Chereads / I am No King / Chapter 135 - Arc 4-2 Ch 13 - Inkompeten

Chapter 135 - Arc 4-2 Ch 13 - Inkompeten

Suara sirene terdengar kencang, membuatku berhenti untuk sejenak. Beberapa saat kemudian, suaranya berhenti.

"Giliranku?"

"Iya, giliran Kak Lugalgin."

Aku mengambil satu kartu dari kanan, dari tangan Rina. Ah, aku beruntung. Jack hitam pun keluar dari tanganku, berkumpul dengan kartu-kartu lain di tengah meja. Setelah itu, aku membiarkan Ami yang duduk di kiri mengambil satu kartu dari tanganku.

Tadi, sebelum pertarungan dimulai, aku sudah tiba di satu ruangan khusus di tengah kota, di kantor pemerintahan yang juga adalah rumah Count yang berkuasa, yang adalah anggota Akadia. Meski ditinggalkan, tempat ini masih rapi dengan seluruh perabotan mewah dan ekstravagannya.

Alasan utama aku berada di tempat ini adalah sistem keamanan kota ini. Di kanan dan kiri ruangan, terpasang televisi besar yang menunjukkan siaran cctv di seluruh kota secara langsung. Jadi, aku bisa mengawasi jalannya pertarungan dari sini.

Setelah mempersiapkan semuanya, pintu pun diketuk, mempersilakan empat orang masuk. Yang satu, aku memang mengundangnya ke tempat ini, tuan putri Rina. Namun, sisanya, sama sekali tidak aku duga akan datang ke sini? Siapakah mereka? Mereka adalah Etana, Ami, dan Gena si mercenary. Karena sama-sama dibuang oleh keluarganya, Etana dan Ami tidak lagi menyandang nama keluarga.

Kami berlima duduk di meja di tengah ruangan. Aku menghadap pintu karena harus mengawasi layar di kanan dan kiri. Etana di seberang, Rina di kanan, Ami dan mercenary di kiri. Kami berempat bermain kartu "Old Maid". Namun, berbeda dengan "Old Maid" biasa, kami tidak menggunakan Joker. Kami mengambil satu kartu secara acak dari tumpukan dan menutupnya di tengah meja. Jadi, kartu yang tidak memiliki pasangan baru akan ketahuan di pertengahan atau akhir permainan.

Karena kalian sudah familier dengan Etana dan dagu lebarnya, aku akan lebih fokus pada perkenalan Ami. Dia adalah anak perempuan berusia....

"10 tahun!"

Ami menyambung dan memberi jawaban.

Ya, 10 tahun. Aku menemuinya beberapa tahun lalu, sebelum Agade terbentuk. Dia memiliki mata bulat hitam yang tampak jernih. Dengan wajah yang juga bulat, anak ini benar-benar lucu dan manis. Sambil main kartu, terkadang aku mencubit bibinya yang begitu lembut dan kenyal.

Dulu, dia memiliki warna kulit kuning langsat. Namun, setelah beberapa tahun tinggal di negara tropis, warna kulitnya mulai gelap. Meskipun aku bilang mulai gelap, kulitnya masih di tingkat sawo matang, bukan sawo busuk apalagi hitam. Namun, meski demikian, hal ini membuat rambut hitamnya tidak mencolok lagi. Karena rambut hitamnya, aku sempat mengira dia adalah anak bangsawan. Namun, setelah kutelusuri lebih lanjut, bukan. Orang tuanya hanyalah warga sipil biasa.

Dulu, berkat penghilang pengendaliannya, dia dikucilkan oleh masyarakat di sekitar dan akhirnya orang tuanya pun membuangnya. Para tetangga menganggap Ami sebagai terkutuk dan semacamnya. Untungnya, tidak sampai satu tahun, aku menemukannya.

Saat itu, aku sedang menjalani misi pemburuan. Target kabur ke luar kota dan pergi ke pedalaman gunung. Aku mendatangi tempat persembunyian target hanya untuk menemukannya terkapar tewas. Di situ, aku bertemu dengan Ami yang hanya mengenakan kaos compang-camping, memegang pisau berlumur darah.

Saat pertama menemuinya, dia begitu liar. Bahkan Ami langsung berusaha menusukku. Gerakannya pun sangat cepat. Namun, karena gerakannya sederhana, aku bisa menangkap dan menahannya dengan mudah. Karena dia masih anak-anak, dan aku masih memiliki memori mengenai anak-anak panti asuhan Sargon, aku tidak membunuhnya, hanya berusaha menenangkan.

