap mata hingga mengangkat batu besar dan hendak menghantamkannya ke kepala Geun Won. Namun, sebelum dia sempat melakukannya, terdengar sebuah tembakan. Itu adalah tembakan peringatan dari det. Oh yang tiba tepat pada waktunya. Dia memerintahkan Sae Ro Yi untuk meletakkan batu yang ada di tangannya ke tanah.
Sae Ro Yi menatap mereka, termasuk Soo A. Dia memberitahu kalau Geun Won telah membunuh ayahnya. Det. Oh berkata kalau dia akan menyelidiki kasus ini, jadi letakkan batu itu! Dia mengarahkan pistol-nya pada Sae Ro Yi. Soo A juga memohon Sae Ro Yi untuk meletakkan batu itu dan jangan menjadi pembunuh. Detektif Oh juga berusaha membujuknya dan berkata kalau dia paham apa yang Sae Ro Yi rasakan.
Sae Ro Yi tertawa karena mereka tidak paham apa yang di rasakannya. Dia bahkan tidak takut jika detektif Oh menembaknya karena sekarang dia tidak merasakan apapun. Det. Oh bergumam kalau Sae Ro Yi sudah gila. Dia bersiap menembak Sae Ro Yi yang masih tidak mau meletakkan batu di tangannya. Tapi, Soo A maju ke depan dan berdiri tepat di depan pistol det. Oh. Dia memohon untuk tidak menembak Sae Ro Yi.
"Dasar gila!" teriak Soo A pada Sae Ro Yi. "Tidak ada yang ingin situasi ini terjadi."
"Apa yang kau tahu? Ayahku sudah meninggal!" teriak Sae Ro Yi, menangis dan frustasi.
"Walau aku tak tahu perasaanmu, aku mengerti perasaan ayahmu. Dia tentu tak ingin kau merusak hidupmu untuk orang macam itu. Dia tentu tak ingin hal itu terjadi. Aku benar, 'kan? Kau tentu sangat mengerti ini, 'kan? Ya, 'kan?"
Ucapan Soo A seolah menyadarkan Sae Ro Yi. Dia ingat saat itu ayahnya berkata kalau dia bangga padanya karna hidup penuh prinsip yang benar seperti itu dan teruslah hidup seperti itu. Hal itu membuat Sae Ro Yi akhirnya mau menjatuhkan batu yang di pegangnya. Dia dan Soo A menangis terisak-isak di tengah turunnya hujan deras. Det. Oh juga menyimpan kembali pistol-nya.
Dan begitulah malam itu berlalu. Di tengah hujannya deras. Dengan kesedihan yang menyelimuti hati Sae Ro Yi. Malam yang menjadi titik balik hidup Sae Ro Yi.
Dan juga… hidup semua orang yang terlibat di dalamnya.
Begitulah… pemakaman ayahku… berakhir.
Dan karna peristiwa malam itu, Sae Ro Yi di tahan oleh det. Oh.
Itaewon Class
SMA Gwangjin,
Beberapa siswa menyebarkan rumor yang mereka dengar mengenai ayah Sae Ro Yi yang meninggal dan menurut gosip, ayahnya meninggal karena kecelakaan mobil dan pelakunya adalah Jang Geun Won. Itulah sebabnya, malam itu, Sae Ro Yi datang mencari Geun Won dan menyerangnya. Penyebar gosip memberitahu kalau ibunya bekerja di Rumah sakit dan memberitahunya. Beberapa siswa tidak percaya dengan gosip itu dan menduga kalau Sae Ro Yi mengamuk mungkin karena dia di keluarkan dari sekolah gegara Geun Won. Karena, tidak mungkin kan pembunuhan tidak bisa di tutupi. Tapi, tetap saja, tidak ada yang tahu apa yang bisa di lakukan keluarga Jang Geun Won.
Dan gossip itu juga terdengar oleh Ho Jin.
--
Geun Won di rumah sakit. Tampak terpukul akibat pukulan yang di terimanya dari Sae Ro Yi. Dia teringat kejadian malam itu.
Flashback
Geun Won yang mengendarai mobil itu dan menabrak tn. Kang. Dia begitu ketakutan hingga tidak berani menelpon ambulans dan hanya memukuli mobilnya dengan frustasi.
End
--
Lapas Gyeonggi Utara,
Sae Ro Yi di tahan sementara di lapas ini terkait penyerangannya terhadap Geun Won sembari menunggu persidangannya. Presdir Jang datang menemuinya. Dia mengucapkan bela sungkawa atas meninggalnya tn. Kang, akan tetapi, berani sekali Sae Ro Yi melampiaskan amarah pada putranya!
Sae Ro Yi tidak takut padanya dan bertanya alasan Presdir Jang datang kemari.
