Chereads / I am No King / Chapter 127 - Arc 4-2 Ch 5 - Diskusi

Chapter 127 - Arc 4-2 Ch 5 - Diskusi

"Sial!"

Aku sudah tahu kalau Lugalgin akan melakukan hal ini. Namun, aku sama sekali tidak menduga dia akan melakukannya secepat ini.

Belum ada setengah hari sejak Nina mendeklarasikan perang ke Bana'an karena berita kematianku dan Tera palsu itu, tapi kini Mariander dan Nina sudah terlibat konflik tanpa deklarasi perang. Dengan keadaan ini, kondisi perang adalah tiga arah tanpa aliansi, sebuah battle royale. Sebuah kondisi dimana Nina bisa menggaet Mariander sebagai sekutu telah hilang.

Meski di luar tampak bagai battle royale, sebenarnya, peperangan ini sangat tidak berimbang. Kerajaan Mariander memiliki tiga pihak yang aktif, pemerintah, revolusioner, dan pasar gelap. Revolusioner jelas-jelas menentang pemerintah. Di lain pihak, pasar gelap Mariander hanya mengikuti uang. Dan, sayangnya, uang yang menggerakkan mereka berasal dari kerajaan ini. Jadi, di Mariander ada dua sisi memihak Lugalgin dan satu sisi melawan Lugalgin.

Di kerajaan ini, Bana'an, juga terbagi menjadi tiga pihak. Pihak kerajaan, pihak intelijen dan pasar gelap A, dan pasar gelap B. Pihak kerajaan, intelijen, dan pasar gelap A berada di pihak Lugalgin. Hanya pasar gelap B yang menentang Lugalgin. Jadi, kondisinya adalah tiga lawan satu.

Di kerajaan Nina, meski ada pasar gelap, seharusnya mereka tidak aktif. Hanya Kerajaan lah yang aktif. Namun, aku tidak bisa menggunakan asumsi itu lagi. Serangan di perbatasan Mariander dan Nina menunjukkan kalau pasar gelap, atau sebagian mercenary, memihak pada Lugalgin, pihak yang membayar. Meski pasar gelap Nina adalah minoritas, mereka bisa menjadi masalah kalau mendapatkan bantuan dana dari kerajaan ini, terutama Lugalgin.

Aku jadi penasaran, berapa banyak dana yang dialirkan oleh kerajaan ini untuk membayar pasar gelap dan revolusioner di Mariander dan Nina? Dan, dari mana semua dana itu berasal? Apakah dari kantong pribadi Lugalgin? Atau dari anggaran kerajaan Bana'an? Atau dia mengambil dana Agade?

Ah! Terlalu banyak informasi yang tidak jelas! Aku benci situasi ini!

Dan, sialnya lagi, kerajaan ini benar-benar masih mempertahankan status quo sejak masa sebelum pendirian! Aku benci dengan pasar gelap kerajaan ini yang terlalu menjunjung tinggi kode etik dan aturan! Kenapa sih pasar gelap kerajaan ini tidak menurut pada uang seperti pasar gelap Mariander dan Nina?

"Dimana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Kau ada di pasar gelap Kerajaan Bana'an. Jadi, kau harus menuruti aturan kami. Mengerti, orang luar?"

Aku masih kesal dengan perwakilan Orion dan Quetzal yang mengatakan hal itu padaku. Mereka menolak dana yang kuberikan hanya karena alasan sedang dalam masa gencatan senjata? Bahkan, mercenary Ukin yang dikabarkan adalah murid Lacuna, juga menolak dengan alasan yang sama! Masa gencatan senjata!

Mereka semua mengatakan akan mempertimbangkan tawaran bekerja sama denganku dan Nina setelah 6 hari, setelah masa gencatan senjata. Mereka bercanda kan? Aku butuh secepatnya! Bahkan hari ini kalau perlu! Sial!

Oh, leluhur. Kenapa kau membuat hukum kerajaan di tempat ini begitu lemah tapi aturan dan kode etik pasar gelap begitu kuat?

