Maaf telat update. Kemarin seharian tidak mendapat sinyal dan baru hari ini dapat. XD
Seperti biasa, kalau ada yang mengganjal atau ada kesalahan ketik, silakan langsung comment. Kalau bagian mengganjal, selama tidak spoiler dengan story, akan Author jawab.
============================================================
[Kini, militer Bana'an telah memasuki wilayah Mariander. Belum ada respons atau penjelasan dari pihak Mariander. Dan–]
Semua televisi memberitakan hal yang sama, serangan Mariander pada Rahayu dan respons Bana'an. Karena hal itu, sebagian besar pegawai kedutaan Bana'an pun dipulangkan. Namun, sebagian besar pegawai melakukan pengajuan untuk menetap di Bana'an, perpindahan kependudukan, yang salah satunya adalah Selir Filial.
Dan, tentu saja, Rahayu mengizinkannya. Bahkan, dia memberi akomodasi bagi orang-orang ini untuk menerbitkan surat-surat penting baru. Tentu saja hal ini memperburuk hubungan Bana'an dan Mariander. Yah, meski sebenarnya hubungan dua kerajaan sudah terpuruk sejak Mariander menyerang kami sih. Jadi, rasanya, hal ini tidak akan mengubah banyak hal.
Ketika kami kembali, Mari langsung menggeret Maul. Dia bilang ingin melatih dan memberi pembekalan dasar pada Maul agar tidak merepotkan atau membahayakanku lagi. Karena mereka berdua adalah teman masa kecil, aku membiarkannya. Yah, semoga saja Mari tidak kelewatan.
Saat aku pulang, militer kerajaan ini memintaku untuk memberi mereka data-data personel keamanan Mariander yang kumiliki. Belum sempat aku memberi respon, Rahayu sudah menolak. Dia tidak ingin ada oknum yang menarget keluarga personel yang tidak tahu apa-apa.
Di lain pihak, berdasarkan informasi yang kuhimpun dari pasar gelap, keadaan Mariander benar-benar kacau. Setelah serangan itu, angkatan udara Bana'an membombardir pangkalan militer Mariander di sekitar perbatasan. Militer Mariander pun terpaksa mengerahkan militer juga untuk menghalau Bana'an.
Namun, di luar dugaan, organisasi pasar gelap di Mariander tiba-tiba bergerak. Bahkan, tidak sedikit dari organisasi ini yang menyandera Selir atau bangsawan lain dan meminta uang tebusan, seperti yang dilakukan True One dulu. Dan, tentu saja, korban jiwa pun berjatuhan dari kedua belah pihak.
Di luar dugaan publik, True One justru beberapa kali menetralisir beberapa serangan ini. Mereka secara terang-terangan mengklaim Republik Mariander tidak memiliki tempat bagi organisasi pasar gelap yang berpotensi mengacaukan Negara.
Kalau aku menyederhanakannya, saat ini, sedang terjadi perang 4 arah di wilayah Mariander. Pesertanya adalah Mariander, Bana'an, Organisasi Pasar Gelap, dan True One. Sebenarnya, ini terlalu menyederhanakan karena Organisasi Pasar Gelap sendiri juga tidak kompak, saling serang.
Hal ini juga lah yang membuat banyak karyawan kedutaan memilih untuk menetap di Bana'an. Penduduk Mariander, terutama para bangsawan, juga kabur dari Mariander. Mereka tidak ingin tewas. Sebagian penduduk pun memilih untuk mengungsi ke Bana'an. Namun, Rahayu masih belum menerima para pengungsi ini. Oleh karenanya, nasib mereka masih terkatung-katung di perbatasan.
Yah, setidaknya itu di permukaan. Di bawah permukaan, organisasi pasar gelap Bana'an juga bergerak. Kami semua bergerilya, merekrut para pengungsi yang ingin bertahan hidup. Alhasil, pertikaian antar organisasi pasar gelap pun sering pecah di area pengungsian. Agade juga berpartisipasi tentu saja.
