"Gin!"
"Ah, kebetulan. Rina. Ada yang ingin aku bicarakan."
"Apakah itu penting?"
"Sangat penting."
Aku keluar dari kamar. Bersama Rina, aku turun ke lantai 1, menuju ruang keluarga. Tepat saat kami turun, Emir dan Inanna keluar dari dapur.
"Sudah selesai cuci piringnya?"
""Sudah!!!""
Emir dan Inanna jadi sering ngomong bareng kayak anak-anak sejak pernikahan. Namun, tidak apa-apa. Aku tidak membencinya.
"Kebetulan. Ada yang harus kita bicarakan."
Kami berempat menuju ruang keluarga. Seperti biasa, aku duduk di ujung, Emir di sebelah Inanna. Dan Rina sendirian.
Aku mengeluarkan smartphone kuning dari saku dan memunculkan proyeksinya ke udara, membiarkan isinya dilihat oleh yang lain.
"Rina, sejak menerima smartphonemu, aku mengirim email kepada setiap feodal lord yang ada di kerajaan Nina, memberi tawaran kerja sama. Meski mayoritas menolak, tapi, ada beberapa yang menerima."
"....menerima?"
Rina menyipitkan mata, melihat ke layar, curiga. Di seberang, Emir dan Inanna lebih fokus pada Rina yang memerhatikan layar dengan saksama. Kedua pasang mata mereka sayu, khawatir dengan Rina.
"Dan, menurut email ini, untuk menunjukkan keseriusan dalam dukungan terhadap Rina, mereka mengundang kita ke wilayahnya."
"..."
Tidak seorang pun memberi respons. Tampaknya, mereka menjadi yakin dengan maksud sebenarnya dari email ini. Kenapa? Karena, hampir 100 persen, bisa dipastikan undangan ini a0dalah jebakan. Kalau orang-orang ini benar-benar mendukung, mereka pasti sudah mengadakan konferensi pers. Atau setidaknya kalau mau sembunyi-sembunyi, mereka akan mengirim pesan melalui intelijen.
Mengirim pesan melalui email terlalu mencurigakan. Dalam kondisi perang, kerajaan memiliki hak dan wewenang untuk memeriksa semua email yang keluar masuk kerajaan. Tanpa persetujuan, kerajaan berhak menolak email masuk atau keluar kerajaan. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan kemungkinan bocornya informasi perang.
Bukan hanya Nina. Bana'an juga melakukan hal ini. Namun, bukan aku yang pusing memikirkan semua ini. Yang pusing adalah Yuan. Hahahaha. Oh, Jin, terima kasih karena sudah mengirim Yuan sebagai asistenku. Dalam waktu dekat, kalau Yuan mau, aku bisa memberinya promosi, menggantikan posisiku sebagai kepala intelijen.
Oke. Kembali ke urusan utama.
"Rina. Apa kamu tidak memiliki teman satu pun di Kerajaan Nina? Diluar yang mengirim email penghinaan ke kamu."
"Sayangnya tidak," Rina menyandar di sofa. "Sebagai tuan putri dan calon ratu masa depan, lingkar pertemananku sudah diatur oleh ibu dan ayah. Dan begitu melakukan konferensi pers, tampaknya, semua temanku langsung berpaling."
"Kalau seandainya ada yang mengirim email penghinaan atas dasar formalitas, tapi sebenarnya dia ingin mendukungmu, menurutmu bagaimana?"
"Jujur, aku tidak yakin bisa memercayai orang seperti itu. Maksudku, mereka bilang ingin membantu tapi masih mengirim email penghinaan itu? Hal ini membuktikan mereka masih takut posisinya dicabut, kan? Kalau seperti ini, mereka seperti berada di dua posisi. Tidak peduli siapa yang menang, mereka tidak akan kalah. Daripada mengirim email penghinaan, diam saja akan jauh lebih baik."
Jadi, mereka hanya lintah darat ya. Kalau aku ingat-ingat, Emir dan Inanna juga hampir sama. Ketika kesusahan, tidak ada satu pun teman yang mendatangi mereka. Ya, setidaknya, pada kasus Emir masih ada Jeanne. Haha. Bertambah satu lagi alasan kenapa aku benci status bangsawan dan keluarga kerajaan.