"Aku kenal ayahmu selama 20 tahun. Melihatmu seperti ini membuat hatiku sedih. Namun, kau juga begini di sekolah. Aku ingin mengoreksi kebiasaan jelekmu yang tak bisa introspeksi. Benar. Kau keras kepala."
"Kenapa kau ke sini?" ulang Sae Ro Yi, tidak mau mendengarkan ceramah Presdir Jang.
"Untuk kali ini pula, aku ingin beri kesempatan padamu."
"Kesempatan? Bagaimana?"
"Bila kau introspeksi dan berlutut minta maaf pada putraku…"
Sae Ro Yi begitu marah mendengarnya hingga bangkit berdiri, "Yang perlu berlutut minta maaf adalah putramu," tekan Sae Ro Yi, sambil mengepalkan tangannya dengan erat.
Presdir Jang tertawa melihat Sae Ro Yi, "Menarik. Manajer Park mengajarimu itu? Aku ajari satu lagi dari pengalamanku. Prinsip. Ambisi. Kata itu digunakan mereka yang hanya punya ego. Jika tak dapat apa pun, kau hanya keras kepala dan sembrono. Introspeksilah di dalam sana."
Usai mengatakan semua itu, Presdir Jang pergi. Dan tentu saja, kebencian Sae Ro Yi semakin menguat.
--
Sekretaris Kim memberitahu Presdir Jang kalau Kepala Polisi sudah mengurus detektif yang mengurus kasus ini dan mengamankan rekaman kamera pengawas. Pengacara Sae Ro Yi juga hanya akan meminta pengurangan hukuman. Semua sudah di atur dengan sempurna.
Walau begitu, Presdir Jang merasa tidak nyaman. Dia dapat merasakan kalau Park Sae Ro Yi begitu kuat dan hal itu membuatnya terganggu.
Presdir Jang kemudian menanyakan mengenai siswi yang mengenali mobil itu sebagai mobil yang di kendarai Geun Won. Sek. Kim memberitahu kalau siswi itu bernama Oh Soo A dan juga sekelas dengan Geun Won. Soo A tinggal di panti asuhan yang pernah di sponsori Jangga.
Sek. Kim lanjut memberitahu kalau mereka sudah mengakui pada polisi kalau mobil itu adalah milik Geun Won, tapi pada hari kejadian, mobil itu di pinjam oleh tukang kebun mereka. Jadi, kesaksian Soo A tidak berguna. Tidak perlu khawatir.
Presdir Jang kembali menanyakan, apakah Soo A berteman dengan Sae Ro Yi? Sek. Kim membenarkan. Presdir Jang langsung memerintahkan agar mengatur pertemuannya dengan Soo A.
--
Soo A menemui Presdir Jang di kediaman presdir. Presdir berbasa basi kalau Soo A tampak familier dan sepertinya dia sering melihatnya di panti asuhan. Dia juga menanyakan apakah Soo A berteman dengan Geun Won? Soo A menjawab kalau mereka sekelas. Presdir bertanya lagi, apakah Soo A sekelas dengan Sae Ro Yi? Soo A diam sesaat sebelum menjawab "Ya."
"Kami punya yayasan beasiswa. Aku ingin membiayai uang kuliah hingga biaya hidupmu ke depannya. Bagaimana menurutmu?"
"Aku… sudah punya uang untuk uang masuk," jawab Soo A.
"Lalu apa selanjutnya? Kau harus punya rumah dan hidup layak ke depannya."
"Apa konsekuensinya?" tanya Soo A, langsung, tanpa takut.
"Konsekuensi?"
"Haruskah aku bersaksi untuk menyulitkan Sae-ro-yi?"
Presdir Jang tertawa keras mendengar pertanyaan itu. "Menarik sekali. Tidak. Ini hal yang sangat disayangkan. Betapa berat kehidupan seorang anak muda sampai dia berpikir begitu. Aku hanya ingin berbuat baik. Jangan salah paham. Kau bisa bersaksi sesuai yang kau lihat," tegasnya. "Sekretaris Kim, masukkan dia ke program bantuan finansial kita," perintahnya.
Pembicaraan mereka berakhir karna kedatangan Geun Won ke ruangan ayahnya. Dan karena itu, Presdir Jang menyuruh Soo A untuk pergi. Geun Won kaget melihat Soo A yang datang menemui ayahnya dan bertanya tujuannya. Tapi, Presdir Jang memotong dengan bertanya kenapa Geun Won ada di sini? Padahal Geun Won harusnya berada di rumah sakit.
"Aku… ingin mengatakan sesuatu," ujar Geun Won.