"Aku tidak mengira Arid akan berlaku bodoh dengan menyerang Rahayu. Sebenarnya, apa yang dia harapkan?"
Aku berbicara sendiri sambil membaca laporan harian yang dikirim oleh Mulisu melalui email. Sementara itu, Emir dan Inanna sedang memasak, menyiapkan makan siang di dapur.
"Menurutku, Gin, mungkin dia berharap dengan tewasnya Rahayu, Mariander bisa menguasai Bana'an dengan mudah karena tidak memiliki sosok pemimpin," Inanna merespon dari dapur.
"Dan tanpa Mari, mungkin keinginan Arid sudah terwujud. Kamu tidak tahu bagaimana dia bersikeras agar kami segera mengirim bantuan ketika kalian diserang. Dia bilang, 'Maul tidak pernah berpikir panjang! Kalau tidak diawasi, dia akan sangat merepotkan! Atau bahkan membahayakan!'."
Ya, benar. Aku benar-benar harus berterima kasih pada Mari. Aku tahu Maul memang selalu merepotkan. Dan aku berpikir bisa menutupi kesalahan Maul. Namun, sayangnya, aku terlalu naif. Seorang inkompeten tanpa pengendalian sepertiku tidaklah memiliki kekuatan untuk melindungi Maul, melindungi anak-anak dari panti asuhan.
Kukira aku sudah berubah setelah menjadi murid Lacuna. Namun tidak. Aku masih lemah. Aku masih tidak mampu melakukan apapun ketika waktunya benar-benar membutuhkan. Bahkan, saat di Mariander, aku sama sekali tidak berpikir untuk menggunakan benda itu. Tampaknya, tanpa kusadari, aku masih lebih mementingkan rahasiaku daripada keamanan Maul.
Di tengah pikiranku yang berantakan, tiba-tiba kepalaku ditarik ke belakang, mendarat pada sepasang gunung lembut dan empuk.
"Gin, jangan terlalu dipikirkan."
Emir memegang kepalaku, memaksaku melihat ke atas, ke wajahnya.
"Memangnya kamu tahu apa yang kupikirkan?"
"Kamu pasti merasa ini semua salahmu kan?"
Yah, Emir tidak sepenuhnya salah. Namun, tidak sepenuhnya benar juga. Atau sepenuhnya benar? Entahlah, aku sendiri tidak yakin dengan pemikiranku.
"Emir benar, tidak semua hal bisa kamu kendalikan."
Inanna melanjutkan Emir dari depan meja makan. Selain lauk yang dibawa oleh Inanna, tampak beberapa mangkuk sayur di meja. Tampaknya, Emir tidak meninggalkan tugasnya untuk menenangkanku. Dia menyelesaikan tugasnya dulu.
"Jujur, mungkin, mungkin...."
"Jangan! Jangan memikirkannya! Aku tidak membolehkanmu untuk memikirkan apa yang mungkin terjadi kalau kamu melakukan hal lain. Kumohon, jangan..."
Kali ini, bukan hanya Emir, Inanna pun datang. Jika Emir dari belakang, Inanna dari depan. Jadi, kini, kepalaku diapit dada Emir dan Inanna.
"...bisa tolong ceritakan siapa yang mengajari kalian untuk melakukan ini?"
"Hehehe, coba tebak!"
"Aku dan Emir harus belajar banyak hal kalau ingin membantumu. Terutama, menenangkan pikiranmu."
Ketika mereka mengatakan hal itu, satu-satunya sosok yang terpikirkan olehku adalah Rahayu. Namun, mereka berdua hampir tidak pernah berhubungan dengan Rahayu. Apakah ibu? Mungkin saja. Namun, ibu kini lebih sibuk dengan Ninlil dan Ninshubur.
"Tante Filial?"
"Tepat sekali!"
"Ada alasan kenapa ibu bisa menjadi selir!"
"..."
