Chereads / I am No King / Chapter 129 - Arc 4-2 Ch 7 - Pasar Gelap dan Bangsawan

Chapter 129 - Arc 4-2 Ch 7 - Pasar Gelap dan Bangsawan

"Jadi, apa itu yang membuatmu tidak pernah menerima cinta Illuvia atau tawaran kami menjadi bangsawan?"

"Mungkin. Entah. Aku sendiri tidak terlalu yakin. Namun, yang jelas, itu bukan alasan utama."

"Mungkin? Bukan alasan utama? Kalau itu bukan alasan utama, lalu apa?"

Keadaan kembali reda dan kami kembali menikmati daging bakar sambil berbincang-bincang. Di lain pihak, tante Hervia tampak tidak puas dengan jawabanku.

"Kalau itu adalah alasan utama aku tidak menerima cinta Illuvia, lalu bagaimana dengan Emir?"

"....bisa tolong jelaskan?"

Tante Hervia yang sempat terdiam memberi indikasi bahwa dia juga bingung dengan jawabanku.

"Menurutku, dosa dan kesalahan orang tua tidak otomatis harus dipikul oleh sang anak. Kalau mau membenci seseorang hanya karena keputusan orang tuanya, seharusnya, aku lebih membenci Emir daripada Illuvia. Kenapa? Karena ayah Emir, Raja Fahren, adalah orang yang mengizinkan praktik jual beli anak. Dengan kata lain, ayah Emir bertanggung jawab atas seluruh nasib buruk yang menimpa anak-anak panti asuhan Sargon. Jadi, dengan logika ini, seharusnya aku tidak pernah menerima Emir, kan?"

"Lalu?"

"Lalu, semuanya berubah ketika Emir bersedia meninggalkan status tuan putrinya hanya untuk menjadi calon istriku. Tidak hanya itu. Bahkan, Emir juga menyatakan rela melawan ayahnya, Fahren, demi berada di sisiku. Di lain pihak, berbeda dengan Emir, Illuvia tidak mau melepaskan gelar bangsawannya. Dia lebih memilih untuk mencoba membujukku menerima tawaran ayahnya dan tante untuk menjadi bangsawan. Dan, dari sini, aku bisa memperkirakan kalau Illuvia akan mengambil keputusan yang sama dengan tante, melegalkan perdagangan anak."

Dari penjelasan tersebut, aku memberi isyarat bahwa Emir lebih baik dari Illuvia. Sementara Emir bersedia menempuh jalan yang berbeda dari orang tuanya, Illuvia tidak.

Alasan ini juga lah yang membuatku tidak membantai anak-anak keluarga Cleinhad. Mereka tidak serta merta ikut bersalah karena keputusan orang tuanya. Namun, tentu saja, bukan berarti semua anak-anak akan dapat lepas dari keputusan orang tuanya. Seperti Illuvia, kalau menerima keputusan orang tuanya, mereka sama bersalahnya.

Ya, aku menyatakan hal itu juga setengah ragu sih.

"Gin, kenapa kamu melarang praktik perdagangan anak? Kamu tahu sendiri kan kalau praktik ini adalah yang membuat organisasi pasar gelap menuruti kuota transaksi? Dan, ini juga yang membuat angka kriminalitas bisa ditekan. Dan, tanpa kamu ketahui, hal ini lah yang menjadi penyokong stabilitas Bana'an."

Tiba-tiba saja, tante Hervia membawa topik pembicaraan baru. Aku sama sekali tidak menduga tante Hervia akan membawa topik ini. Apa dia berusaha meyakinkanku agar mengalah atau tidak memberi perlawanan lebih lanjut? Bisa jadi.

"Kenapa? Karena anak panti asuhan Sargon menjadi korban. Dan, karena menjadi korban, beberapa anak panti asuhan Sargon pun meminta agar aku menghentikan praktik ini. Mereka tidak mau anak yatim piatu lain menjadi korban juga. Benar-benar permintaan yang mulia. Jadi, aku hanya memenuhi janji."

"....hanya memenuhi janji? Sudah? Hanya itu?"

"Iya, hanya itu."

"Hanya untuk memenuhi janji, kamu membantai keluarga Cleinhad, melarang perdagangan anak, dan mengancam stabilitas kerajaan ini?"