Setelah itu, hampir setiap hari, aku menyisihkan sedikit waktu untuk menemuinya. Pagi sampai siang di sekolah, siang sampai sore menemui Ami, malam menemui Lacuna. Saat itu, aku selalu menggunakan alasan ekstrakurikuler dan main dengan teman sebagai alasan. Sebelumnya aku tidak pernah bermain, karena keluarga Alhold, jadi aku mengira ayah dan ibu bahagia karena akhirnya aku bermain. Namun, setelah kejadian akhir-akhir ini, aku mulai berpikir mereka hanya membiarkanku.

Saat menemui Ami, dia sudah bisa berbicara cukup lancar. Jadi aku menyimpulkan dia dibuang setelah mencapai usia 4 tahun atau lebih. Setelah akrab, Ami mulai bercerita kenapa dia hidup di situ. Setelah itu, aku menemukan cara untuk menekan kekuatan Ami dan mengirimnya keluar dari benua ini. Kenapa? Karena saat itu aku masih berurusan dengan keluarga Cleinhad. Aku tidak mau Ami terseret.

Kenapa aku mengatakan semua ini? Mudah. Karena semua hal mengenai Ami berhubungan dengan isi pembicaraan kami berempat malam ini. Ngomong-ngomong, pelayan perempuan yang datang bersama Ami adalah salah satu mercenary yang dulu kubayar untuk menjaga dan membesarkan Ami, namanya Gena. Namun, entah bagaimana, sekarang dia menjadi pelayan.

"Berbeda dengan Kak Lugalgin yang memang tidak mengurus Agade, Ami justru ujung tombak AmiAmi Corporation."

Ami memberikan pembukaan sambil membiarkan Etana mengambil satu kartu dari tangannya.

"AmiAmi Corporation?"

Tiba-tiba saja sebuah nama perusahaan multi nasional muncul di telingaku.

"Benar," Gena masuk. "Beberapa tahun lalu, saat membesarkan Ami, aku melihat dia memiliki bakat dalam pemecahan masalah. Dengan kecerdasan Ami, aku dan beberapa mercenary lain, yang kamu sewa secara terpisah, bekerja sama dan mendirikan perusahaan ini. Berkat arahan dan bimbingan dari Ami, AmiAmi Corporation pun menjadi perusahaan multinasional yang bergerak di banyak bidang."

Penjelasan Gena membuat tiga orang terdiam, speechless. Bahkan, kami berhenti main kartu untuk sejenak ketika mendengar informasi ini.

"Jadi, sebenarnya, aku sudah tidak perlu membayar jasa kalian para mercenary."

Ami menjawab. "Sebenarnya iya, tapi karena Kak Lugalgin jarang menelepon dan mengecek keadaan Ami, jadi Ami tidak cerita. Tapi, karena Ami akhirnya sudah bertemu dan main kartu dengan Kak Lugalgin, mulai bulan depan, Kak Lugalgin sudah tidak perlu membayar mereka lagi. Ami sudah bisa membayar mereka. Hehehe."

"....oke, aku tidak ada alasan."

"Menurut dugaan Ami, Kak Lugalgin tidak mungkin aktif di pertarungan ini. Berkat kehadiran Kak Rina, Ami memperkirakan kakak hanya akan mengundangnya berbicara, kan?"

"Ya, begitulah."

Salah satu ketakutanku terjadi. Bukan soal Ami yang menjadi ujung tombak perusahaan, tapi kepada mercenary yang dibayar untuk saling mengawasi malah bekerja sama dan menipuku.

"Dek Ami," Rina masuk. "Saat ini posisi pemilik dan CEO AmiAmi Corporation, secara legalitas, kan bukan dek Ami. Apa di masa depan dek Ami ada rencana mengalihkannya ke nama dek Ami?"

"Tidak mau! Ami tidak mau nama Ami terpampang dimana-mana atau bahkan tersebar dimana-mana. Ami Cuma mau hidup santai dan bermain."

Benar-benar jawaban khas Alhold. Awalnya, saat mendengar dia memimpin AmiAmi Corporation, aku sempat penasaran apakah dia benar-benar Alhold? Kan mungkin saja ada inkompeten lain yang tidak berasal dari keluarga Alhold. Namun, setelah jawaban itu, darah Alhold jelas mengalir di dalam tubuh kecil dan lucu Ami.

Etana juga sama. Dia tidak memiliki niat untuk menduduki jabatan setelah Mariander menjadi Republik. Dia hanya ingin hidup damai. Bahkan, dia memiliki wacana mendirikan panti asuhan. Etana merasa bersalah karena sempat menyandera panti asuhan dan membunuh salah satu pengurusnya. Namun, tentu saja, meski secara legalitas nama Etana tidak akan muncul sebagai pemilik, secara tidak resmi tetap dia lah pemiliknya. Jadi dia juga memiliki darah Alhold di tubuhnya.