"Permisi, nona. Apakah anda baik-baik saja?"

Sebuah suara di balik pintu menyadarkanku dari kemarahan. Tanpa aku sadari, ruangan ini sudah berantakan, menjadi korban kemarahanku yang melempar dan merusak semua barang.

Tidak. Tidak. Aku tidak boleh menarik perhatian atau Lugalgin bisa mengetahui keberadaanku.

Tarik nafas, buang. Tarik nafas dalam-dalam, buang. Aku tidak boleh termakan emosi.

Aku berjalan ke pintu. "Tidak apa-apa. Maaf kalau sudah mengganggu pengunjung lain."

"Jika Anda membutuhkan sesuatu atau ada yang tidak berkenan, Anda bisa menghubungi kami."

"Ya, terima kasih."

Suara dan keberadaan orang itu pun menghilang dari balik pintu.

Aku kembali ke kasur, merebahkan diri. Sepenuh hati, aku membuka laci meja di samping kasur dan mengambil liontin. Di dalam liontin ini, terpasang sebuah foto laki-laki berambut perak agak panjang. Mata biru cerahnya menunjukkan sebuah cahaya kehidupan yang belum ternoda. Begitu murni. Ah, malaikatku.

Walaupun terpaksa meledakkan Tera palsu itu, aku tetap merasa bersedih ketika harus menghancurkan tubuh yang mirip denganmu.

Lugalgin brengsek! Kenapa kau harus memenangkan battle royale dan menunjukkan kalau kau adalah inkompeten? Kalau kau tidak memenangkan, tidak! Kalau kau tidak muncul di battle royale, ibu tidak akan pernah tahu kalau ada inkompeten lain! Dia tidak akan menyandera Tera dan memaksaku menjalankan tradisi ini!

Di lain pihak, aku tidak paham dengan jalan pikiran ibu. Kenapa dia begitu bersikeras untuk menjadikan Lugalgin seorang Raja? Kalau tidak ingin menjadi ratu, kenapa dia tidak mulai membuat rencana untuk mengubah Nina menjadi republik seperti yang dilakukan inkompetendari Mariander itu? Atau negara serikat?? Atau negara kesatuan? Kalau ibu melakukan hal ini, dia tidak perlu menjadi Ratu, kan? Dan kalau dia melakukannya, aku tidak akan berada di posisi sulit ini.

Ah, sudahlah! Memikirkan semua hal itu juga percuma. Saat ini, aku hanya bisa menuruti ibu agar Tera aman.

Aku memeluk liontin ini erat.

Tera, maafkan kakak karena tidak mampu menyelesaikan urusan ini lebih cepat. Kakak harap kamu baik-baik saja. Harap bersabar. Setelah Nina kalah, kakak akan membawamu pergi ke pengasingan, jauh dari semua politik kerajaan dan hiruk pikuk urusan keluarga Alhold. Kakak berjanji.

***

"Jadi, ada pertanyaan?"

"...."

Tidak terdengar respons sama sekali. Semua orang terdiam seribu bahasa. Bahkan, aku bisa mendengar suara jam dinding berdetik yang normalnya tidak terhiraukan.

Saat ini, aku sedang berada di ruang utama rumah. Dengan anggaran intelijen, dan sedikit uang pribadi, aku sudah memperbaiki rumah dan juga bangunan di sekitar. Sejak serangan Apollo beberapa minggu lalu, area perumahan ini semakin kosong, semakin banyak warga yang pindah. Namun, berkat hal itu, aku bisa memasang lebih banyak pengaman di sekitar rumah. Jadi, kalau ada orang tidak dikenal berada pada jarak 2 kilometer dari rumah, aku akan tahu.

Di ruangan ini, selain aku, ada Emir, Inanna, Yuan, Mulisu, Ibla, Ninmar, Umma, Simurrum, dan Uru'a. Dari anggota elite Agade yang masih aktif dan hidup, hanya Elam dan Ur yang tidak hadir karena menjaga Suen dan adiknya. Kami duduk melingkar seperti sesi terapi kelompok. Emir dan Inanna duduk di sebelahku tentu saja.