"Yang aku lakukan karena janji hanyalah pemberhentian peradangan anak. Aku membantai keluarga Cleinhad karena dendam, bukan janji. Jadi pembantaian keluarga Cleinhad sudah tidak terhindarkan. Dan, untuk kestabilan kerajaan ini, aku tidak terlalu peduli."

Tante Hervia tidak memberi respon lebih lanjut. Dia hanya menatapku tajam.

Aku tidak tahu pasti apa yang ada di pikiran Tante Hervia. Namun, setidaknya, aku bisa melihat kekecewaan dari cara dia memandangku. Apa aku peduli? Tentu saja tidak! Di lain pihak, justru aku yang seharusnya kecewa.

"Tante, yang memulai Orion bukanlah Tante, kan?"

"Eh? Iya, yang memulai Orion bukan aku. Yang memulai adalah kakek-kakek buyutku. Namun, yang mendukung sistem enam pilar adalah kakekku dan yang berhasil menjadikan Orion satu dari enam pilar adalah ayahku."

"Jadi, sejak awal, Orion sudah mendukung perdagangan anak?"

"....benar. Kami harus mengikuti aturan main pasar gelap kalau mau berhasil, kan?"

"Benarkah? Lalu, kenapa ibuku, yang mendirikan dan memimpin Akadia, bisa menjadi Enam Pilar dalam satu generasi tanpa melakukan perdagangan anak?"

"...."

Tante Hervia tidak menjawab. Saat ini, aku bisa membayangkan kalau emosinya mulai memuncak.

"Dari pandangan tante, aku bisa melihat kalau tante kecewa padaku karena mengorbankan stabilitas Bana'an hanya untuk janji dan dendam pribadi. Di lain pihak, aku juga kecewa pada tante karena dengan sukarela menjalankan praktik perdagangan anak padahal tante memiliki pilihan untuk tidak melakukannya."

"Aku tidak memiliki pilihan!" Tante Hervia menggebrak meja. "Dengar, Gin. Tidak semua orang sepintar dan sehebat ibumu."

"Lalu? Apa itu memberimu hak untuk menjual anak-anak itu?"

"Itu...."

"Aku sudah bertanya pada ibu kenapa dia tidak mempraktikkan perdagangan anak juga. Padahal, kalau dia melakukannya, proses Akadia untuk menjadi enam pilar akan jauh lebih mudah. Namun, apa tante tahu apa jawaban ibu?"

Tante Hervia tidak memberi jawaban. Dia hanya terdiam. Bahkan, dia tidak menggelengkan kepala.

Aku meneruskan ucapan.

"Ibu bilang dia memiliki putra dan putri, aku dan Ninlil. Kalau perdagangan anak diperbolehkan hanya karena alasan mereka anak yatim piatu, ibu khawatir jika suatu ketika dia dan ayah tewas dan meninggalkanku dan Ninlil menjadi anak yatim piatu. Ya, ibu tidak mau kami diperdagangkan setelah dia tewas. Karena itulah, dia menolak untuk mempraktikkannya."

"Gin, sudah cukup."

"Ibu memegang teguh prinsip 'kalau kamu membunuh, kamu harus siap dibunuh,'. Dalam kasus ini, prinsip yang dipegang ibu adalah, 'kalau kamu menjual anak orang lain, maka kamu harus siap ketika anakmu dijual oleh orang lain,'. Jadi, apa tante Hervia sudah siap kalau Illuvia–"

Tante Hervia meletakkan piring dan meraih kerahku dengan tangan kanan.

Aku tidak lengah. Aku membiarkan tangan tante Hervia meraih kerahku. Karena tidak merasakan niat membunuh atau aura haus darah kali ini, aku memperkirakan Tante Hervia tidak marah padaku, tapi marah dan kecewa pada dirinya sendiri.

Semua yang aku ucapkan adalah hal yang bisa dibilang normal dan umum. Dan, aku yakin tante Hervia juga sudah menyadarinya. Namun, ketika mendengar orang lain mengatakan hal ini tepat ke wajahnya, tante Hervia tidak akan tinggal diam.

"Kalian rakyat jelata bicara seenaknya sendiri. Kalian tidak tahu beban yang kami, para bangsawan, pikul demi stabilitas kerajaan ini."

Tante Hervia melepas kerahku. Dia pun mulai memberi sebuah cerita. Tidak. Daripada cerita, ini lebih tepat disebut curahan hati.