"Ngomong-ngomong, Rina," Etana bertanya sambil membiarkan Rina mengambil kartu dari tangannya. "Aku dengar dari Ibla kalau kamu ingin Lugalgin menjadi Raja dan menyatukan Bana'an dan Nina. Dan, tentu saja, Lugalgin menolaknya. Kalau Lugalgin sudah bersikeras seperti ini, kenapa Nina tidak dijadikan republik saja?"

"Sebenarnya aku juga berpikiran hal yang sama. Namun, sayangnya, ibuku memiliki pemikiran yang lain. Ibuku menyandera adikku dan mengatakan kalau Lugalgin tidak menjadi Raja, dia akan membunuhnya. Hingga kini, aku tidak bisa memahami jalan pikiran ibu."

Berlanjut, Rina mulai bercerita mengenai kerajaan Kish dan bagaimana tradisi saling mendorong posisi Raja dan Ratu yang terjadi di keluarga kerajaan, keluarga Alhold. Dia juga mengatakan mengenai inkompeten adalah bukti bahwa darah Alhold mengalir di tubuh orang itu.

Di lain pihak, aku lebih fokus pada Rina yang tiba-tiba mengatakan adiknya disandera. Tanpa perlu menduga-duga, dia sudah seperti berteriak, "aku butuh bantuan untuk menyelamatkan adikku,". Aku bukan orang yang baik hati. Jadi, aku tidak akan melakukannya kalau tidak ada untungnya.

"Ah, jadi, sebenarnya, kita berempat satu keluarga?"

"Kalau kamu mau bilang seperti itu sih bisa. Tapi hubungan darah kita sudah terlalu jauh, jadi, keluarga jauh? Entahlah. Aku sendiri tidak benar-benar peduli."

Rina menjawab Etana. Setelah menarik kartu, Rina meletakkan sepasang kartu tiga merah ke tengah meja. Dia pun mengarahkan kartu di tangan kiri kepadaku.

Aku mengambil kartu. "Rina, aku lebih tertarik pada satu hal. Kenapa inkompeten terlahir?"

"Oh, itu."

Lima diamond. Ah, aku tidak punya lima heart.

Rina memberi penjelasan mengenai inkompeten. Namun, ini hanya berdasarkan catatan karena zaman dulu penelitian belum semaju sekarang. Dan karena populasi inkompeten amat sangat sedikit sekali, setidaknya yang diketahui, penelitian lebih lanjut tidak bisa dilakukan.

Menurut informasi RIna, inkompeten adalah tingkat terakhir evolusi manusia. Memberi indikasi bahwa manusia berhasil menguasai alam secara penuh dan mengganti pengendalian dengan kemampuan fisik yang jauh di atas rata-rata. Daripada penghilang pengendalian, Rina menyatakan kekuatan inkompeten lebih kepada kepemilikan mutlak. Ketika berada di kuasa inkompeten, benda itu adalah miliknya, tidak ada pihak lain yang bisa mengklaimnya.

Dan, masih berhubungan dengan tingkatan evolusi, jika diurutkan dari kelas pengendalian, urutannya adalah generik, berbakat, spesial, dan inkompeten. Orang-orang yang pengendaliannya harus dibangkitkan dengan serum umumnya berada pada tingkat yang lebih tinggi tapi fisiknya tidak kuat. Contohnya jika sebenarnya orang memiliki pengendalian generik setelah menggunakan serum, seharusnya dia adalah orang berbakat.

"Tapi," aku menyela. "Kalau menggunakan logika itu, berarti orang-orang spesial yang membutuhkan serum adalah inkompeten?"

"Sayangnya tidak," Rina menolak. "Orang-orang ini masih berada di kategori spesial, tapi tingkat atas. Dengan serum pembangkit, orang ini akan memiliki pengendalian spesial tapi di tingkat bawah. Orang-orang spesial tingkat atas di sekitar kita adalah Ukin, spesial dan memiliki pengendalian utama lebih dari 1 material, atau unsur, atau apapun kamu mau bilangnya. Ketika kita, inkompeten, menggunakan serum pembangkit, level kita turun pada spesial puncak."

Dari cara mengatakannya, Rina seolah menyatakan inkompeten adalah sosok yang overpowered.

Rina melanjutkan penjelasan. Pada dasarnya, pengendalian itu semacam virus. Ketika kecil, pengendalian itu belum bangkit karena kita tidak terpapar orang lain. Semakin lama bersama keluarga, kita akan lebih sering terpapar oleh pengendalian keluarga kita. Oleh karena itu, pengendalian pun diturunkan. Dan karena anak selalu menuruni orang tua, fisik dan dna si anak pun juga lebih mudah terpapar oleh pengendalian orang tuanya.