Soo A langsung jalan keluar. Tapi, tiba-tiba saja, Presdir Jang bertanya pada Soo A, bagaimana jika dia mengharapkan sesuatu seperti yang Soo A sebutkan tadi, apa yang akan Soo A lakukan? Soo A kesulitan menjawab pertanyaan tersebut. Presdir Jang langsung berkata kalau dia hanya bercanda dan Soo A boleh pergi.
Setelah Soo A pergi, Geun Won kembali bertanya alasan ayahnya memanggil Soo A? Presdir Jang tidak mau menjawab dan hanya menyuruhnya untuk kembali ke rumah sakit. Tanpa di duga, Geun Won memohon pada ayahnya agar melepaskan Sae Ro Yi. Dia bahkan berkata kalau semua terjadi karenanya. Karena dia menabrak.
"Pak Kim sudah menggantikanmu menerima hukuman atas tabrak lari Manajer Park."
"Ayah."
"Hentikan," perintah Presdir Jang. "Ayah sudah putuskan kau jadi penerus ayah. Tapi ayah masih punya putra lain, meski dia anak haram. Itu berarti kau bisa tergantikan nanti," tegas Presdir Jang.
Dan kita di perlihatkan, saat Soo A keluar dari kediaman keluarga Jang, dia sempat melihat seorang anak pria kecil bermain tanah di lapanagan. Bukan bermain tanah, tepatnya membunuh semut-semut hitam.
"Penerus ayah adalah pelaku tabrak lari? Itu tak mungkin terjadi. Itu tak boleh terjadi. Jika itu terjadi, ayah harus menggantimu. Bila ayah lepaskan dia, itu berarti kau mengakui perbuatanmu. Bagaimana? Ayah lepaskan dia?" tanya Presdir Jang, terdengar sangat mengintimidasi.
"Maafkan aku," ujar Geun Won, ketakutan.
"Keputusan bagus. Tak ada yang bisa kau peroleh dengan hati nuranimu. Mengerti?"
Dan karena melihat Geun Won yang goyah seperti ini, Presdir Jang merasa ini adalah saat yang tepat baginya mengajari Geun Won sesuatu. Dia mengajak Geun Won ikut dengannya.
--
Hari sudah malam,
Presdir Jang membawa Geun Won ke perternakan perusahaan Jangga. Dia menunjukkan kandang babi, dimana segerombolan babi sedang makan. Presdir Jang memberitahu kalau babi lebih pintar daripada anjing, tapi sembilang dari sepuluh orang tetap makan babi walau mereka tahu hal itu. Itu karna babi enak. Dia tidak mengerti pemikiran orang yang makan babi, tapi kenapa mereka membenci orang yang memakan anjing? Tapi kembali lagi, anjing setia dan bisa menggemaskan. Tergantung dari pandangan orang.
"Karyawan perusahaan dan orang di bawahmu yang kerja demi uang… Anggap mereka seperti anjing," tegas Presdir Jang.
Geun Won tertegun mendengarnya.
Presdir Jang kemudian membawanya ke kandang ayam. Dia mengeluarkan sapu tangannya dan bersiap menangkap salah satu ekor ayam, tanpa takut maupun jijik. Sementara, Geun Won dia tampak mual dan jijik berada di dalam kandang ayam yang kotor dan bau.
Presdir Jang menangkap salah satu ayam dengan memegang sayap-nya dan membawanya ke hadapan Geun Won, membuat Geun Won merasa ketakutan.
"Mulai dari menangkap ayam hingga manajemen, kau harus mengerti cara menjadi majikan. Ambil ini. Ayah akan masak ia sekarang. Ayah akan mematahkan lehernya. Ayah akan cabut bulunya. Dan setelah dibersihkan, ayah akan potong dan menggorengnya," ujar Presdir Jang.
Presdir Jang menyerahkan ayam itu pada Geun Won dan memerintahkannya untuk mematahkan leher ayam itu. Geun Won menolak dan merengek karena dia tidak bisa melakukan hal itu. Presdir Jang memaksanya dan mengingatkan mengenai posisi pewaris Jangga. Dan karena itu, Geun Won mau menerima ayam tersebut.
Presdir Jang memegang kepala Geun Won dengan erat agar melihat ayam itu. Dia memerintahkan Geun Won untuk mematahkan leher ayam itu dengan benar, jika tidak, ayam itu akan berusaha kabur darinya.
"Ayah tahu saat melihat Park Sae-ro-yi. Ini disayangkan, tapi dia lebih baik dari dirimu. Tapi dia lahir sebagai binatang dan kau sebagai manusia. Ayah tak tahan melihatmu merasa bersalah walau dia memukulimu dua kali. Ayam ini adalah Park Sae-ro-yi. Jika kau putra ayah, jika kau pewaris Perusahaan Jangga, ketika makan ayam atau babi, jangan pernah merasa bersalah lagi," ujar Presdir Jang, seolah mencuci otak Geun Won dan menanamkan pemikiran yang salah padanya.