Di lain pihak, ada apa dengan aku dan perempuan lebih tua? Kenapa mereka bisa curhat atau cerita sesuatu masalah dengan ringan padaku? Bahkan, pada kasus Rahayu dan Lacuna, aku bisa melihat sisi yang sama sekali tidak diketahui orang lain. Ya, biar aku pikir lain kali.

Sambil mendengarkan cerita, aku lanjut memanggang dan makan daging segar.

Cerita ini dimulai sebelum kerajaan Bana'an berdiri, bahkan sebelum kerajaan Kish berdiri, ketika daerah Bana'an dan sekitarnya masih diperintah oleh feudal lord lokal. Karena kisah ini hanya diturunkan dari mulut ke mulut, tante Hervia sendiri tidak tahu tingkat kebenarannya. Namun, semenjak beranjak dewasa dan mulai memegang Orion, tante Hervia meyakini kisah yang diturunkan tersebut.

Sistem monarki kerajaan adalah sistem yang memanjakan rakyat jelata dan membebani bangsawan, menurut tante Hervia. Pada sistem kerajaan, rakyat jelata hanya perlu membayar upeti atau pajak dan lalu semua masalah sudah menjadi tanggung jawab bangsawan atau Raja yang berkuasa mulai dari keamanan, kesejahteraan, harga, dan lainnya. Hidup rakyat jelata pun sederhana dan simpel.

Di lain pihak, bangsawan dan keluarga kerajaan merasa hal ini menjadi beban terbesar dalam hidup mereka. Ada istilah dengan kekuatan besar, lahir tanggung jawab besar. Namun, istilah itu tidaklah lengkap. Bagi bangsawan, ada hal lain yang menyertai kekuatan dan tanggung jawab, risiko dan tekanan. Namun, rakyat akan membenci dan bahkan menyerang bangsawan jika ada kenaikan pajak atau upeti walaupun sebenarnya kenaikan ini diperlukan.

Bangsawan "dipaksa" menerima pajak dan upeti dengan tujuan menyejahterakan hidup rakyat jelata. Dan, sesuai tujuan, mereka tidak memiliki hak atas semua harta itu. Semua uang itu harus "dikembalikan" ke rakyat jelata. Kalau mereka terlihat hidup foya-foya, rakyat jelata akan menganggap bangsawan tersebut tidak tahu diri. Sebagai orang yang memiliki "privilege" untuk mengenyam pendidikan, mereka memiliki tanggung jawab untuk menyejahterakan rakyat, bukan kesejahteraannya sendiri.

Dengan kata lain, bangsawan dipaksa hidup sederhana seperti rakyat jelata, tapi mereka juga diharuskan mengurus kemakmuran rakyat jelata tanpa boleh mengambil sepeser pun uang upeti ke dalam kantong atau bahkan menaikkan pajak. Padahal, untuk mengurus kemakmuran dan keamanan rakyat jelata, bangsawan harus mengurus pemasukan dan pengeluaran wilayah, membuat kebijakan, memperkuat pertahanan, dan lainnya. Karena hal ini lah, tidak jarang bangsawan harus memiliki sumber pendapatan lain.

Di lain pihak, rakyat jelata hanya bekerja untuk memenuhi kebutuhan pribadi. Sistem kerajaan yang "baik" sangat memanjakan rakyat tapi tidak adil bagi bangsawan. Dan, semua itu memberi tekanan besar pada mental bangsawan. Bangsawan yang berkuasa menginginkan sebuah timbal balik, sebuah imbalan dari jasa yang telah mereka lakukan.

Jika hanya berharap dari pajak dan upeti, bangsawan tidak akan bisa hidup mewah. Mereka tidak akan bisa melampiaskan stres dan tekanan yang dialami selama bertugas sebagai bangsawan. Mereka harus meningkatkan pendapatan kerajaan tanpa menaikkan pajak dan upeti.

Akhirnya, para bangsawan pun merasa muak dengan rakyat jelata yang mereka perintah. Bangsawan mulai melakukan uji coba pada rakyat jelata dan tiba pada satu kesimpulan. Selama rakyat makmur dan aman tanpa ada kenaikan pajak, mereka tidak akan peduli dengan kekayaan bangsawan. Namun, tentu saja, dengan catatan tidak ada provokator.