Ambil contoh Ninlil. Sejak kecil, dia dirawat dan dibesarkan olehku. Jika dia terus dibesarkan olehku dan tidak terpapar oleh pengendalian aluminium sama sekali, hingga dewasa pengendaliannya tidak akan bangkit. Walaupun dia terpapar oleh pengendalian lain, tubuhnya yang hanya lemah terhadap pengendalian aluminium, tetap tidak akan memiliki pengendalian utama.

Dan, ketika dewasa, antibodi pun sudah semakin baik. Hal ini membuat pengendalian menjadi semakin susah masuk di dalam tubuh. Walaupun serum pembangkit digunakan, ada kemungkinan antibodinya terlalu kuat, menghancurkan semua serum yang dimasukkan. Aku cukup memahami ucapan Rina karena aku sendiri sudah membaca soal pembangkitan pengendalian dan aplikasinya, terutama setelah kasus Mulisu.

Di lain pihak, inkompeten yang berada pada puncak evolusi memiliki antibodi yang sangat kuat. Hal ini lah yang membuat pengendalian yang didapat oleh inkompeten tidak bisa permanen. Bahkan, hanya hitungan hari akan hilang. Jadi, sebenarnya, selama tubuh tidak bisa bergerak dan mendapatkan pengendalian semua benda, antibodi tubuhku berusaha menghilangkan pengendalian itu sekuat tenaga. Karena hal ini lah waktu pengendalian akan semakin singkat setiap kali digunakan.

Karena aku tidak terlalu tertarik dengan biologi, maka aku hanya bisa menerimanya.

"Tunggu dulu!" Etana menyela. "Kita bisa mendapatkan pengendalian dengan serum pembangkit? Bahkan semua material?"

Aku dan Rina mengangguk.

Etana terdiam dengan mulut menganga. Dia tidak langsung menerima ucapan kami. Di lain pihak Ami hanya mengangguk-angguk kecil.

"Ami," aku melihat ke kiri. "Kamu sudah tahu ini belum?"

"Belum. Ami belum tahu. Ini pertama kalinya Ami dengar." Jawab Ami sambil mengeluarkan sepasang kartu 7 hitam. "Yang Ami tahu hanya efek samping lumpuh, demam tinggi, dan rasa sakit yang parah. Ami sempat mengalaminya. Kak Lugalgin masih ingat kan bagaimana Ami cerita sempat tidak sadar entah berapa hari dan ketika sadar sudah berada di hutan?"

Ya, benar. Ami bercerita setelah penggunaan serum yang pertama gagal, beberapa hari kemudian, orang tuanya menggunakan serum itu lagi, entah dapat dari mana. Setelah efek sakit yang ditimbulkan hilang, Ami tidak sadar. Ketika sadar, dia sudah berada di tengah hutan. Aku masih terkejut bagaimana Ami bisa bertahan beberapa bulan di tengah hutan. Pasti dia berkali-kali menangis dan kesepian, ditinggalkan oleh orang tuanya sendiri.

"Kalau kalian mau, aku bisa memberi informasi mengenai ini nanti. Namun, untuk mendapatkan serum pengendaliannya, kalian harus usaha sendiri. Susah sekali mendapatkan serum pengendalian."

"Oke,"

Ami dan Etana menjawab secara bersamaan.

"Tunggu dulu, Rina," sesuatu terlintas di pikiranku. "Kalau menggunakan penjelasanmu soal puncak evolusi dan antibodi adalah benar, aku bisa memperkirakan kenapa satu rahim hanya bisa melahirkan satu inkompeten."

"Silakan. Aku ingin mendengar dugaanmu."

Aku terdiam sejenak, melihat ke arah Ami.

"Tidak apa. Ami sudah mendapatkan pendidikan sex dari Gena."

"Baiklah kalau begitu." Aku mengutarakan dugaanku. "Ini hanya dugaan. Namun, kalau ucapanmu benar, kita bisa menganggap untuk melahirkan satu inkompeten, butuh tenaga, kondisi fisik, dan juga rahim yang benar-benar kuat. Dan, setelah melahirkan inkompeten, kondisi rahim tidak bisa berada di kondisi puncaknya. Kalau inkompeten yang lahir adalah anak kedua, maka bisa kita anggap rahimnya belum cukup kuat saat melahirkan anak pertama."

Ya, itu hanya dugaan liar sih. Tidak ada dasar yang benar-benar kuat. Semua orang mengangguk. Namun, dari mereka semua, hanya anggukan Rina yang benar-benar memiliki arti. Kenapa? Karena dia lah yang seharusnya paling paham mengenai inkompeten dibanding kami semua.

Di lain pihak, aku baru ingat kalau ada pengendali normal di ruangan ini.