Dan ucapan ayahnya itu seolah merasuk ke kepala Geun Won. Dia mulai tidak takut melihat ayam itu, sebaliknya, dia menatapnya dengan tatapan bengis. Dia bahkan membenarkan ucapan ayahnya kalau Sae Ro Yi adalah ayam yang sekarang di tangannya ini. Dan tanpa takut lagi, Geun Won mematahkan leher ayam itu.
Dan saat Geun Won melakukannya, Presdir Jang tertawa senang.
(Catatan : Apa yang di ajarkan oleh Presdir Jang adalah hal yang salah. SANGAT SALAH!!!)
--
Akhirnya, hari persidangan tiba,
Sae Ro Yi menerima keputusan hakim. Hakim menilai Sae Ro Yi telah menyerang korban, Jang Geun Won, dan berdasarkan kondisi luka dan senjata yang ada, walau hal ini terjadi karena kesalahpahaman terdakwa (Park Sae Ro Yi), tapi terdakwa tetap tidak mengakui kesalahan atau menyesali perbuatannya, maka Sae Ro Yi di jatuhkan hukuman 3 tahun penjara.
Det. Oh dan Soo A ada di persidangan itu dan tampak merasa bersalah.
Flashback
Det. Oh menemui Kepala Polisi. Dia menengaskan bahwa waktu kematian tn. Park di perkirakan pukul 20.20 dan di waktu itu, pelaku tn. Kim sedang menyapu halaman rumah. Jadi, tidak masuk akan kalau dia pelakunya.
"Benar. Ini memang tak masuk akal. Kau pernah membunuh karena kekerasan pada investigasi, bahkan dimutasi karena itu. Bagaimana kau bisa ada di daftar promosi?" ingati Kepala Polisi.
"Apa, Pak?"
"Bagaimana kau dapat ini? Apa kau memeriksa rekaman kamera pengawas warga tanpa izin dari pemilik dan aku? Sadarlah. Sadarlah agar kau tak kehilangan pekerjaanmu. Putrimu akan ulang tahun pertama bulan depan, 'kan? Jangan biarkan rasa keadilan konyol menguasai dirimu. Kau harus hidup memikirkan keluargamu. Ingat. Hidupmu bergantung pada hidup anak Presdir Jang," peringati Kepala Polisi.
End
Dan karna itu, det. Oh memilih diam dan menutup kasus tabrak lari itu dengan pelaku adalah tn. Kim. Dan hal itu, sangat bertentangan dengan apa yang hatinya inginkan.
Karena keputusan yang sudah di terimanya, Sae Ro Yi di pindahkan ke Penjara Chungcheong. Oleh petugas lapas, Sae Ro Yi di antarkan ke kamar tahanan-nya. Di dalam kamar itu, sudah ada 4 tahanan lainnya.
Begitu petugas keluar, salah seorang tahanan langsung memukuli Sae Ro Yi dan menyuruhnya berlutut dan memperkenalkan diri. Mendengar perintah itu, Sae Ro Yi jadi teringat dengan Presdir Jang yang juga menyuruhnya berlutut meminta maaf pada Geun Won.
Karena masih tidak berlutut, tahanan itu menendang kaki Sae Ro Yi. Sae Ro Yi masih berdiri dan tertawa. Napi itu jadi takut mengira kalau Sae Ro Yi gila.
"Apakah dunia akan lebih mudah bila aku berlutut sekali saja?" itu yang Sae Ro Yi pikirkan dalam tawanya.
"Kenapa banyak orang tertarik melihatku berlutut?" tanya Sae Ro Yi, lebih kepada dirinya sendiri.
"Namun, aku adalah putra Ayah."
Dan karna pemikirannya itu, Sae Ro Yi berdiri dengan tegap. Dia akan hidup percaya diri seperti pesan ayahnya. Dan karena dia tidak mau berlutut, tentu saja, Sae Ro Yi, di pukuli habis-habisan oleh para napi di sana. Salah seorang napi, yang tampaknya adalah ketua di sana, tampak tertarik melihat Sae Ro Yi.
--
Soo A menjenguk Sae Ro Yi di penjara. Dia jelas terkejut melihat wajah Sae Ro Yi yang babak belur, tapi Sae Ro Yi menyuruhnya tidak khawatir. Sae Ro Yi malah berterimakasih karena Soo A sudah datang menjenguknya. Wajah Soo A tampak bersalah.