Bukan hanya Rahayu, bahkan selir Filial juga menyimpan sosok yang lain. Tidak! Seharusnya aku sudah menyadarinya sejak dia setuju untuk mengorbankan Papsukkal dan bersekongkol dengan permaisuri Mariander.
Yup! Aku tidak boleh meremehkan keluarga kerajaan. Tampaknya, sebagian besar dari keluarga kerajaan adalah pemain drama. Emir adalah satu-satunya pengecualian. Bagaimana dengan Inanna? Dia masih sedikit bermain drama, tapi tidak terlalu banyak.
Kalau aku ingat baik-baik, Emir mulai aneh-aneh sejak Inanna juga menjadi calon istriku. Apakah ini pengaruh Inanna? Atau justru sifat Emir yang sebenarnya muncul setelah ada teman sekongkol? Di lain pihak, keturunan? Maksudku, baik Rahayu dan tante Filial sama-sama pemain drama ulung. Jadi, bukan tidak mungkin kalau sifat mereka menurun, kan?
Yah, aku harus berhati-hati agar tidak membuat mereka marah atau dendam padaku.
"Baiklah, mari kita mulai–"
Tak tak
Beberapa suara tumpul terdengar. Kami semua melihat ke arah jendela dimana beberapa lingkaran muncul.
Sebenarnya, kami sudah merasakan niat membunuh yang mengarah ke rumah. Namun, kami mengabaikannya karena rumahku sudah diubah total sejak serangan Alhold. Bahkan, laras tank Emir dan proyektil Inanna tidak akan bisa menghancurkan rumah ini.
"Emir, Inanna, bagaimana kalau kita olahraga sebelum makan siang?"
"Tidak perlu."
Ah, niat membunuh itu sudah menghilang.
"Aku dan Inanna sudah bilang kan kalau ingin membantumu?"
***
Cting cting
"Um.....Mari?"
"Ya Kak?"
"Apa ini tidak terlalu berat?"
"Menurutku tidak kak. Aku sudah meletakkan banyak orang di kejauhan untuk mengamankan perimeter. Jadi, setidaknya, dia tidak akan diserang dari arah yang tidak terduga. Dan lagi kalau dibandingkan dengan latihan Kak Lugalgin, ini tidak ada apa-apanya, kan?"
Oke, aku tidak bisa membantah.
Saat ini, Mari mengundangku untuk menyaksikan pertarungan Maul. Kami menjebak lima orang anggota Apollo dan membiarkan Maul menyerang mereka. Untuk serangan ini, kami menggunakan topeng badut.
Entah karena diajari oleh Mari atau memang teknik Maul seperti itu, yang jelas, sekarang Maul juga bertarung menggunakan senjata berukuran besar. Namun, senjata Maul tidak sebesar Mari yang bisa mencapai 6 atau bahkan 10 meter. Panjang senjata Maul hanya di angka 2 atau 3 meter. Yah, kalau angka 2 atau 3 meter itu adalah tombak, tidak akan terlihat aneh. Namun, karena yang digunakan adalah pedang, terlihat besar.
Untuk pertahanan, Maul tidak menggunakan senjata seperti Mari. Dia mengenakan baju zirah di seluruh tubuhnya, full body armor. Bahkan, kalau tidak mengetahui identitas Maul sebelumnya, aku mungkin tidak akan tahu kalau yang menyerang adalah Maul.
"Mari, apa kamu yang mengajari cara bertarung Hurrian?"
Hurrian adalah alias untuk Maul. Karena berbagai hal, Mulisu dan Ibla memberi alias untuk semua orang yang menjadi anggota Agade, baik anggota normal maupun elite. Hanya Inanna dan Emir yang tidak memiliki alias. Semua orang tahu kalau mereka adalah calon istriku. Jadi, percuma saja.
Untuk anggota elite, sejak awal, nama mereka adalah alias, jadi mereka tidak terlalu bingung.