"Gena, aku mau informasi ini tidak kamu sebarkan. Kalau suatu saat nanti aku mendapat Ami tewas, aku akan asumsikan kamu menyebarkan informasi ini dengan sengaja dan lalu membunuh Ami. Ketika hal itu terjadi, aku akan membersihkan semua orang yang pernah berhubungan denganmu dan juga AmiAmi Corporation, sampai ke 3 generasi keluarga karyawan. Kalau kamu sudah pindah perusahaan, aku juga akan mengincar perusahaan itu. Paham?"

Ketika mengatakannya, aku memancarkan niat membunuh dan aura haus darah yang kental. Gena tidak bisa menjawab. Aku bisa melihat wajahnya yang pucat dan matanya membelalak. Nafasnya pun pendek, sesak.

Di lain pihak, tiga inkompeten di ruangan ini tampak tidak terpengaruh dengan aura haus darah dan niat membunuhku.

"Kak Lugalgin, rasanya sudah cukup. Kalau lebih lama lagi, Tante Gena bisa pingsan."

"Baiklah." Menuruti Ami, aku menarik semua niat membunuh dan aura haus darah. "Aku lebih terkejut pada kalian bertiga yang bisa menerima semua itu."

"Gin, aku adalah anggota revolusioner. Sudah selayaknya aku mendapat latihan itu."

"Sejak kecil, aku sudah dididik ibu untuk bisa menerima dan memancarkan niat membunuh dan aura haus darah. Bahkan, ibu membunuh kucingku di depan mataku agar aku bisa memancarkan semua itu."

"Kalau Ami lebih sering memancarkan sih, jadi Ami kebal sendiri."

"Baiklah kalau begitu."

Aku hanya bisa menerima ucapan mereka, tidak mau mencari informasi lebih jauh. Di lain pihak, aku mulai berpikir mungkin kekebalan kami terhadap niat membunuh dan aura haus darah memiliki hubungan dengan faktor inkompeten. Apakah ini benar? Tidak ada yang tahu.

Wajah Gena mulai normal. Nafasnya pun perlahan memanjang. Dia diberi air oleh Ami untuk membantunya menenangkan diri. Setelah itu, Gena mengatakan padaku tidak akan pernah membocorkan rahasia itu pada siapa pun walaupun di ambang kematian.

Di lain pihak, sambil melakukan diskusi ini, aku masih melihat ke siaran cctv seluruh kota, menerima laporan anggota Agade, dan juga mendengarkan cerita Mulisu.

"Ah, Rina," Aku melihat ke Rina yang mengambil kartu dari Etana. "Pada usia berapa penghilang pengendalian bangkit?"

"Beda-beda. Dari catatan kerajaan, paling awal adalah satu setengah tahun. Paling lambat adalah 5 tahun."

"Catatan kerajaan Nina atau Kish?"

"Campur."

"Oke."

Sambil main kartu, aku terus mencari informasi mengenai inkompeten.

"Selain jarak, sentuhan, dan penglihatan, apakah ada tipe penghilang pengendalian lain?"

"Ada, tentu saja. Secara garis besar ada empat tipe. Jarak, sentuhan, penglihatan, dan cairan. Namun, ini hanya garis besar karena ada sub kategori. Seperti teriakan untuk menghilangkan pengendalian, yang adalah sub kategori dari jarak. Semakin keras teriakan, semakin jauh jarak. Lalu ada tipe genggaman, yang merupakan sub kategori dari sentuhan. Hanya bisa aktif ketika menggenggam, tidak hanya menyentuh. Dan lain sebagainya."

Hooh, ternyata macam-macam juga tipe inkompeten.

Etana masuk, "aku tertarik pada tipe cairan. Apa kamu bisa menjelaskannya?"

"Seperti namanya, tipe ini menggunakan cairan tubuh seperti keringat, ludah, air kencing. Anggap saja versi downgrade dari darah kita. Jika darah kita masih bisa menghilangkan pengendalian walaupun hanya satu tetes, tipe cairan membutuhkan jumlah yang lebih banyak untuk melakukan hal yang sama. Dan lagi, untuk membersihkan darah membutuhkan alkohol atau cairan khusus lain. Bahkan sabun tidak bisa sepenuhnya menghilangkan darah. Di lain pihak, ada kalanya air mengalir sudah bisa menghilangkan efek cairan."

Meski kamu bilang versi downgrade, tipe cairan masih sangat berguna. Maksudku, aku bisa meludah setiap menit dan menyimpannya pada semacam bola air dan melemparnya ke musuh. Musuh tidak mungkin bisa mencuci badannya seketika itu juga.

Secara sekilas, hal ini memberi kesan bahwa tipe yang paling menguntungkan adalah jarak dan paling repot adalah sentuhan. Namun, sebenarnya tidak juga. Kalau dipikir baik-baik, setiap tipe memiliki plus dan minusnya.