Dia kemudian memberitahu kalau dia masuk ke Universitas Gwangjin. Sae Ro Yi tentu senang mendengarnya dan mengucapkan selamat. Kenapa wajah Soo A malah murung?
"Perusahaan Jangga menawariku beasiswa. Aku dapat kesempatan ini karena melaporkan… dan menghentikanmu hari itu. Maaf. Aku tak sekuat dirimu dan menjadi pengecut. Maaf," ujar Soo A, dengan kepala tertunduk, merasa bersalah.
"Tidak apa," ujar Sae Ro Yi. "Aku memang memukul Geun-won. Tindakanmu benar dengan melapor polisi. Aku berterima kasih. Jika tak kau hentikan, aku akan ada di sini sebagai pembunuh. Bila kau sudah putuskan, lakukan saja itu. Kau tak salah."
Soo A menghapus air matanya. Dia berusaha berhenti menangis. Dia kemudian bertanya rencana Sae Ro Yi nanti setelah bebas. Sae Ro Yi kalau dia sudah menjadi mantan narapidana dan tidak akan bisa menjadi polisi lagi. Dan karena di penjara ada perpustakaan dan ada banyak buku di dalamnya, dia akan belajar. Dia punya banyak waktu yang bisa di gunakannya untuk belajar. Dia juga menemukan autobiografi Presdir Jang. Sae Ro Yi merasa Presdir Jang sangat hebat karena bisa bangun perusahaan besar dari nol. Dan itu membuatnya ingin mencobanya. Dia ingin mempunyai kedai sendiri.
"Balas dendam?" simpul Soo A.
Sae Ro Yi tertawa kecil, "Tidak mungkin. Ketika aku berpikir tentang hal apa yang menyenangkan… Aku sering dengar orang berkata aku pintar memasak. Aku hanya… ingin mencobanya," jawab Sae Ro Yi.
Tepat saat itu, jam kunjungan sudah selesai dan karena itu, Sae Ro Yi harus kembali. Sebelum Sae Ro Yi pergi, Soo A memanggilnya dan bertanya alasan Sae Ro Yi waktu itu ingin mendekatinya? Menanyakan nomor teleponnya?
"Hari itu? Maaf. Padahal kau bilang aku tak boleh menyukaimu. Itu karena aku menyukaimu."
"Apa kau masih menyukaiku?" tanya Soo A. "Aku tak suka pria miskin. Apa kau akan hasilkan uang banyak?"
"Mulai dari sekarang, impianku adalah jadi kaya," jawab Sae Ro Yi.
Soo A tersenyum padanya. Dan Sae Ro Yi balas tersenyum.
--
Sae Ro Yi kembali ke ruang tahanannya.
Ada lubang di hatiku. Aku merasa lesu. Lucunya, orang itulah (Presdir Jang) yang memprovokasi diriku yang lesu. Sia-sia membenci seseorang. Karena ayahku sudah tiada. Jadi, itu tentu hal terakhir yang kupikirkan. Balas dendam. Kata itu seperti mengisi hatiku yang kosong. Dengan cepat. Aku ingin cepat keluar.
Dua tahun kemudian,
Sae Ro Yi akhirnya bebas dari penjara bersamaan dengan ketua di kamarnya yang tampak tertarik pada Sae Ro Yi. Ketua itu bebas dengan di jemput oleh banyak anak buahnya, sementara tidak ada satupun yang menjemput Sae Ro Yi. Ketua itu menawarkan tumpangan, dan dengan sopan, Sae Ro Yi menolak dengan alasan dia ingin jalan kaki. Ketua itu tidak memaksa, dia hanya berkata kalau Sae Ro Yi bisa menelponnya jiak membutuhkan bantuan.
Ketua akhirnya pergi dengan anggota geng-nya menggunakan mobil. Salah seorang anak buah Ketua, bertanya alasan Ketua tampak tertarik pada Sae Ro Yi. Apa yang sudah Sae Ro Yi lakukan?
"Dia bukan siapa-siapa. Dia hanya anak bodoh yang tak punya rasa takut," jawab Ketua. "Seorang pria."
Sae Ro Yi terus berjalan kaki menghirup udara bebas.
--
Sae Ro Yi beristirahat di sebuah kedai. Dia memesan semangkuk sundubujjigae dan satu botol soju. Sae Ro Yi memesan dua gelas dan menuang soju ke dalam kedua gelas tersebut. Satu gelas itu, seolah untuk mendiang ayahnya. Sae Ro Yi meminum sojunya dan membayangkan ayahnya ada di hadapannya dan bertanya rasa sojunya. Mata Sae Ro Yi tampak sedih dan menjawab kalau rasa sojunya pahit.