Provokator adalah orang-orang yang selalu curiga pada bangsawan. Walaupun bangsawan itu sukses dan foya-foya dari hasil keringatnya sendiri, para provokator ini akan menyulut amukan massa dengan menyatakan kalau bangsawan tersebut menggunakan uang rakyat demi kemewahan sendiri.

Bagi bangsawan di masa itu, satu-satunya jalan keluar dari permasalahan ini adalah perdagangan di pasar gelap. Berbeda dengan bisnis di pasar biasa yang memiliki regulasi, batas harga atas, batas harga bawah, saingan sehat, dan lain sebagainya, pasar gelap tidak memiliki aturan. Selama ada yang menginginkannya, tidak peduli barang atau jasa apa pun, harga bisa dinaikkan setinggi-tingginya. Dan, komoditas pertama yang menjadi target adalah, budak.

Di saat itu, budak bukanlah barang ilegal. Mereka diperjual-belikan dengan bebas. Namun, meski diperjual-belikan dengan bebas, budak adalah komoditas yang amat sangat langka. Hal ini disebabkan budak hanya bisa didapatkan jika orang tersebut terbukti melakukan tindakan kriminal berat atau terlilit hutang yang terlalu besar. Hal ini juga lah yang membuat harga budak menjadi melambung tinggi.

Apa yang dilakukan kerajaan? Mudah saja. Mereka mulai mengintai orang-orang bermasalah yang sekiranya bisa menjadi provokator kalau bangsawan hidup mewah. Setelah itu, orang-orang ini akan dijebak agar melakukan tindakan kriminal atau mengambil hutang yang tidak bisa dibayar. Dengan demikian, bangsawan pun mendapatkan suplai budak. Selain mendapatkan kekayaan tambahan, para provokator yang berpotensi menimbulkan masalah pun hilang. Sambil menyelam, minum air.

Lama-kelamaan, kabar skema bangsawan tersebut beredar di pasar gelap. Bangsawan dan kerajaan lain mulai menirunya. Pasar gelap yang awalnya tempat bernaung kriminal dan urusan ilegal, berubah menjadi tempat bangsawan menggali kekayaan. Rencana peningkatan kekayaan kerajaan dan bangsawan serta menjaga kemakmuran rakyat jelata pun terpenuhi. Rakyat makmur, bangsawan mendapatkan kehidupan mewah sebagai timbal balik jasa. Semuanya bahagia. Tentu saja, kecuali orang-orang yang dijebak dan dijual sebagai budak.

Untuk menghindari konflik antar bangsawan, dan menghindari kemungkinan pemberontakan rakyat jelata, beberapa kode etik dan aturan dibuat. Satu kode etik yang paling utama adalah keberadaan pasar gelap tidak boleh dikonfirmasi oleh orang normal. Kode etik yang lain boleh dibuat dan dihapus sesuai keadaan di kemudian hari.

Dan, sesuai dugaan, bangsawan yang menginisiasi aturan dan rencana pencarian kekayaan melalui pasar gelap berasal dari Bana'an. Namun, sayangnya, tidak ada yang tahu siapakah bangsawan pertama yang menginisiasinya. Kisah ini turun dari generasi ke generasi hingga akhirnya banyak yang menganggap kisah ini hanya sebatas mitos.

Waktu terus berlalu. Pasar gelap kerajaan lain tidak bisa mengikuti aturan yang mereka buat sendiri. Hanya Bana'an yang masih konsisten mengikuti peraturan yang dibuat sendiri. Hal ini disebabkan tingkat aktivitas bangsawan Bana'an yang turun langsung di pasar gelap sangat tinggi. Jadi, kode etik bisa ditegakkan dengan mudah. Berbeda dengan kerajaan lain yang bangsawannya lebih memilih untuk menyewa orang dari pasar gelap untuk berurusan dengan pasar gelap, menyewa jasa perantara.

Namun, tentu saja, keadaan tidak bisa bertahan untuk selamanya. Masalah baru muncul. Semakin lama, karena kemakmuran rakyat jelata semakin tinggi, tingkat pendidikan pun meningkat. Karena hal ini, jumlah orang yang berpotensi menjadi provokator pun meningkat. Rakyat yang mempermasalahkan kemewahan bangsawan, yang sebelumnya minoritas, jumlahnya semakin bertambah. Beberapa bangsawan pun mulai bersimpati pada gerakan ini.