"Inanna."
"Ya?"
"Kamu masih main game online kan? Apa tidak ada temanmu yang dari Nina?"
".... Gin kamu tidak pernah main game online?"
"Ung, dulu zaman SMA sih kadang main. Sejak bertemu kalian? Tidak sempat."
"Hah..." Inanna menghela nafas. "Gin, jalur komunikasi game online juga dimonitor kerajaan. Gara-gara ini, tidak seorang pun dari Bana'an, Nina, maupun Mariander berani bicara apapun soal perang atau politik. Kalau ketahuan GM, bam, akunmu kena ban. Ya, meski bagi kami, para gamer, hal ini cukup menenangkan sih."
Sebagai catatan, tidak seorang pun dari tiga istriku ini yang memiliki pekerjaan formal. Emir dan Inanna mendapatkan gaji buta sebagai karyawan dan pegawai intelijen. Rina hidup dari uangku karena tabungannya dibekukan oleh kerajaan Nina. Jadi, kalau sedang tidak ada urusan dengan pasar gelap, intelijen, atau kerajaan, mereka sangat senggang.
Inanna memiliki hobi main game online, baik lewat smartphone maupun komputer. Emir lebih suka menonton televisi atau acara streaming musik di internet. Rina masih belum menunjukkan hobinya. Kalau ada waktu senggang, dia hanya diam, melamun. Mungkin memikirkan Tera.
"Emir?"
"Jangan lihat aku." Emir angkat tangan.
"Gin," Rina kembali masuk. "Kenapa kamu tidak menggunakan Agade untuk masuk ke pasar gelap Nina? Kamu sudah melakukannya saat membuat perang antara Bana'an, Nina, dan Mariander menjadi 3 arah, kan?"
"... Rina, aku benci kamu."
"Heh. Sudah kuduga."
Kami benar-benar mirip. Susah sekali menutupi jalan pikir satu sama lain.
Emir bertanya, "Eh, Rina, ada apa?"
"Lugalgin, saat ini, hanya mengulur-ngulur waktu. Dia ingin bermain-main, menunjukkan seolah kita tidak memiliki jalan lain. Namun, yang sebenarnya, dia sudah memecahkan masalah ini."
"Eh? Benar Gin?" Inanna ikut bertanya.
Aku menghela napas dan mengangguk.
"Heh, tampaknya Lugalgin Alhold pun tidak luput dari ingin tampil keren."
"Ayolah. Kalian adalah istriku. Sesekali aku ingin menunjukkan sisi kerenku kan? Dan apa kalian lupa kalau aku baru lulus SMA tahun kemarin? Aku masih anak-anak."
"""ANAK-ANAK DARI MANA?"""
Ketiga istriku menyanggah.
Oke. Oke. Aku kalah.
"Gin, Tanpa perlu melakukan ini, kamu sudah keren kok. Jangan khawatir."
"Inanna benar, Gin. Kamu adalah laki-laki terkeren di mata kami. Tanpa berusaha pun, kamu sudah keren."
"Emir ... Inanna ..."
Aku terdiam melihat dua malaikat yang tersenyum padaku. Oh, Emir, Inanna, aku memang mencintai kalian.
"Oke! Oke! Cukup! Aku tahu kalian pengantin baru, tapi gak sebegitunya juga."
"Kalian?" Emir mengalihkan pandangan ke Rina. "Rina, apa kamu lupa kalau kamu juga pengantin baru?"
"Ukh ..."
Inanna menambahkan, "Apa kamu lupa siapa yang setiap malam melakukannya paling lama dan intens?"
Sebagai tersangka, Rina memalingkan wajah. Tujuannya memang agar saat tidur tidak histeris. Tapi itu tidak mengubah fakta kalau dia memang yang meminta hubungan paling lama dan intens.
Setelah upacara pernikahan, hanya malam pertama lah aku bisa mendapatkan istirahat. Malam kedua dan seterusnya? Hampir tidak ada. Aku harus memuaskan tiga istriku ini setiap malam. Jam tidurku yang sebelumnya sudah berantakan kini semakin berantakan.