Di atas meja, Sae Ro Yi juga meletakkan sebuah buku. Itu adalah buku autobiografi Presdir Jang. Selesai makan, Sae Ro Yi pergi dan meninggalkan buku itu. Pemilik kedai jelas memanggilnya dan memberitahu bukunya tertinggal. Sae Ro Yi dengan sopan meminta pemilik untuk membuang buku itu saja karena dia sudah hafal semua isinya.
Pemilik melihat buku yang Sae Ro Yi tinggalkan. Di buku itu, gambar Presdir Jang sudah di corat coret dan ada tulisan : Aku akan menang dari dia.
--
Sae Ro Yi sudah menemukan tempat tinggal sementara. Di dalam kamarnya, ada banyak koran yang memuat berita mengenai perusahaan Jangga, seperti : "Generasi Penerus Jang yang Congkak, Jang Geun Won." ; "Direktur Kang Min Jung Selamatkan Perusahaan Jangga."
--
Esok hari,
Sae Ro Yi yang berada di terminal, mendengarkan berita mengenai Jang Geun Won.
"Pada tanggal 9, di Kedai Jangga, kedai terkenal milik Grup Jangga, terjadi kasus kekerasan. Kasus ini terjadi karena karyawan tak bisa mengenali pelaku. Ternyata, pelaku kasus ini adalah putra Presdir Jang dari Grup Jangga, Jang Geun-won, yang berusia 22 tahun. Dengan kondisi mabuk, dia menolak tunjukkan kartu identitas dan mengamuk sambil berkata bahwa anjing dan babi ini tak mengenali majikannya. Dia juga menyerang wajah karyawan itu. Video mengenainya jadi viral. Hal ini berimbas pada saham Jangga dan boikot Perusahaan Jangga dikarenakan kemarahan masyarakat," itu isi berita mengenai Geun Won.
Sae Ro Yi melihat berita itu dengan serius. Entah apa yang di pikirkannya.
--
Sae Ro Yi menaiki bus menuju suatu tempat. Di dalam bus, dia membaca surat dari Soo A.
Hai, Sae-ro-yi. Aku sudah lama tak menulis surat untukmu. Maaf. Berpikir tentang perasaanmu di sana, aku sedikit takut untuk menanyakan kabarmu. Kau pasti memberitahuku untuk tak khawatir sambil tersenyum bodoh. Apa kau baik-baik saja? Aku merindukanmu. Aku tinggal di daerah Itaewon. Aku bingung ingin berkata apa. Jadi, aku ingin menceritakan tentang daerah ini. Apa kau pernah ke Itaewon? Setiap tahun pada tanggal 31 Oktober, semua orang rayakan festival dari AS ini. Tampaknya itu untuk menenangkan arwah orang mati dan mengusir roh jahat. Setiap orang berpakaian aneh dan mengerikan agar roh jahat tak menyerang mereka. Hari itu disebut Hari Halloween. Banyak orang datang ke Itaewon untuk merayakan Halloween. Orang dewasa datang ke festival ini dengan kostum aneh. Di luar festival ini, Itaewon tetap tempat yang menarik. Ada banyak gedung cantik dan berbagai orang dari penjuru dunia, yang membuatmu merasa di luar negeri. Semua orang di sana juga terlihat bebas. Ini area yang menarik untuk jalan-jalan. Seluruh dunia seakan ada di jalan ini. Dan aku jatuh cinta padanya. Ketika aku berjalan di jalan ini, aku teringat dirimu. Bukit tempat kita berlari di hari tes. Danau tempat kau meminta nomorku. Juga senyummu yang malu-malu. Aku ingin melihatnya lagi. Aku akan tunggu saat itu tiba. Aku yang selalu berharap kau bahagia, Oh Soo-ah.
Sae Ro Yi pergi ke Itaewon. Dia seperti melihat dunia yang berbeda. Daerah yang begitu ramai dengan berbagai suku ras bangsa. Semua menggunakan make up hallowen. Semua tersenyum bahagia. Semua tampak bahagia. Mereka yang berasal dari berbagai negara dengan ras, suku, warna kulit dan bahasa yang berbeda, berkumpul bersama.
Sae Ro Yi tersenyum melihat semua itu. Dia menikmati berjalan-jalan di Itaewon.
Dan saat itu, seseorang mengenakan topeng kelinci yang menyeramkan, berlari ke arahnya dengan riang dan memeluknya. Sae Ro Yi jelas terkejut dan bertanya siapa kau? Orang itu membuka topengnya dan dia adalah Oh Soo A. Sae Ro Yi terkejut dan juga senang melihatnya. Soo A begitu senang karena Sae Ro Yi sudah bebas.