"Tidak juga. Sebelum aku latih, dia hanya mengenakan armor di seluruh tubuhnya. Jadi, kalau aku lihat, dia lebih fokus pada pertahanan daripada serangan, dan itu tidak baik."
"Memangnya, cara berlatih apa yang kamu gunakan?"
"Latih tanding. Hurrian melawan aku."
Oke, Maul, maafkan aku. Aku tidak mengira Mari akan menggunakan menu latihanku sebagai dasar untuk melatihmu. Kalau aku yang melatih mereka, menurutku, tidak akan terlalu berbahaya karena aku adalah seorang inkompeten. Aku hanya bisa mengalahkan mereka dengan bela diri dan senjata berukuran normal.
Namun, kalau yang melatih adalah Mari, itu sangat berbahaya. Maksudku, coba bayangkan diserang oleh pedang sepanjang 6 meter, atau bahkan 10 meter. Metode itu amat sangat membahayakan.
"Dan, sebelum disadari, dia sudah meniruku dengan membuat pedang raksasa."
Aku kembali melihat ke Maul. Saat ini, hanya tersisa 3 orang di hadapan Maul. Mereka menyerang bersamaan dengan pedang, tapi Maul tidak mengindahkannya. Dia membiarkan semua serangan datang, menghantam armornya. Tidak menyerah, mereka terus menghujani Maul dengan tebasan, berharap satu serangan dapat menembus pertahanan Maul.
Maul mengayunkan pedang 3 meternya. Entah kenapa, dia menyerang dengan bagian tumpul pedang, hanya menghempaskan para penyerang, tidak memotong tubuh mereka.
"Mari, kamu melihat apa yang aku lihat?"
"Maaf, Kak. Aku masih belum bisa mengubah sifatnya yang itu."
Kalau belum melihatnya bertarung, aku akan menganggap dia tidak terbiasa membunuh orang. Namun, dia bisa membunuh 2 orang sebelumnya dengan tenang. Jadi, aku beranggapan dia hanya bermain-main. Dan, hal ini sangatlah buruk. Kalau dia tidak membunuh lawannya dengan segera, tingkat bahaya akan meningkat drastis.
Baik, aku tarik ucapanku yang sebelumnya menyatakan metode ini terlalu berat.
"Dia mengenakan headset?"
"Ya," Mari mengangguk.
Aku menekan headset di telinga, "Hurrian, bunuh mereka sekarang juga. Jangan bermain-main."
[Eh, ah. Ba, baik.]
Maul sempat terhenti dan menjawabku dengan terpatah-patah. Tampaknya, dia tidak mengira aku akan berlaku tegas padanya. Namun, ini juga salahku. Dulu, saat di panti asuhan, aku lebih kepada tipe yang santai dan tenang, yang disiplin dan tegas adalah Tasha.
Setelah mendengarku, Maul langsung maju menerjang. Dia tidak lagi membiarkan lawan maju. Meskipun lawan mundur dan melepaskan tembakan dari pistol, Maul mengabaikannya, mempercayakan pertahanan pada armor di tubuhnya.
Maul melempar satu pedang, menembus tubuh satu lawan. Di saat aku berpikir metode ini adalah hal yang buruk, yaitu melempar senjata, Maul langsung mematahkannya. Begitu dia hanya menggunakan satu pedang, kecepatan tebasannya meningkat. Bahkan, dia mampu menebas senjata lawannya, menghasilkan potongan yang cukup bersih.
Dengan ini, pertarungan selesai. Sekarang, kami harus bersiap untuk serangan balik dari Apollo.
"Baiklah. Hurrian, kembali kesini."
[Baik Kak.]
Maul mengubah dua pedang yang dia gunakan sebagai senjata menjadi armor tambahan di bahu, dada, punggung, dan kaki. Setelah itu, dia terbang dan mendatangi kami.
"Operasi sudah selesai. Kalian bisa mulai bersih-bersih."
Mari memberi instruksi pada anggota Agade yang berjaga sambil menunggu Maul.