Setiap malam, aku baru bisa tidur sekitar jam 3 pagi, setelah ketiga istriku puas. Meskipun tidur jam 3 pagi, aku tetap bangun pagi, jam biologis bekerja. Namun, mungkin karena tidur malam kurang, kini aku selalu tidur di sore hari, satu atau dua jam.
"Oke. Oke. Sudah cukup. Sekarang, kita kembali ke pokok permasalahan. Kondisinya adalah seperti ini."
Berkat ancaman Stella, kini, pasar gelap Bana'an tidak berani macam-macam atau melakukan perlawanan. Bahkan, kini, organisasi-organisasi yang ada mulai menjilat 3 dari enam pilar yang tersisa. Mereka berharap bisa mengisi 3 kursi kosong di enam pilar.
Memanfaatkan momentum, aku meminta agar Yuan dan Ibla untuk menyebarkan informasi kalau Agade akan melebarkan sayap ke kerajaan sekitar. Akadia dan Quetzal tidak mau kalah. Mereka juga berlomba dengan Agade untuk melebarkan sayap. Namun, yang termakan informasi ini, adalah organisasi-organisasi non enam pilar.
Sementara Agade, Quetzal, dan Akadia berjalan dengan damai dan perlahan, organisasi-organisasi Bana'an justru langsung bergerak, mencari koneksi dengan pasar gelap kerajaan sekitar. Organisasi yang bergerak, tentu saja, berharap hadiah yang sepadan dari koneksi yang dibuat. Hadiah apa yang mereka inginkan? Tentu saja bantuan untuk menduduki posisi enam pilar. Dan, lalu, tadi malam ada satu organisasi yang berhasil membuat koneksi yang sangat meyakinkan.
Organisasi yang bersangkutan bernama Igris. Entah bagaimana caranya, Igris mampu mendapatkan koneksi dan membuat janji dengan beberapa feodal lord Kerajaan Nina di perbatasan. Bukan hanya itu. Mereka juga telah membuat rencana dan perhubungan dari Bana'an menuju wilayah tersebut. Semuanya telah diperiksa oleh Yuan dan Ibla. Mereka menyatakan hasil pekerjaan Igris adalah nyata dan aman.
"Dalam waktu dekat, mungkin minggu depan atau bahkan minggu ini, kita akan mendatangi wilayah feodal lord yang bersangkutan."
"Gin, apa kamu tidak khawatir ini jebakan?"
"Jangan khawatir, Rina. Aku sudah memiliki rencana walaupun ini jebakan."
Ketika tiga dari enam pilar bersatu, tidak ada yang tidak mungkin.
"Pertemuan ini bersifat rahasia. Setidaknya sampai kita tiba di wilayah mereka. Rencananya, setelah tiba, mereka akan mendeklarasikan dukungan padamu. Namun, tentu saja, mereka tidak memberikan dukungan secara cuma-cuma. Tidak mau tahu bagaimana caranya, orang-orang ini ingin pertahanan wilayah mereka diperkuat. Tidak ada gunanya mendukung kita kalau minggu setelahnya mereka diratakan oleh militer Nina, kan?"
Rina tidak memberi respons. Kepalanya menghadap ke layar, tapi pandangannya entah kemana. Matanya tampak kosong.
"Gin," Emir masuk. "Kalau boleh tahu, wilayah mana yang akan kita datangi?"
"Dan jalur yang akan kita lewati?"
Aku tersenyum. "Akhirnya kalian menanyakan hal itu. Wilayah yang akan kita datangi adalah Kota Meridian. Ibu kota dari wilayah Anshan."
"Hah?" Rina berteriak, kembali dari lamunannya. "Anshan? Kamu tidak bercanda kan Gin? Daerah itu berada di selatan Kerajaan Nina, di jajaran pegunungan Hamurina! Tidak ada penerbangan internasional ke tempat itu! Jalur darat pun memiliki penjagaan yang ketat. Paling ketat di kerajaan Nina! Bahkan, daripada ke Anshan, akan lebih mudah untuk kita ke ibukota Kerajaan Nina, Naynawa."