--
Soo A membawa Sae Ro Yi ke sebuah café yang sudah di hias untuk perayaan Halloween. Café itu milik Seok Cheon (aku kenal sih, soalnya beberapa kali nampak dia di variety show Korea). Seok Cheon menyambut mereka dengan ramah.
Mereka minum bersama. Soo A menanyakan rencana Sae Ro Yi selanjutnya. Sae Ro yi menjawab dia hanya mempersiapkan banyak hal. Dia kemudian mengalihkan dengan menanyakan mengenai Soo A? Kuliah?
Soo A kembali tampak bersalah. Dia memberitahu kalau dia akan bekerja tahun depan. Sepertinya, dia akan bekerja di Perusahaan Jangga.
"Kau bilang ingin punya kedai sendiri. Sudah kau persiapkan?" alihkan Soo A.
"Ya, begitulah."
"Di mana kedaimu?"
"Aku berpikir keras setelah pergi ke sana kemari. Tempat ini bagus."
"Apa? Itaewon?"
"Ya."
"Itaewon? Itu... Cukup sulit untuk mulai usaha di sini. Ada perbedaan besar antara hari biasa dan akhir pekan. Dibandingkan area Hongdae atau Kondae, orang lebih cepat pergi dari sini. Toko di lokasi bagus biayanya tinggi. Tentu saja uang sewa dan depositnya tak murah."
"Di sini bagus. Aku suka tempat ini."
"Kapan kau akan buka?"
"Dalam tujuh tahun," jawab Sae Ro Yi.
Soo A sangat terkejut dengan jawaban itu hingga dia menyemburkan minuman yang di minumnya ke wajah Sae Ro Yi. Jelas, dia langsung meminta maaf. Dia juga menjelaskan kalau waktu tujuh tahun adalah waktu yang lama. Jadi, apa yang ingin Sae Ro Yi lakukan selama 7 tahun?
"Memancing di laut," jawab Sae Ro Yi.
Soo A terkejut lagi hingga menyemburkan lagi minumannya. Sae Ro Yi langsung menggoda Soo A yang pasti sengaja menyeburnya. Soo A meminta maaf.
"Mantan narapidana sulit mendapat izin memancing. Tapi aku akhirnya dapat."
"Kenapa memancing di laut?"
"Mantan narapidana lulusan SMP. Tidak banyak yang bisa kukerjakan."
"Itu… Ketika kau masuk penjara, aku membantumu mengklaim uang asuransi dan hasil jual kedai ayahmu. Jumlahnya lumayan besar," beritahu Soo A.
"Tidak hanya uang itu. Ternyata Ayah mengumpulkan cukup banyak uang untuk biaya kuliahku," ujar Sae Ro Yi.
"Lalu kenapa kau memancing?"
"Itu harga nyawa ayahku. Harus untuk hal lebih bermakna."
"Kapan berangkat?"
"Pekan depan."
"Pekan depan? Lalu sampai kapan kau di Itaewon?"
"Aku akan pergi dengan bus pertama."
"Begitukah? Kalau begitu, ayo bersenang-senang semalaman," ajak Soo A.
Dan karena itu, Soo A menghias wajah Sae Ro Yi sesuai tema halloween dan membawanya bersenang-senang di Itaewon. Mereka bahkan berfoto bersama.
Untuk kali pertama pada malam itu. Rasa rindu yang besar. Keinginan balas dendam. Aku bisa bebas dari pusaran perasaan tersebut.
Usai bersenang-senang, Sae Ro Yi mengantarkan Soo A pulang dengan menggendongnya di punggungnya. Soo A terus saja meminta maaf. Itu karena dia tahu arti perusahaan Jangga bagi Sae Ro Yi. Karena itu, dia mengizinkan Sae Ro Yi membencinya.
"Jangan sembarang bicara. Kau selalu mengharapkan kebahagiaanku. Ketika aku merasa sendirian setelah ayahku tiada dan masuk penjara, kau tak tahu betapa kalimat itu menguatkan diriku. Tidak masuk akal bila aku membencimu. Kau hanya berusaha hidup dengan layak. Dan aku hanya berterima kasih padamu," ujar Sae Ro Yi.
Mereka akhirnya tiba di depan tempat tinggal Soo A. Sae Ro Yi berterimakasih atas hari ini karena dia sangat menikmatinya. Dan entah kapan dia akan kembali lagi. Soo A tiba-tiba saja memberitahu rumahnya tua dan tidak memiliki penghangat, hanya ada satu kamar dan satu selimut, apa Sae Ro Yi mau menginap?
Sae Ro Yi terkejut mendengarnya. Dia sampai terdiam. Setelah berpikir beberapa saat, Sae Ro Yi menjawab kalau dia belum menjadi kaya. Soo A tersenyum.