Misal tipe penglihatan. Plusnya adalah semua di pandangan tidak bisa dikendalikan. Namun, hal ini tidak berlaku pada benda yang tidak bisa dilihat, seperti di balik dinding atau di belakang pengguna.

Lalu, tipe jarak memberi efek penghilang yang absolut. Namun, ini juga menjadi kelemahan karena semua pengendalian hilang, baik milik kawan atau lawan. Dan karena barang-barang elektronik menggunakan mesin rotasi, yang pada dasarnya pengendalian, mereka tidak bisa hidup tengah teknologi.

Lalu, untuk tipe sentuhan milikku. Sentuhan bisa dianggap sebagai kekurangan karena harus mengalami kontak, tapi efeknya pun kuat. Semua yang kusentuh memiliki efek penghilang yang sama. Misal ada orang menyentuh pipa besi sepanjang 500 meter. Tanpa perlu menyentuh orang itu, hanya dengan menyentuh papan besi, aku bisa menghilangkan pengendaliannya.

Jadi, ya, semuanya memiliki plus minus.

"Namun, tentu saja, semua penghilang pengendalian kita memiliki peredam atau penghambat. Misal seperti aku dan Etana yang harus mengenakan kacamata berwarna seperti sekarang, atau kamu mengenakan sarung tangan, atau Ami mengenakan cincin yang mengeluarkan kejut listrik terus menerus."

Yap. Cincin kejut listrik. Bisa dibilang, aku menemukan cara menghilangkan kekuatan Ami secara kebetulan. Dulu, ketika awal bertemu Ami, aku selalu membawa lampu senter. Lampu senter menggunakan mesin rotasi mikro jadi akan langsung mati ketika mencapai jarak tertentu dari Ami, yang dulu sekitar 250 meter.

Suatu ketika, aku membawa panel matahari dan juga aki untuk penerangan. Karena penasaran, Ami sempat mencoba membongkar sambungan kabel aki dan panel mata hari, membuatnya kesetrum. Di saat itu, senter yang seharusnya mati sempat menyala. Setelah itu, aku mencari tahu dan mendapati penghilang pengendalian Ami akan mati ketika aliran listrik eksternal menyentuhnya, tidak peduli sekecil apapun.

Meskipun sekecil apapun, sengatan listrik tetaplah memberi rasa tidak nyaman. Kalau Ami masih menggunakan cincin yang serupa dengan yang kuberi, setidaknya, dia akan selalu merasa gatal di jari yang mengenakan cincin.

"Ngomong-ngomong, Tan–"

"Panggil aku Kak." Rina menyela dengan senyum.

"Usiamu sudah kepala dua. Wajar kalau Ami memanggilmu Tan–"

"Kak Rina," Rina menyelaku, masih dengan senyum.

"Kak Rina," Ami menurut. "Karena tujuan Kak Rina yang adalah membuat Bana'an dan Nina berperang sudah selesai, kenapa Kak Rina tidak kembali? Sekarang, Bana'an dan Nina sudah berperang, kan?"

"Sayangnya, tugasku belum selesai. Aku masih harus memastikan Lugalgin memenangkan perang pasar gelap ini dulu. Meski kemenangan Lugalgin adalah hal yang pasti, tetap saja aku tidak berani pulang sebelum benar-benar terjadi. Aku tidak mau ibu menganggapku tidak becus dan menyakiti Terra."

"Kemenangan Lugalgin sudah pasti? Apa maksudmu?" Etana tidak mempercayai ucapan Rina.

"Begini...."

Rina menjelaskan kenapa kemenanganku di pasar gelap sudah pasti. Kuncinya adalah intelijen dan militer. Secara sekilas, memang peperangan pasar gelap Bana'an hanya terjadi antar organisasi pasar gelap. Intelijen dan militer hanya sebagai penonton dan saksi. Namun, ada faktor tambahan yang mengubah semua ini, posisiku sebagai kepala intelijen.

Pihak yang bertanggung jawab atas keamanan Bana'an adalah kepolisian, militer, dan intelijen. Kepala kepolisian, kepala militer, dan kepala intelijen memiliki koneksi dan hubungan perintah langsung dari Raja, atau pada saat ini permaisuri Rahayu. Namun, tidak berhenti di situ, calon istriku, Emir, selain putri dari permaisuri Rahayu, juga sebelumnya bagian dari militer Bana'an. Dan, seperti militer pada umumnya, militer Bana'an memiliki tingkat solidaritas yang amat sangat solid, apalagi Emir adalah tentara yang berbakat.

Dengan menjadi calon suami Emir, permintaanku akan mendapat prioritas khusus dari militer. Karena hal itu, sama saja aku memiliki hak dalam pergerakan militer. Lalu, pertarungan malam ini, diawasi dan diadakan oleh intelijen dan militer. Aku sudah menyatakan intelijen dan militer tidak akan ikut berpartisipasi dalam pertarungan. Mereka hanya menjadi pengawas dan penonton.