Maul pun datang dan membuka armornya. Begitu dia membuka armor di wajah, lebih tepatnya helm, aku langsung menghentikannya.
"Berhenti!"
"Eh?"
"Apa kamu sudah mengenakan topeng di bawah pelindung kepala itu?"
"Ah, um, belum Kak."
Mari melempar jubah ke arah Maul. "Sudah kubilang selalu kenakan jubah ini dan topeng itu ketika beraksi sebagai Agade. Kita tidak mau ada orang lain mengetahui identitas kita."
"Kenapa? Memang apa bedanya kalau kita dicap kriminal dan diincar oleh organisasi pasar gelap? Apa kamu takut?"
"Ya, kami takut!" Mari menjawab tegas. "Kami takut akan digunakan sebagai sandera untuk melemahkan Sarru, pemimpin Agade. Kami tidak mau menjadi kelemahan bagi Sarru."
Maul tidak membalas, hanya menundukkan kepala. Menurut, dia pun meletakkan jubah itu di kepalanya sambil mengganti helm ke topeng. Sekarang, dia tampak seperti anggota Agade lain saat beroperasi.
Kalau dulu, aku pasti akan mencoba menenangkan Mari. Namun, tanpa Tasha, aku harus tegas ketika Maul membuat masalah.
"Aku tidak akan memberi komentar lebih jauh soal wajah dan identitas. Aku akan memberi evaluasi pada performamu malam ini. Hurrian, sederhananya, kamu terlalu meremehkan lawan, bahkan sempat bermain-main. Kalau–"
"Tapi Kak–"
"Jangan menyela!" Mari menyela. "Saat ini, yang berbicara padamu adalah Sarru, pemimpin sekaligus pendiri Agade! Tunjukkan rasa hormatmu!"
Maul terentak. Bahkan, aku bisa melihat dia sedikit melompat dan melangkah mundur.
Karena Mari tidak salah, aku akan membiarkannya dan melanjutkan ucapanku.
"Biar aku lanjutkan. Kalau kamu bermain-main, waktu eliminasi akan semakin lama. Hal ini memberi kesempatan untuk bantuan datang. Untuk mempertahankan wilayah perimeter, kita membutuhkan banyak anggota Agade. Jika bantuan datang, bantuan musuh dan anggota Agade akan berhadapan, menambah korban jiwa. Kalau bantuan yang datang adalah anggota elite, bisa jadi kamu juga menjadi korban. Apa kamu menginginkannya?"
"Ti, tidak."
"Kalau tidak, jangan pernah main-main lagi. Semakin singkat waktu yang dibutuhkan untuk satu operasi, semakin baik. Ingat itu."
"Ba, baik..."
"Jawab dengan Siap! Dan tegas!" Mari berteriak.
"Siap!"
Mari benar-benar mengambil peran sebagai instruktur langsung Maul.
Sebenarnya, aku tidak ingin melihat adegan Maul dimarahi atau diteriaki oleh Mari. Namun, ini demi kebaikannya sendiri. Meskipun aku ingin tegas, hal terbaik yang bisa kulakukan adalah memberi evaluasi secara objektif dan nada datar. Aku tidak tega memarahi Maul.
Mari tampaknya menyadari sifat dan kelakuanku yang ini, oleh karenanya dia bersikap keras. Dia pun mendekat ke arah Maul dan mencengkeram bahunya. Tampaknya, Mari akan kembali membawa Maul dan melatihnya lebih keras.
"Ah, Mari, sebelum kamu membawa Hurrian pergi, aku ingin bertanya satu hal pada Hurrian."
Mari berhenti dan melihat ke arahku lalu melempar pandangan ke Maul.
"Ya? Pertanyaan apa?"
Aku mendekatkan wajah dan berbicara pelan, hampir berbisik, "apa kamu memiliki informasi soal Fira?"
