Chapter 2 - Chapter 2

Penulis: Sansobi

⏳⏳⌛

Dia adalah ibu yang sama dengan yang telah diracuni dan meninggal karena serangan jantung. Dia adalah seseorang yang cantik, dan anggun yang banyak memikat hati banyak bangsawan dengan bibir yang lebih merah dari pada mawar dan tubuh yang sensual. Tentu saja, dia masih sangat muda dan sekarang selalu bersemangat memarahi Aria untuk menjaga tata kramanya. Itu adalah naluri keibuan yang sama dan bergema di dalam dirinya sejak dia punya anak.

Apakah Aria berpikir dia sedang ada di ruang makan? Setumpuk daging tersebar di seluruh piringnya, Sedangkan mangkuk saladnya kosong, isinya ada di seluruh meja.

'aku belum melakukan tindakan seperti itu sejak ulang tahunku yang keenam belas, ketika aku merasa sangat terhina.'

Aria menatap tangannya. Mereka sangat kecil dan halus. Tidak ada bekas luka yang tersisa sejak dia melempar botol kaca kearah Mielle.

Itu adalah pertama kalinya dia melakukan tindakan kekerasan terhadap Mielle, yang terjadi ketika dia berusia 15 tahun. Pada saat itu, botol penuh air terlalu berat untuk di lemparkan dengan mudah oleh seorang gadis rapuh. Pada akhirnya, botol itu tidak mengarah ke Mielle, tapi ke kaki Aria.

Saat botol kaca itu pecah, Potongan-potongan yang tajam melukai bagian atas kaki dan tangannya, membiarkan rumah besar itu menangis. Penghasut utama insiden itu adalah Mielle. Tidak, pelayan Mielle lah yang menyebabkan dia melukai dirinya sendiri.

'Aku tidak punya firasat bahwa semua pelayan itu adalah informan Mielle.'

Pelayan yang membantunya menjalankan metode untuk menyakiti Mielle akhirnya mengakui bahwa semua insiden itu telah direncanakan oleh wanita jahat, bersama dengan dosa yang telah di lakukannya. Karena menceritakan segala sesuatu dengan pelayan yang menyenangkan hatinya, anak pelacur yang naif dan bodoh itu menemui ajalnya.

'Tidak mungkin...'

Aria tersadar akan kemungkinan luar biasa yang mungkin telah menjadi kenyataan, ia menengadah dan melihat ke sekeliling. Seperti halnya semua orang yang kecil dan muda, begitu pula dia.

'Aku hidup...!'

Ini bukan mimpi atau halusinasi. Rasa sakit karena luka yang disebabkan oleh cangkir kaca yang jatuh telah mengkonfirmasi ini. Dia menurunkan tangannya dan menyentuh kakinya, ia menemukan bahwa kakinya agak basah. Memeriksa dengan matanya sendiri, dia menemukan ada darah dikakinya.  Pelayan yang sedang membersihkan lantai memperhatikannya, hal itu menyebabkan wajahnya menjadi gelap saat dia dengan cepat membungkuk.

"Aria?!"

Ibunya duduk di sebelahnya, jadi Aria menelan nafas dan memasang ekspresi kaget. Tangan Aria bergetar. Bibirnya kering, dan wajahnya tanpa kehidupan.

Ruangan yang berisi tatapan frustasi diarahkan  padanya, yang menatap tangannya dengan tatapan kosong. Segera, gadis kecil yang tidak sopan itu akan menaikkan suaranya dan berteriak. Itu adalah masa depan yang tak seorang pun ragu akan terjadi.  Tidak ada sentuhan simpati untuk Aria, di mana semua orang sudah kehilangan kepercayaannya.

Aria menutup matanya dengan tenang. Dia memikirkan sejenak pilihan yang diberikan padanya. Dia membuka matanya dan menegakkan wajahnya, setelah memutuskan apa yang akan dia lakukan.

"Jessie, berikan saya saputanganmu. Sepertinya saya sudah melukai kaki saya, jadi saya akan memintamu untuk mengobatinya. Saya minta maaf, tapi saya pikir saya akan menyelesaikan makanan saya nanti."

Itu adalah respon yang tenang, dan menghianati harapan semua orang akan pilihan normal Aria untuk berteriak. Dia mengambil sapu tangan dari pelayannya dan menyeka tangannya, meninggalkan catatan permintaan maaf karena menyebabkan gangguan pada waktu makan. Reaksi yang sama sekali tidak terduga dari Aria menyebabkan semua orang yang duduk di sekitar meja menjadi terdiam dan membeku.

Aria dibantu oleh Jessie ke kamarnya, bisa merasakan dirinya masih muda. Seiring bertambahnya usia, ia mengubah semua perabotan dan dekorasi di kamarnya menjadi barang-barang mewah berkualitas tinggi, menggantung perhiasan yang telah di belinya di sekeliling, seolah-olah untuk memegahkan.

Meskipun kamarnya sekarang terasa mewah, kamarnya tidak memiliki barang mewah utama karena didekorasi oleh seorang remaja bangsawan yang belum dewasa. Dia menatap kakinya dan melihat Jessie membalut luka itu.