Wow, bersemangat sekali istri ketigaku ini. Seperti ucapan Rina, penjagaan di perbatasan Anshan adalah yang paling ketat. Hal ini disebabkan Anshan sebagai produsen senjata terbesar di Nina.
"Tapi Rina, saat ini, tujuan kita bukanlah ibukota. Dan lagi, justru kalau feodal lord ini bisa memberikan dukungan, sekali tepuk dua lalat. Selain mendapat dukungan untukmu, kita juga bisa melemahkan kekuatan tempur Nina."
"Tapi..."
Rina tampak ragu, tapi tidak melanjutkan ucapannya.
"Gin,"
"Ya, Emir?"
"Kamu bilang feodal lord itu membutuhkan penjagaan. Tapi, bukankah daerah itu adalah penghasil senjata terbesar kerajaan Nina? Kenapa mereka membutuhkan penjagaan? Rasanya, tidak masuk akal."
Yap, seperti ucapan Emir. Untuk sekilas, akan tampak aneh ketika wilayah yang menjadi produsen senjata terbesar meminta perlindungan. Namun, tentu saja, hal ini ada sebabnya.
"Biar aku yang jawab," Rina menawarkan diri. "Emir, meski produsen senjata terbesar, Anshan tidak memiliki senjata selain yang diberi atau disetujui oleh pemerintah pusat. Bukan hanya senjata. Semua barang komoditas yang beredar di Anshan adalah yang telah disetujui jumlahnya oleh pemerintah pusat. Dan, hal ini tidak hanya berlaku di Anshan. Kerajaan Nina memberlakukan hal ini ke semua wilayah"
Rina mulai menjelaskan mengenai sistem sirkulasi barang di Kerajaan Nina.
Di kerajaan Nina, semua wilayah harus melakukan perjanjian melalui pemerintah pusat, kerajaan. Pihak kerajaan lah yang akan menentukan nilai dan jumlah barang yang keluar masuk setiap wilayah. Jika ada yang mencoba melakukan transaksi di luar persetujuan kerajaan, wilayah tersebut akan dianggap membelot atau menyiapkan pemberontakan.
Sistem ini, tentu saja, mencegah setiap wilayah kerajaan Nina untuk mandiri. Pihak kerajaan Rina juga melakukan survei secara rutin ke setiap wilayah. Wilayah dengan penilaian dan peringkat tinggi, otomatis, akan mendapat sirkulasi barang lebih banyak. Penilaian didasarkan pada kontribusi wilayah tersebut kepada kerajaan. Hal ini membuat setiap wilayah berlomba-lomba untuk memberikan kontribusi sebesar-besarnya.
Sekilas, kondisi setiap wilayah yang ingin berkontribusi untuk kerajaan memberi kesan nasionalisme yang tinggi. Namun, yang terjadi, justru sebaliknya. Setiap wilayah berusaha memberi kontribusi besar dengan harapan dapat menimbun barang sebanyak-banyaknya.
Di lain pihak, sebenarnya, ada batas maksimal sirkulasi barang yang disetujui oleh Kerajaan. Hal ini dilakukan untuk mencegah penimbunan barang oleh wilayah. Tanpa timbunan barang, pemberontakan tidak akan terjadi. Walaupun tetap terjadi pemberontakan, tidak akan lama karena barang-barang yang dibutuhkan akan cepat habis. Meski tidak ada pernyataan resmi, para feodal lord sudah bisa memperkirakannya.
Emir mengangguk. "Jadi itu ya sebabnya wilayah Anshan meminta perlindungan meskipun dia adalah produsen senjata terbesar."
"Aku berpendapat," aku masuk. "Anshan, nanti, tidak hanya meminta perlindungan, tapi juga suplai barang kebutuhan pokok. Iya kan, Rina?"
Rina mengangguk.
"Saat ini, menurut Yuan, ada dua cara untuk kita memasuki wilayah Anshan. Pertama, kita akan dimasukkan sebagai barang selundupan."