Namun, menjadi pengawas dan penonton sudah lebih dari cukup. Kenapa? Karena intelijen adalah bawahanku, mereka akan melaporkan kejadian-kejadian yang penting padaku. Selain itu, aku juga sudah meminta agar Yuan menampilkan semua yang dilihat oleh intelijen dan militer padaku, di ruangan ini. Dengan kata lain, aku bisa mengirim perintah sebagai ketua Agade untuk melakukan serangan diam-diam atau menyergap anggota Orion, seperti sekarang.

Kalian pikir aku hanya duduk main kartu dan mendengarkan cerita Mulisu? Tentu saja tidak! Sambil main kartu, aku masih melihat ke semua layar, mendengarkan laporan dari anggota Agade dan Yuan, lalu mengirim arahan dan perintah pada anggota Agade melalui smartphone. Bisa dibilang, peranku kali ini adalah ahli strategi.

"Wow," Etana merespons datar. "Lugalgin, kamu memang benar-benar licik."

"Terima kasih."

"Itu bukan pujian."

"Well, kalau dengan licik aku bisa mengurangi korban jiwa, kenapa tidak? Dan lagi, aku yakin bangsawan di Orion juga sebenarnya sudah menyadari hal ini."

"Sudah?"

"Ya. Sudah." Aku mengonfirmasi Etana.

"Lalu, kenapa?"

"Pada dasarnya, setelah Orion kalah, rencana Emir akan berjalan, yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa. Anggota Orion menganggap mereka memiliki kewajiban melindungi warga di wilayahnya. Mereka sudah memperdagangkan anak untuk melindungi warganya. Hanya karena tahu pasti kalah, mereka tidak mungkin pergi begitu saja, kan? Mereka beranggapan kalau mundur, maka usaha selama ini, mengotori tangan dengan perdagangan anak, akan menjadi sia-sia."

Orang-orang ini menyatakan yang mereka lakukan adalah Noblesse Oblige, melindungi rakyat. Sayangnya, aku tidak sependapat. Menurutku, yang saat ini mereka tampilkan bukanlah Noblesse Oblige, hanya ego dan harga diri bangsawan. Tidak lebih!

Orang naif akan selalu mengatakan kebenaran pasti menang. Namun, yang benar adalah kemenangan akan menentukan mana yang benar mana yang salah. Seperti pepatah, "yang menulis sejarah adalah sang pemenang,"/ Kalau para bangsawan anggota Orion sudah mengakui akan kalah sebelum bertarung, secara tidak langsung, sama saja mereka mengakui aku adalah kebenaran. Harga diri mereka tidak bisa menerima hal itu.

Di lain pihak, kalau aku boleh berasumsi, bangsawan yang tergabung di Quetzal juga menyadari hal ini. Mereka tidak termakan oleh harga diri, tapi tidak bisa langsung mundur. Mereka butuh alasan. Dan, kekalahan Orion akan menjadi alasan yang tepat untuk menyerah. Mereka bisa bilang, "Orion sudah kalah. Kalau Agade dan Akadia bergabung, Quetzal bisa apa?".

"Dan lagi, menurutku," Rina menyela. "Lugalgin memiliki alasan lain kenapa dia mengadakan pertarungan ini. Iya kan, Lugalgin?"

Ya. Benar. aku memiliki alasan lain. Pertama, untuk Mulisu dan Ukin. Aku sudah tahu kalau Mulisu memiliki hubungan atau masalah pribadi dengan Ukin. Dengan pertarungan ini, aku ingin Mulisu menyelesaikannya.

Lalu, untuk Inanna dan Emir. Aku bisa melihat keraguan mereka ketika berhubungan sex. Aku menduga mereka khawatir akan ada sosok lain seperti Tasha yang bisa merebutku, apalagi jika masih hidup. Karena ragu, aku memberi mereka kesempatan untuk menghilangkan kemungkinan itu? Bagaimana caranya? Dengan mengakhiri hidup Maila dan Illuvia.

Untuk Ninmar dan Umma, aku perlu mengingatkan mereka kalau ada orang kuat di luar Agade, tidak lebih. Meski hanya mendapat perintah mengulur waktu, aku yakin mereka berusaha membunuh Tante Hervia, menganggap aku terlalu meremehkan mereka atau terlalu memandang tinggi Tante Hervia. Namun, begitu gagal, seperti yang sudah terjadi, mereka akan dihadapkan pada fakta kalau Tante Hervia memang kuat.

Tiba-tiba saja sebuah getaran kuat terasa. Bahkan, getaran ini jauh lebih kuat dari yang sebelumnya. Aku melihat ke seluruh layar, mencari keberadaan Mulisu dan Ukin. Namun, aku tidak kunjung menemukannya. Di lain pihak, beberapa kotak tampak gelap, mati.