"Baiklah kalau begitu," ujar Soo A dan masuk ke dalam rumahnya.
Sae Ro Yi mengelus kepalanya lagi (sepertinya itu kebiasaan Sae Ro Yi jika dia merasa senang atau bangga atas dirinya sendiri). Sae Ro Yi sudah berjalan pergi, dan Soo A tiba-tiba berteriak memanggilnya. Dia menyemangati Sae Ro Yi dan memintanya untuk menjaga kesehatan.
Soo A terus saja memandangi Sae Ro Yi hingga menghilang dari pandangannya.
--
Dan tibalah harinya Sae Ro Yi pergi memancing ke laut. Namanya di bacakan untuk naik ke kapal. Bahkan yang membaca namanya, merasa nama Sae Ro Yi unik, karna terdiri dari 4 karakter : Park Sae Ro Yi.
--
7 tahun kemudian,
Perusahaan Jangga,
Soo A sudah bekerja di perusahaan Jangga. Dia mempresentasikan konsep restoran Jangga terbaru kepada para eksekutif perusahaan termasuk di dalamnya Presdir Jang, dir. Kang dan Jang Geun Won.
Konsepnya adalah membuat Bar Vicious, khusus untuk mereka yang merasa jahat.
Geun Won tidak setuju dengan konsep tersebut. Dia tidak menyukainya.
"Karena… manusia pada awalnya terlahir sebagai orang jahat. Tahu Teori Kejahatan Alamiah? Manusia terlahir dengan karakter jahat. Bila kita semua mengikuti insting, masyarakat akan hancur. Karena itu, kita hidup meredamnya dengan tata krama, simpati, etika, dan hukum. Meredamnya? Tentu membuat stres. Bila Bar Vicious bisa menjadi tempat untuk melepas stres ini…," jelas Soo A.
"Jika hal itu bisa dilakukan, pasti akan menarik," komentar dir. Kang.
"Ini masih ide kasar. Mohon hanya perhatikan konsep dasarnya," ujar Soo A.
Presdir Jang menyukai konsep itu dan menyuruh Soo A untuk melanjutkan konsepnya itu.
Selesai rapat, Geun Won memanggil Soo A. Dia menanyakan rencana Soo A sore ini. Dan Soo A langsung berkata kalau dia akan ke Itaewon karena dia ada rapat dengan pemilik toko di sana. Geun Won langsung menawarkan tumpangan pada Soo A karena mereka searah. Eh, dir. Kang malah muncul dan mengajak Soo A untuk bicara dengannya. Soo A jelas senang dan langsung ikut.
--
Soo A bicara dengan dir. Kang di ruangan dir. Kang. Dir. Kang memuji Soo A karena bisa memimpin perencanaan merek di usia semuda ini. Soo A merendah dan berkata kalau ini semua adalah karena bimbingan dari dir. Kang. Dir. Kang tertawa dan berkata kalau dia sudah menyukai Soo A dari awal karena Soo A pintar dan cantik.
Dir. Kang berkata kalau Soo A sudah harus mulai menentukan koneksinya. Soo A menolak dengan sopan dengan alasan masih banyak hal yang masih harus di pelajarinya. Dir. Kang menawarkan untuk mengatur kencan buta untuk Soo A.
"Terimakasih, tapi lain kali saja. Sepertinya, aku akan sibuk dengan proyek baru ini," tolak Soo A.
Mereka berdua, tampak cukup akrab.
--
Soo A pergi ke Itaewon dengan mengendarai mobilnya.
Usiaku kini 29 tahun. Aku tak pernah bertemu Sae-ro-yi lagi sejak hari itu. Tujuh tahun adalah waktu yang lama. Ketika kenanganku tentang Sae-ro-yi perlahan memudar...
Soo A tiba di Itaewon. Sepertinya, dia cukup mengenal setiap sudut Itaewon karna saat melihat sebuah toko yang sedang di renovasi gitu, Soo A berkomentar kalau sepertinya toko itu sudah terjual.
Soo A berjalan melewati toko itu, tapi seseorang memanggil namanya. Park Sae Ro Yi.
Sae Ro Yi berjalan ke hadapannya. Soo A begitu terkejut melihat Sae Ro Yi yang berdiri di hadapannya.
"Kau tidak berubah sama sekali," ujar Sae Ro Yi.
Tepat tujuh tahun. Sebuah toko di Itaewon dengan uang sewa lebih dari 200 juta won. Kata-kata pria berusia 22 tahun yang terdengar konyol itu. Sae-ro-yi berhasil mewujudkannya.
Soo A melihat toko yang sedang di persiapak Sae Ro Yi. Toko itu bernama : DanBam.
Baginya, ini sesuatu yang normal terjadi.