Karena sirkulasi barang yang terbatas, tentu saja, hal ini mendorong pasar gelap untuk tubuh subur. Barang selundupan menjadi hal yang lumrah ditemui di Kerajaan Nina. Meski kepemilikan dan transaksi pasar gelap dilarang, tentu saja, sebuah suapan dan salam tempel berhasil membuat petugas memalingkan wajah.
"""Ditolak!"""
Rina, Emir, dan Inanna kompak, menolak alternatif pertama
Normal kalau mereka menolak ide ini. Menjadi barang selundupan adalah hal terakhir yang kamu inginkan. Karena diselundupkan bersama barang, kamu tidak benar-benar tahu tujuanmu. Bisa saja kamu langsung dikirim ke markas militer musuh.
"Tentu saja ada pilihan kedua. Namun, pilihan ini, tentu saja, memiliki risiko lain. Pilihan kedua adalah kita berempat bulan madu ke Kerajaan Agrab. Lebih tepatnya, ke wilayah Diyala, di bagian selatan pegunungan Hamurina. Di tempat itu banyak resort dan pemandian air panas. Dari Diyala, melewati penjagaan perbatasan melalui jalur penyelundupan yang digunakan oleh pasar gelap setempat."
"..."
Rina terdiam. Dia menutup wajah dengan kedua tangan.
Yap, dia tampak kecewa.
"Gin," Inanna masuk, mengutarakan kekhawatirannya dan Rina. "Apa kamu mau menyeret Kerajaan Agrab ke peperangan ini? Kamu tidak berpikir untuk menyebarkan peperangan ini ke seluruh Benua Ziggurat, kan? Kalau melakukannya, sama saja kamu mengikuti rencana Ratu Amana."
"Antara ya dan tidak," aku memberi setengah konfirmasi. "Sesuai ucapanmu, Inanna. Kita bulan madui ke Kerajaan Agrab akan memberi alasan untuk Kerajaan Rina mendeklarasikan perang, yang berarti menyeret mereka."
"Lalu?"
"Di sini adalah bagian yang paling menarik. Sementara Tigris mendapatkan koneksi pasar gelap lokal, Intelijen Bana'an mendapat undangan dari Intelijen Kerajaan Agrab."
Emir dan Inanna membelalakkan mata, tampak terkejut. Di lain pihak, Rina hanya mengangguk-angguk.
"Secara sederhana, intelijen Agrab meminta kita untuk menaklukkan Kerajaan Rina sebelum mereka terseret ke dalam perang. Dan, untuk mencapai tujuan itu, mereka akan memfasilitasi 'bulan madu' kita."
Sederhananya seperti itu. Namun, detailnya, tentu saja tidak. Dengan melakukan deklarasi "bulan madu", kami akan mendapatkan pengawasan dari dunia internasional. Kalau aku diserang ketika "bulan madu" di kerajaan Agrab, Bana'an juga akan mendeklarasikan perang ke Agrab. Bana'an akan menuduh Agrab telah bersekongkol dengan Kerajaan Rina untuk membunuh kami.
Jika 4 kerajaan ini sudah berperang, tinggal tunggu waktu hingga Kerajaan Nippur dan Republik Dominia ikut terseret. Kalau sudah terjadi, perang dunia pun tidak terelakkan.
Jadi, sebenarnya, yang akan membantu kami nanti bukan hanya Kerajaan Agrab, tapi intelijen seluruh dunia. Mereka akan membantu infiltrasi kami ke Wilayah Anshan dan memastikan kami telah melakukan konferensi pers dan deklarasi dukungan dari Wilayah Anshan. Jika kami diserang atau tewas di Wilayah Anshan, Kerajaan Agrab tidak akan terseret ke peperangan, perang dunia pun tidak akan terjadi.
Meski demikian, bisa dibilang, skenario itu adalah yang paling sederhana. Faktanya, kalau kami tewas di Wilayah Anshan, Bana'an bisa jadi marah dan meminta izin untuk melewati wilayah Agrab untuk menyerang Nina dari selatan. Kalau Agrab menolak, Bana'an bisa menuduh mereka bersekongkol dengan Nina. Front perang baru pun muncul.