"Ah, Fira?" Maul berhenti sejenak. "Maaf, dia tewas sesaat setelah kami dijual ke Mariander."
Aku terdiam. Tidak ada apa pun yang terlintas di benak, seolah-olah waktu terhenti untukku.
"Di awal, Fi–"
"Diam! Kamu berikan saja detailnya pada laporan tertulis. Sekarang, kita pergi!"
"Eh? Kenapa? Kenapa harus–"
"Kamu adalah anggota baru, jangan melawan. Menurut saja! Sekarang, ikut aku."
Mari mencengkeram lengan atas Maul dan membawanya pergi, meninggalkanku seorang diri. Aku beruntung Mari pengertian, langsung membawa Maul pergi dan meminta laporan secara tertulis, tidak membiarkannya melihatku dalam keadaan seperti ini.
Setelah Mari pergi, seketika itu juga, tenaga seolah meninggalkan kedua kaki. Tanpa bisa aku lawan, kedua kaki ini tertekuk, berlutut. Bahkan, aku harus menahan tubuh dengan tangan di atas beton. Tanpa kedua tangan menahan tubuh ini, aku pasti sudah ambruk. Dadaku terasa begitu sesak. Pandanganku pun mulai kabur. Tanpa kusadari, air mata sudah mulai menetes, membasahi beton.
Meskipun Fira bukanlah orang pertama dari panti asuhan Sargon yang tidak bisa kuselamatkan, aku tidak pernah terbiasa dengan perasaan ini. Setiap kali mendengar penghuni panti asuhan telah tewas atau dalam kondisi cacat permanen tanpa pertolongan, hal ini pasti terjadi. Ya, aku tidak pernah bisa terbiasa dengan perasaan ini.
"Fira, maafkan aku. Aku tidak bisa menyelamatkanmu. Tasha, maafkan aku. Satu lagi anak tidak bisa kuselamatkan."
Kata-kata itu muncul dengan sendirinya dari mulutku, hampir bergumam. Bahkan, aku tidak yakin ada orang yang bisa mendengarkannya. Aku hanya menangis di tengah malam, sendirian.
Saat ini, masih ada dua nama yang belum aku ketahui nasibnya. Aku ingin mencari mereka. Tidak! Lebih tepatnya, aku ingin mendengar kabar gembira mengenai mereka. Aku tidak tahu apakah aku bisa menerima kabar buruk soal mereka. Aku tidak tahu.
Apakah aku benar-benar tidak bisa berbuat apapun? Apakah pada akhirnya, inkompeten sepertiku tidak bisa melakukan apa-apa? Apa aku terlalu takut rahasia itu diketahui orang lain?
Kalau seandainya aku menggunakan benda itu sejak dulu, apakah aku bisa menyelamatkan Fira, Morgiana, Aaron, Jica, Luci, Roko, dan Oni?
Kalau seandainya aku menggunakan benda itu sejak dulu, apakah aku bisa mencegah Raksha kehilangan pandangannya? Apakah aku bisa mencegah Lili kehilangan rahimnya? Apakah aku bisa mencegah Nia koma?
Apakah aku bisa mengubah semua itu?
Bersambung
===========================================================
Halo semuanya.
Dan, seperti biasa. Author ingin melakukan endorse pada artist yang gambarnya author jadikan cover, yaitu 千夜 / QYS3.
Kalau kalian membaca di komputer, di bagian bawah, di bawah tombol vote, ada tombol external link yang akan mengantar kalian ke page pixiv artistnya. Author akan berterima kasih kalau kalian press like di pixiv atau bahkan love.
Kalau kalian membaca lewat app, kalian bisa ke page conversation author. pada pinned post, author akan post link pixiv artistnya. Bisa banget dibuka pixiv pagenya, lalu like gambar-gambar yang ada di galeri. Atau bisa juga kalian search twitternya. User Id artisnya @QYSThree
Dan, ini ada sebuah endcard dari pokarii, sebuah ucapan terima kasih dari Emir dan Inanna