Penjelasan yang baru saja kuberi di ruangan ini adalah mengenai kemampuan penghilang pengendalian yang kumiliki. Tentu saja, aku menjelaskan kalau kekuatanku hanya aktif kalau bersentuhan langsung dengan lawan, berbasis kontak langsung. Kekuatan Rina dan Etana, yang kebetulan sama-sama berbasis penglihatan, juga masuk ke penjelasan. Selain itu, aku juga memberi informasi kalau darah kami juga memiliki efek yang sama ketika menempel pada sesuatu.

Meski tampak begitu penting, sebenarnya, informasi ini hanyalah pengantar untuk penjelasan selanjutnya, yang adalah rencana perang dengan Mariander, Nina, dan juga penyelesaian perang internal pasar gelap kerajaan.

"Hah...." aku menghela nafas. Tampaknya, aku harus memancing pertanyaan.

"Ah, Gin,"

Yuan mengangkat tangan.

"Ya?"

Akhirnya ada respons. Untung aku tidak harus memancing.

"Apa ini berarti cairan ungu yang kau beri padaku secara rutin, untuk diuji coba pada keluarga Alhold yang ditawan, adalah darahmu?"

"Yap! Tepat sekali! Cairan ungu itu adalah darahku yang dicampur dengan pewarna biru."

"Uah...."

Begitu mendengar konfirmasiku, Yuan langsung membuka mulut dan wajahnya secara berantakan, seolah merasa jijik dengan fakta itu.

Hei! Darahku bukan kotoran! Kamu tidak perlu merasa jijik.

"Gin," Mulisu melanjutkan. "Apa ini berarti, semua senjata yang kamu buat memiliki darahmu di dalamnya?"

"Tidak semua. Ada beberapa senjata yang tidak. Ya, walaupun tidak, aku bisa mengoleskan darahku dengan mudah, sih."

"Bagaimana dengan benda-benda di rumah ini?"

"Tidak. Benda-benda di rumah ini tidak memiliki darahku di dalamnya. Emir dan Inanna juga hidup di sini. Aku tidak bisa memaksa mereka untuk hidup tanpa pengendalian, kan?"

"Ah, iya juga."

"Um, Gin." Ninmar mengangkat tangan dengan gesit dan penuh semangat. "Apa pedang yang kamu beri padaku juga mengandung darahmu?"

"Ya, benar."

Begitu aku mengatakannya, entah kenapa, sebuah senyum terkembang di wajah Ninmar. Dan lagi, seharusnya, tanpa menanyakan hal itu Ninmar sudah bisa menarik kesimpulan dari penjelasanku atau pertanyaan Mulisu. Mungkin, dia hanya ingin mencari konfirmasi, ketenangan jiwa. Meski aku tidak yakin bagaimana konfirmasi dariku bisa membuatnya tersenyum.

"Jadi, ada pertanyaan lain? Sebelum aku memberi pemaparan mengenai rencana kita ke depannya? Ya, meskipun aku bilang kita, rencana ini adalah rencanaku sih. Kalau kalian merasa ada yang kurang atau tidak sempurna, tolong dikoreksi."

"Jadi, kemampuanmu hanya pengantar?" Ibla bertanya.

"Ya, benar."

"Kalau begitu, biarkan kami mendengar penjelasan yang selanjutnya."

Tidak ada yang protes. Mereka semua mengangguk, memberi persetujuan pada saran Ibla.

Aku menurut dan mulai memberi penjelasan mengenai rencana ke depan.

Aku tidak akan masuk ke peperangan antar kerajaan sejak awal. Yang akan masuk dan berperan ke peperangan adalah Ibla, Simurrum, dan Uru'a. Tentu saja, aku meminta mereka untuk mulai memilih anggota Agade yang akan turut serta dalam peperangan.

Sementara aktif, aku akan meminta Ibla dan yang lain menjadi penyalur utama senjata penghilang pengendalian untuk mengimbangi Nina yang kemungkinan menggunakan senjata yang sama. Dengan hal ini, jasa mereka akan lebih dianggap.