Intinya, kami berempat tidak boleh tewas. Kematian kami bisa memicu reaksi rantai yang berujung pada perang dunia.
"Sudah oke?"
"""Oke!"""
Emir, Inanna, dan Rina kembali memberi konfirmasi secara bersamaan. Tampaknya, Rina mulai ketularan Inanna dan Emir.
"Jadi, Rina kenapa kamu mencariku tadi?"
"Ah, iya! Aku hampir lupa karena kamu menceritakan soal rencana ini." Rina memandangku dalam. "Gin, aku hamil."
"..."
Sebentar, rasanya, aku mendengar sesuatu yang sangat mengejutkan. Namun, mungkin telingaku salah dengar. Ya, mungkin–
"Dari wajahmu, tampaknya, kamu menganggap salah dengar. Gin, Emir, Inanna, aku hamil."
Tidak hanya mendeklarasikan ulang, Rina juga mengambil sebuah alat tes kehamilan dari dalam saku.
Rumah ini, tentu saja, memiliki stok alat tes kehamilan. Emir dan Inanna hampir setiap minggu melakukan pengecekan.
"KOK BISA?"
"KAMI YANG SUDAH MELAKUKANNYA BERBULAN-BULAN SAJA BELUM HAMIL!"
Bukan aku yang histeris, tapi Emir dan Inanna. Mereka berdua mencengkeram bahu Rina.
Di saat itu, Rina mulai mengatakan mengenai teori bahwa inkompeten adalah puncak evolusi, mengenai bagaimana kami kekuatan kami bukanlah penghilang pengendalian, tapi justru kepemilikan absolut.
Lalu, selanjutnya, dia mengatakan sesuatu yang sangat tidak aku duga. Inkompeten tidak hanya lebih kuat secara fisik. Hampir seluruh metabolisme tubuh inkompeten pun lebih tinggi. Pada kasus Ratu Kerajaan Nina, ada sebuah tradisi untuk membuat wanita hamil lebih mudah. Tradisi ini adalah pihak perempuan harus mengurangi makan sebelum dia hamil. Bahkan, ada beberapa catatan dimana Ratu hanya makan 1 kali dalam sehari.
Meski makan hanya 1 kali sehari, ratu tersebut tetap harus melakukan aktivitas normal ditambah hubungan. Sang ratu diwajibkan melakukan hubungan, minimal, 5 kali dalam sehari. Tujuan tradisi ini adalah membuat sang ratu kekurangan tenaga, yang secara tidak langsung mengurangi ketahanan sel telur. Dengan ketahanan sel telur berkurang, sperma dapat masuk lebih mudah.
Ratu yang inkompeten memiliki dinding sel telur yang jauh lebih kuat dari dinding sel telur normal sehingga tradisi pengurangan asupan diperlukan. Tanpa tradisi ini, tidak ada sperma laki-laki normal yang bisa menembus dinding sel telur. Hanya sperma laki-laki sesama inkompeten yang bisa membuahi.
Lalu, pada kasusku, justru sebaliknya. Normalnya, sel telur tidak akan menerima lebih dari satu sperma. Namun, karena aku inkompeten, tidak hal ini tidak terjadi. Sperma inkompeten jauh lebih kuat dari sperma orang normal. Hal ini menyebabkan jumlah sperma yang membuahi sel telur pasti lah tidak terhitung. Hal ini juga lah yang membuat pembuahan menjadi gagal.
"Aku kira kalian tahu hal itu dan hanya ingin melakukan hubungan tanpa keturunan."
"Tentu saja tidak!" Emir menolak ucapan Rina.
"Lalu, Rina, apa yang harus kami lakukan? Apa kami harus membuat Lugalgin kelaparan juga?"
"Cara itu bisa juga. Dan, kalau mau meningkatkan kemungkinan keberhasilan, coba kalian cari di internet makanan yang mengurangi jumlah dan kualitas sperma."
Seketika itu pula, Emir dan Inanna memandangku tajam. Mata mereka benar-benar tidak santai, bergejolak.
"... sial."
Bersambung