Sebelumnya, perselisihan antar bangsawan adalah hal yang wajar. Namun, setelah kemunculan bangsawan yang mulai berpihak pada rakyat jelata, yang tidak setuju pada kemewahan bangsawan, perselisihan antar bangsawan semakin memanas. Bahkan, perang antar daerah pun tidak jarang terjadi hanya karena hal ini.

Namun, perselisihan antar bangsawan dan perang antar daerah bukanlah hal yang benar-benar dijauhi. Bagi bangsawan yang cerdik, mereka mulai memanfaatkan keadaan dengan menjual senjata. Bahkan, tidak jarang ada bangsawan yang mengadu domba wilayah lain agar bisa menjual senjata pada kedua belah pihak.

Di tengah-tengah perselisihan antar bangsawan, sebuah penyakit misterius muncul, menewaskan keluarga kerajaan. Hal ini membuat kerajaan Kish runtuh. Perang antar wilayah pun semakin sengit. Seluruh penjuru kerajaan Kish kacau, seharusnya. Ketika perang di daerah lain semakin sengit, hanya daerah Bana'an yang tetap tenang. Justru sebaliknya, bangsawan daerah Bana'an malah membuat kesepakatan dengan Unug Fach Exequeror.

Isi kesepakatan itu adalah bangsawan akan mendukung Unug untuk menyatukan daerah-daerah Bana'an dengan memberi suplai senjata, makanan, dan lain sebagainya. Sebagai gantinya, kerajaan yang akan didirikan oleh Unug tidak akan mencampuri urusan pasar gelap.

Kondisi itu terus berlanjut. Dengan menggunakan harta yang dihimpun dari pasar gelap, para bangsawan memberikan sumbangan besar pada kerajaan, menjadi pilar stabilitas kerajaan. Jadi, secara tidak langsung, pasar gelap dan bangsawan adalah yang pertama kali mendukung kerajaan Bana'an ini. Bahkan, bukan hal yang aneh kalau orang mengatakan Kerajaan Bana'an bisa berdiri berkat pasar gelapnya.

Sayangnya, di kemudian hari, masalah baru muncul. Orang-orang "berpendidikan" non-bangsawan mulai terjun di pasar gelap. Orang-orang ini cukup repot untuk diatur karena mereka berpikir pasar gelap adalah zona tanpa peraturan. Gara-gara hal ini, dulu, perang antar organisasi sering terjadi.

Setelah kemunculan organisasi-organisasi baru yang dimiliki oleh non-bangsawan, masalah lain pun muncul, yaitu regenerasi. Semakin ke sini, bangsawan yang mau turut serta aktif di pasar gelap semakin sedikit. Dan organisasi pasar gelap milik bangsawan tidak mungkin merekrut orang-orang non-bangsawan yang menganggap pasar gelap sebagai zona tanpa aturan.

Di saat itu, beberapa petinggi organisasi pasar gelap yang adalah bangsawan Bana'an, bersekongkol dengan keluarga Cleinhad. Keluarga Cleinhad akan menjual anak-anak ke organisasi untuk tujuan regenerasi. Karena masih anak-anak, mereka bisa dididik untuk menuruti aturan pasar gelap. Selain itu, kuota transaksi dan level pun diterapkan untuk memisahkan organisasi mana yang mau mengikuti peraturan dan mana yang tidak. Tentu saja, organisasi yang menolak ikut peraturan akan dilibas. Jadi, sebenarnya, kabar keluarga Cleinhad mampu membantu Bana'an menekan pasar gelap hanyalah ilusi.

Sebagian dari kisah yang diceritakan tante Hervia, seperti stabilitas kerajaan dan persekongkolan keluarga Cleinhad, sudah kuketahui. Namun, ada beberapa hal yang memberi pandangan baru padaku seperti beban bangsawan. Aku harus menemui Rina karena tampaknya kerajaan Nina memiliki catatan mengenai kerajaan Kish lebih lengkap.

Kembali ke tante Hervia. Sekarang, aku tahu benar kenapa tante Hervia menceritakan kisah ini padaku. Meski demikian, aku tidak akan menerima kodenya terang-terangan. Aku akan pura-pura tidak tahu dan meminta konfirmasi langsung.

"Jadi, apa tujuan tante Hervia menceritakan semua ini?"

Bersambung