Aku hanya menyarankan Ibla dan yang lain mengambil maksimal seperlima dari anggota Agade yang aktif. Sisanya masih harus menghalau Orion dan Quetzal. Namun, sebagai gantinya, aku akan memberi mereka wewenang untuk memberdayakan hingga seperempat anggota intelijen kerajaan yang masih aktif, baik yang murni intelijen maupun berasal dari Akadia.

Tentu saja, aku tidak memberi Ibla dan yang lain wewenang secara sepihak. Aku minta mereka berkoordinasi langsung dengan Yuan mengenai alokasi sumber daya yang ada.

Sementara itu, sisanya yang tidak ikut maju ke medan perang antar kerajaan, akan berusaha mengakhiri perang pasar gelap secepat mungkin. Setelah perang pasar gelap selesai, baru kami akan turut serta dalam perang antar kerajaan. Semakin cepat perang pasar gelap berakhir, semakin baik juga posisi kerajaan ini.

"Gin, izin," Yuan menyela. "Rumor mengenai kamu memiliki senjata penghilang pengendalian sudah menyebar sejak lama. Dan mungkin, saat ini, Rina sedang berusaha sekuat tenaga untuk memperkuat rumor itu. Jadi, rasanya, walaupun melalui Ibla dan yang lain, usaha untuk menyembunyikan namamu akan sia-sia."

Yuan melanjutkan. "Selain itu, ada kemungkinan Rina menyebarkan rumor baru, yaitu kamu lah pemasok senjata penghilang pengendalian ke militer yang sebenarnya, bukan Ibla. Kalau hal ini terjadi, kamu akan melakukan apa yang diinginkan oleh kerajaan Nina. Kamu akan memiliki modal yang amat sangat cukup untuk menjadi Raja Bana'an.

"Bahkan, bukan tidak mungkin permaisuri Rahayu tiba-tiba mengambilmu sebagai suami untuk menjadi Raja Bana'an. Dan, kalau Mariander kalah, Permaisuri Rahayu pun bisa membujuk agar kamu menikahi Duta Besar Filial, mengambil suara rakyat Mariander. Begitu perang ini selesai, tiga Kerajaan yang adalah Bana'an, Mariander, dan Nina, sudah di bawah kendalimu, Gin."

"...."

Sebuah kesunyian muncul. Namun, aku tahu benar kalau sunyi ini bukanlah hal yang bagus, melainkan sunyi sebelum badai.

"Yuan!"

"Aku lupa ada kemungkinan itu!"

Inanna dan Emir adalah orang yang pertama kali merespon. Wajah mereka memerah, entah karena malu atau marah.

Di lain pihak, yang lain hanya membuka mulut membentuk O atau memukulkan kepalan ke telapak tangan, menyetujui kemungkinan itu.

Tiba-tiba saja, Emir dan Inanna memandangku tajam. Aku hanya bisa mengalihkan pandangan.

"Gin, kamu sudah menyadari kemungkinan ini sebelumnya, kan?"

"Apa ini berarti kamu tidak keberatan kalau harus menikahi ibu kami?"

Sial! Yuan, kenapa kamu harus mengatakan hal ini?

"Ah, harusnya aku tidak mengatakan hal ini. Maaf, ya."

Samar-samar, aku mendengar Yuan yang meminta maaf dengan suara pelan.

Percuma kamu meminta maaf sekarang!

Aku bisa memahami kekhawatiran Emir dan Inanna dengan baik. Karena sudah meniduri Lacuna, yang jauh lebih tua, mereka pasti berpikir aku memiliki preferensi perempuan yang lebih tua. Ya, aku tidak memungkirinya. Buktinya, Inanna dan Emir sama-sama lebih tua dariku, kan?

Di lain pihak, aku terkejut dengan kemungkinan Rahayu memaksaku menikahi Selir Filial. Aku menyadari kemungkinan Rahayu menjadikanku suaminya, tapi kemungkinan yang ini sama sekali di luar dugaanku. Dan, seperti ucapan Yuan, skenario ini bisa membuat tiga kerajaan berada di bawah kuasaku.