Aku menekan headset di telinga kiri. "Halo, Mulisu, apa kamu masih hidup?"

Sebenarnya aku ingin bertanya apa dia baik-baik saja. Namun, lawannya Ukin. Tidak mungkin kan dia baik-baik saja?

[Lugalgin, mungkin aku–]

Mulisu tidak menyelesaikan ucapannya. Namun, aku masih mendengar suara. Tidak lama kemudian terdengar suara Ukin.

Aku mengambil handphone dan mengirim pesan ke beberapa anggota Agade untuk segera menuju ke lokasi Mulisu dengan membawa pertolongan pertama. Tidak hanya itu, aku juga meminta anggota lain membunuh semua anggota Orion di jalur. Dengan akses pada seluruh kamera cctv di kota, aku bisa mengirim lokasi detail lawan ke anggota Agade.

"Ah, kartu Ami sudah habis. Ami menang!"

Akhirnya semua kartu di tangan Ami habis. Sebagai orang pertama yang menghabiskan kartu di tangan, dia pun keluar sebagai pemenang.

Karena saat ini kami murni bermain, tanpa ada trik atau apapun, semuanya benar-benar tergantung dari keberuntungan. Tidak lebih. Selama permainan, tidak ada tanda-tanda satu pun dari mereka menggunakan trik atau perhitungan psikologi.

"Setelah ini, Ami mau langsung pulang?"

"Iya, mau langsung pulang. Atau Kak Lugalgin butuh bantuan Ami?"

"Tidak usah, Ami. Kamu bukan tokoh utama di konflik ini. Jadi, kamu pulang saja."

Setelah Ami, kartu di tanganku juga habis.

Ami tersenyum simpul. "Sebenarnya Ami ingin bersama kak Lugalgin lebih lama. Tapi, di tengah perang antar negara, rasanya akan lebih baik kalau Ami pulang dulu. Ami tidak mau egois. Setelah perang selesai, Ami akan berkunjung lagi. Kak Lugalgin jangan mati dulu ya."

"Mulutmu kok kasar sekali Ami...." aku mencubit pipi Ami sebentar. "Jangan khawatir, Kak Lugalgin pasti akan bertahan hidup."

"Lalu, Etana, bagaimana denganmu?"

"Ah, peranku sama dengan Rina. Aku hanya diminta memastikan kemenanganmu di pasar gelap. Setelah memenangkan perang pasar gelap, kamu akan terlibat dengan perang antar kerajaan. Ketika hal ini terjadi, Arid terpaksa akan mengalihkan lebih banyak pasukan ke perang antar kerajaan, memberi kesempatan lebih untuk True One."

Untuk bagian aku akan terlibat dengan perang antar kerajaan, masuk akal. Untuk dia diminta memastikan kemenanganku? Kurang masuk akal. Antara dia membuat alasan itu sendiri atau Etana dibodohi. Namun, menurutku, kemungkinan pertama lebih masuk akal. Apa aku peduli dengan alasan Etana yang sebenarnya? Tidak! Selama aku tidak merasakan ancaman darinya, aku tidak akan peduli.

"Lalu, setelah ini, kamu juga akan kembali, Rina?"

"Ya, tentu saja. Peranku sudah selesai. Namun, setelah itu, aku tidak tahu harus melakukan apa. Apa kamu punya tawaran untukku?"

"Aku tidak tahu kondisimu dan kerajaanmu. Jadi, aku tidak bisa benar-benar memberi tawaran. Namun, aku akan mencoba menceritakan rencanaku. Kalau kamu memiliki tawaran setelah mendengar rencanaku, bisa aku pertimbangkan."

"Bisa diatur." Rina memberi konfirmasi. "Sebelum itu, ngomong-ngomong, Gin, aku mau kamu melakukan sesuatu."

"Melakukan apa?"

"Sayat jarimu. Aku ingin melihat seberapa cepat lukamu sembuh."

Aku tidak menduga Rina mengatakan itu. Namun, aku tidak ada alasan menolak. Aku pun menarik pisau yang terikat di sepatu dan menyayat jariku. Hanya sayatan kecil tidak dalam. Kemudian, aku membalikkan tangan ke bawah, membiarkan darah menetes.

Namun, beberapa detik berlalu, tidak ada darah yang menetes. Darah itu hanya menempel di tangan, tidak menetes, menunjukkan tidak ada aliran. Dengan kata lain, luka sayatan di jariku sudah menutup.

"Wow, Gin, tingkat penyembuhanmu sudah terlalu cepat. Kalau jadi kamu, aku tidak akan mau bertarung lagi."

Bersambung