Meskipun Jessie ada di pihak Mielle, Jessie masih dengan ringan mencegahnya dari serangkaian kesalahan yang telah dia lakukan.

Aria ingat bagaimana dia memotong rambut dan lidah Jessie, lalu membakar tangan kanannya di kandang karena dia tidak suka di tentang. Jessie yang sama muncul di sini dan dengan sangat baik membalut kakinya.

'... Dia hanya Jessie. Dia adalah satu-satunya pelayan yang mencoba mencegahku melakukan kejahatanku... Seharusnya aku tidak mengusirnya.'

Ketika dia pertama kali memasuki wilayah itu, semua bangsawan dan pelayan membandingkannya dengan Mielle, menanamkan kecemburuan padanya.

'Aku yakin Aria bisa melakukan jauh lebih baik! Pasti nona Mielle akan menggunakan beberapa metode curang kan?'

Aria yang bodoh dan naif itu tanpa sadar mengikatkan dirinya pada pelayan yang mengucapkan kata-kata manis padanya, dan mereka adalah orang yang ditugaskan Mielle untuknya, dia tidak mampu mengatasi kecemburuan itu dan akhirnya mati dengan menyedihkan.

Namun, sekarang berbeda. Seseorang yang tau ada jebakan tidak akan jatuh ke dalamnya. Sebaliknya, orang tersebut akan membayar biaya membangun perangkap itu.

Dan orang yang telah memasang perangkap adalah iblis di antara para wanita jahat, seseorang yang memakai topeng orang suci.

Justru adik tirinya, Mielle Roscent.

'Aku tidak akan pernah memaafkanmu.'

Dia berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia tidak akan pernah memaafkan perempuan jalang itu bahkan jika tubuhnya dilemparkan ke dalam api.

Mungkin karena dia kembali ke masa lalu, tapi kelelahan membuatnya kewalahan. Dia ingin segera berbaring untuk istirahat. Meskipun dia dengan enteng menganggap bahwa semua berkatnya mungkin menghilang dan digantikan dengan mimpi buruk, dia tidak bisa mengatasi kelelahan yang menimpanya. Dia berdoa untuk tidak bangun jika itu menjadi terakhir kalinya dia bisa tidur. Itu adalah keinginan dan harapan terakhirnya yang datang dari seseorang yang telah menjalani hidupnya dipenuhi dengan kecemburuan.

"Jessie, aku ingin berbaring di tempat tidur."

"Ya, nona."

Jessie menggantikan bajunya menjadi piyama dan membantunya ke tempat tidur untuk beristirahat.

Sampai saat itu, dia kembali mengingat tindakannya di meja, Tetapi pada saat itu, seolah-olah di kehilangan kekuatannya karena sesuatu yang lain.

'... Apa ni?!'

Dengan bantuan Jessie, dia telah melipat selimutnya kembali dan mulai masuk ke tempat tidur, tapi setelah merasakan sensasi kasar dan aneh, dia buru-buru menggoyangkan kakinya dan bangkit dari tempatnya. Dia memasang ekspresi tercengang di wajahnya, tidak dapat memahami selimut yang lembut dan halus itu dapat menimbulkan perasaan yang aneh.

"Jessie! Cepat periksa ada apa di bawah selimutku!"

Meragukan bahwa Mielle telah merencanakan sesuatu terhadapnya, Jessie mengikuti perintah Aria. Kejutan menerpa wajahnya setelah dia dengan cepat membuang selimutnya. Butir-butir pasir tersebar dilantai dengan serpihan-serpihan kaca di antaranya. Bagian terbesar membentuk seperti X, jelas dari jam pasir.

Setelah memastikan ini, Jessie buru-buru membungkuk ke tanah dan mengakui kesalahan.

"Sebelum nona mulai makan, saya... saya membersihkan tempat tidur, tapi saya tidak tau ada kaca berserakan di sini! Nona, saya benar-benar minta maaf!"

Tubuhnya menggigil marah ketika Jessie berbaring telungkup di lantai. Seolah-olah dia mengharapkan ledakan kemarahan datang padanya, terlebih lagi dia terus mengakui kejahatan.

Mata Aria yang ketakutan menoleh ke arah Jessie sejenak sebelum kembali ke jam pasir. Dia mengambil jam pasir yang rusak dengan lembut menggunakan tangannya. Itu adalah sesuatu yang belum pernah dia lihat sebelumnya, tetapi rasanya sangat akrab, menakutkan, namun berharga.

'Mungkin!' Dia punya firasat itu mungkin bukan kebetulan.

'iya! Semua ini tentunya pertanda dari Tuhan. Kehendak Tuhan untuk menyelamatkan seorang gadis miskin yang bertobat dari masa bodohnya setelah ditipu seperti orang bodoh!'

Semua ini untuk membebaskannya dari cengkeraman kejahatan yang telah mendorongnya kejurang! Dan pasti lah dengan bantuan Tuhan dia dapat menjaga semua ingatannya tetap utuh, sehingga balas dendam menjadi mungkin.