Tapi, itu urusan lain.

"Aku tidak akan menikahi ibu kalian. Jadi, bisa kita kembali ke jalur? Kumohon? Masih ada banyak hal yang harus dibahas. Dan lagi, kalian sendiri sudah tahu kan kalau aku sama sekali tidak ingin menjadi Raja. Jadi, skenario yang disebut Yuan bukanlah yang aku tuju."

Emir dan Inanna menggertakkan gigi. Tampaknya, mereka ingin mengajukan keberatan. Namun, tampaknya, kali ini permohonanku didengar. Mereka pun kembali duduk dengan tenang.

"Terima kasih." Aku mengakhiri diskusi mengenai pernikahanku dengan Rahayu dan Filial. "Yuan, jujur, aku sendiri juga tidak tahu harus apa. Permasalahannya adalah, seperti yang sudah kamu dengar ketika kita menyandera Rina, kalau Bana'an kalah, keluargaku pasti akan diburu dan dieksekusi. Dan, bukan hanya keluargaku. Semua orang di ruangan ini, dan yang memiliki hubungan, juga akan menghadapi hal yang sama. Aku...bingung...."

Ya, benar. Meski sebelumnya aku sudah mengatakan pada Rahayu kalau tidak akan terlibat di perang secara langsung, rumor yang disebarkan oleh Rina tidak akan bisa diredam. Selain itu, ada kemungkinan Rahayu akan menggunakan namaku untuk meyakinkan pimpinan militer dan kepolisian. Kalau hal ini terjadi, peranku di perang tidak akan terelakkan.

Aku benar-benar buntu. Tidak tahu apa yang harus kulakukan.

"Selain Yuan, kalau ada ide, silakan dikatakan. Aku benar-benar menanti saran dan ide kalian. Kumohon,"

"Hmm...."

Semua orang memegang dagu atau melihat ke langit-langit, berpikir. Namun, aku tahu akan sulit bagi mereka untuk mencari ide lain. Kenapa? Karena anggota elite Agade sama sekali tidak memiliki masalah kalau aku benar-benar menjadi Raja Bana'an. Kalau tidak benar-benar menolak kemungkinan aku menjadi Raja, akan sulit menemukan ide yang bisa digunakan.

Satu-satunya hal yang membuat anggota elite Agade masih mau memberi pertimbangan pada permintaan ini hanyalah satu hal, karena aku yang memintanya. Sebagai orang yang diselamatkan dan dibantu olehku, mereka tidak bisa mengabaikan permintaanku begitu saja.

Aku berani bertaruh orang yang benar-benar berpikir keras untuk mencegahku menjadi Raja hanyalah Inanna dan Emir. Oh, calon istriku, aku pada kalian.

Tiba-tiba saja, sebuah nada dering standar terdengar. Semua orang melihat ke sumber suara, Yuan.

"Maaf, ini dari Jin. Aku angkat dulu ya."

"Silakan."

Yuan pun mengambil smartphone dari saku celana dan pergi ke dapur, memisahkan diri.

Akhirnya, ada orang yang mengajukan ide, Inanna.

"Gin, aku ada satu ide. Tapi, ide ini akan terdengar sangat kejam mengingat jumlah warga tidak bersalah yang akan terseret."

"Dan, apakah itu?"

"Kita menyebarkan api peperangan ke seluruh benua."

Inanna memberi penjelasan mengenai idenya.

Pada dasarnya, ada kemungkinan ada Alhold lain yang tersembunyi di benua ini. Kalau peperangan menyebar ke seluruh benua, mau tidak mau Alhold itu akan muncul ke permukaan. Saat itu terjadi, kita bisa menyebar rumor kalau orang-orang itu memiliki akses pada senjata penghilang pengendalian. Dengan demikian, kita bisa menggunakan mereka sebagai kambing hitam, sebagai pihak "yang sebenarnya" memasok senjata penghilang pengendalian.

Normalnya, informasi dan rumor seperti ini akan sulit berkembang. Namun, kondisi perang akan membuat komunikasi dan informasi menjadi simpang siur. Tidak ada yang tahu mana informasi yang benar dan mana yang salah.

Karena memiliki akses untuk mengatur persebaran informasi di Bana'an, kita bisa mengatur informasi mana yang di hempaskan ke permukaan dan informasi mana yang dikubur. Dengan demikian, informasi bahwa Lugalgin hanyalah penyalur bisa lebih mudah disebarkan dan lalu satu orang Alhold lain bisa dijadikan kambing hitam.

Namun, ide ini memiliki efek yang sangat buruk. Selain menggeret jutaan warga tidak bersalah, ada kemungkinan perang ini akan merembet ke luar benua. Kenapa? Karena kerajaan-kerajaan di benua ini memiliki kerja sama dengan negara di benua lain. Dan, seperti layaknya rekan kerja atau sekutu, negara lain pun akan ikut serta mengirimkan pasukan, mencari keuntungan sebesar-besarnya dari bisnis senjata dan sebagainya.

"Ta-tapi, kalau ide ini dianggap tidak manusiawi, kalian bisa melupakannya."

Tiba-tiba saja Inanna mengecil.

Jujur, ide Inanna benar-benar terdengar brutal. Dan sesuai ucapannya, tidak manusiawi. Namun, aku tidak bisa memungkiri kalau idenya adalah yang paling realistis dan logis untuk saat ini. Dan, karena semua orang di ruangan mengangguk, bukan hanya aku yang setuju.

Dalam Keadaan normal, aku akan menyetujui pelaksaan ide ini. Namun,

"Maaf, Inanna," aku merespons. "Aku akui, idemu adalah yang paling realistis dan logis agar aku tidak menjadi Raja. Namun, bagiku, taruhannya terlalu besar. Kerajaan Nina memiliki kerja sama dengan negara tempat anak-anak panti asuhan Sargon berada. Kalau salah langkah, negara itu bisa memaksa orang-orang tanpa latar belakang jelas untuk menjadi tentara dan mengirim mereka ke sini. Dan, kalau hal ini terjadi, kematian mereka pun sudah bisa dipastikan. Jadi, maaf, Inanna. Aku tidak mau mempertaruhkan nyawa anak-anak panti asuhan Sargon."

"Ah, itu, maaf,"

Inanna semakin mengecil.

"Tapi, aku masih akan menyimpan rencana itu sebagai cadangan. Dan, aku harap kita tidak perlu menggunakan ide tersebut."

"Jangan khawatir soal itu. Aku sudah memiliki ide lain."

Emir masuk. Dia pun memberi penjelasan mengenai ide yang ada di kepalanya.

Kami semua mendengarkan penjelasan Emir dengan saksama. Jika dibandingkan Inanna, ide Emir jauh lebih manusiawi dan memiliki potensi jumlah korban yang lebih sedikit. Jauh lebih sedikit. Dan, kemungkinan berhasil pun juga tidak terlalu kecil.

Namun, sayangnya, rencana Emir memiliki satu kelemahan. Dan, Ibla adalah orang yang mempertanyakannya.

"Siapa yang akan kita percayakan untuk menjalankan rencana ini? Maksudku, semua orang yang bisa kita percaya, yang di ruangan ini, sudah memiliki peran yang cukup penuh. Kalau tidak ada orang yang bisa mengambil peran tersebut, ide Inanna lebih logis."

Ya benar. Kalau tidak ada orang yang bisa dipercaya untuk menjalankan rencana Emir, semuanya akan percuma. Di lain pihak, aku sudah memiliki cara untuk menutupi kelemahan ini.

"APA?"

Ketika kami semua berada di tengah diskusi penting, suara teriakan tiba-tiba terdengar dari dapur. Kami semua pun terdiam dan melihat ke arah dapur. Dalam waktu singkat, Yuan keluar dengan smartphone masih di tangan.

"Gin, kita memiliki masalah! Guan, sejak saat ini, resmi membubarkan diri!"

Bersambung