"Terima kasih atas kesediaannya untuk menghadiri pertemuan siang ini. Saya, Lugalgin Alhold, kepala dan perwakilan intelijen Kerajaan Bana'an, mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya pada para tamu sekalian."
Kami menggunakan ruang konferensi mal yang biasanya disewakan untuk acara tertentu. Ruang konferensi ini sangat besar, dapat menampung hingga 200 orang lebih. Namun, kali ini, di dalam ruang ini hanya terdapat 10 orang dan sebuah meja bundar.
Meski ada 10 orang, yang duduk hanya tiga orang. Di kiriku, duduk seorang perwakilan dari Akadia. Aku sama sekali tidak mengira ibu akan mengirim seorang bangsawan ke pertemuan ini. Beruntung bagiku karena ibu mengirim orang yang mengenalku.
Perwakilan dari Akadia bernama Marlien Awan, laki-laki berambut hitam panjang dikuncir gaya man bun dengan pakaian penuh ornamen berwarna dasar putih dan biru. Fitur yang mencolok adalah dagu yang tajam, seperti pandangannya. Dia adalah klien yang memesan sepeda motor ketika aku baru menang Battle Royale.
Di sisi kananku, duduk seorang laki-laki dengan fitur generik, rambut coklat dan mata coklat. Namun, aku tahu benar kalau wajah laki-laki ini adalah palsu. Ibla mengenakan topeng silikon yang dibuat oleh Emir.
"Tidak perlu formal seperti itu. Aku sudah mengenalmu sejak lama, Gin."
"Iya, benar. Dan lagi, tidak mungkin aku menolak tawaran dari orang yang telah banyak berjasa untuk Agade." Ibla mengalihkan pandangan. "Kepada perwakilan Akadia, perkenalkan, namaku adalah Sarru, pemimpin sekaligus perwakilan Agade."
Haha, dan Ibla menggunakan namaku.
"Ah, sungguh suatu kehormatan untuk saya bisa melihat wajah tuan Sarru. Perkenalkan, nama saya Marlien Awan. Saya adalah perwakilan Akadia dan orang yang telah diberi kepercayaan oleh pemimpin untuk berkomunikasi dengan kepala intelijen Negara."
Setelah mereka berdua saling mengenalkan diri, kami sedikit mengobrol dan basa-basi, mencoba mencairkan suasana.
Di belakang kami, ada beberapa orang berjaga. Di belakangku, ada Emir, Inanna, Shu En, dan Jeanne. Di belakang Ibla, berdiri seseorang dengan mengenakan topeng gorila. Dari tingginya, aku memperkirakan Ninmar. Di belakang Marlien, berdiri dua orang yang mengenakan pakaian militer berwarna hitam, bukan warna militer negara ini.
Namun, yang menjadi perhatianku adalah satu orang dengan rambut hitam panjang, menyentuh kerah. Wajahnya tampak sedikit gemuk. Meski dia mengenakan topeng silikon, aku tidak akan pernah bisa melupakan auranya. Sudah tiga tahun aku mengenalnya. Tidak mungkin topeng silikon bisa membuatku lupa.
Mengingat Akadia adalah organisasi tempat bernaung orang-orang penting dan berpengaruh di kerajaan ini, menurutku adalah hal yang lumrah kalau dia juga menjadi anggota di dalamnya. Apalagi, dia juga seorang bangsawan.
Jika seandainya Illuvia tidak berubah, masih memancarkan aura yang sama seperti SMA, seperti sosok di belakang Marlien ini, mungkin aku tidak akan pernah menghancurkan bahunya. Ya, yang sudah terjadi biarlah terjadi. Sekarang, aku harus fokus pada pertemuan ini.
"Baiklah, bagaimana kalau kita mulai masuk ke topik pembicaraan utama?"
Aku mengakhiri basa-basi kami. Ketika aku mengatakannya, Shu En pergi ke Marlien dan Jeanne mendekat ke Ibla. Mereka meletakkan sebuah map di samping Marlien dan Ibla, kemudian kembali ke belakangku.
Mereka berdua membuka dan mulai membaca dokumen tersebut.
Di dalam map itu, terdapat sebuah dokumen berisi tawaran yang kuberikan. Daripada tawaran, lebih tepatnya, sebuah peraturan yang akan kuberlakukan.
Isinya sama seperti yang telah kuucapkan pada ibu. Pada dasarnya, aku berusaha mengatur transaksi ilegal yang dilakukan oleh organisasi-organisasi di negara ini. Pengaturan yang aku maksud adalah kuota maksimal transaksi ilegal masing-masing organisasi.
Aku tidak akan memberi suplai anak-anak sebagai kompensasi seperti yang telah dilakukan oleh keluarga Cleinhad. Kompensasi yang akan kuberi adalah sebuah keistimewaan, yaitu agen schneider akan membantu mereka agar transaksi yang dilakukan tidak tercium oleh pihak militer, kepolisian, ataupun warga sipil. Kalau perlu, kami akan memfasilitasi transaksi dan pertemuan tersebut.
"Kalau dilihat secara sekilas, penawaranmu amat sangat tidak menarik," Marlien merespon. "Namun, kalau dibaca baik-baik, kamu tidak hanya mengabaikan nepotisme dan penyuapan yang mungkin kami lakukan, tapi bahkan melindungi kami. Apa benar demikian?"
"Ya, benar sekali." Aku membenarkan Marlien. "Namun, perlu diingat. Penyuapan dan transaksi yang akan kami lindungi hanyalah transaksi yang kalian laporkan dan masih berada di bawah kuota. Kalau kalian melakukan transaksi tanpa melapor atau di luar kuota, maka kami tidak akan bertanggung jawab kalau ada hal buruk terjadi."
Kami tidak bertanggung jawab, dibaca kami akan melakukan sesuatu yang merugikanmu. Marlien mengetahui benar maksud ucapanku dan kembali mengembalikan pandangan ke dokumen di tangannya.
Sebenarnya isi dokumen itu sudah kukirim ke ibu. Jadi, aku yakin, sebenarnya Marlien datang hanya untuk formalitas.
"Perwakilan dari Agade, ada pertanyaan?"
"Katakan, apakah intelijen negara juga akan bersedia membantu kami dalam bisnis yang resmi?"
"Eh?"
Meski tidak kencang, aku bisa mendengar Jeanne yang terkejut di belakangku. Tampaknya dia terkejut ketika mendengar Ibla, yang mengaku sebagai Sarru, menyebutkan bisnis resmi, tidak ilegal.
"Bisa aku tahu bantuan yang kau maksud?" Aku meminta kejelasan.
"Kami, Agade, juga memiliki beberapa perusahaan yang bergerak di bidang impor dan ekspor. Permintaan kami sederhana. Kami ingin mencatut nama kalian dalam negosiasi. Kalau perlu, kalian membuat surat rekomendasi yang menyatakan kalau intelijen negara menyetujui usaha kami, untuk meyakinkan lawan negosiasi kalau kami memang benar resmi."
"Hehe," aku tertawa kecil mendengar Ibla.
Saat ini, jalan negosiasi antara Agade dan intelijen negara sama sekali tidak aku atur. Aku mengizinkan Ibla untuk menanyakan dan meminta apapun yang mungkin diminta dari intelijen negara. Jika ada yang menarik, dan menguntungkan kedua belah pihak atau setidaknya tidak merugikan untuk intelijen Kerajaan, aku akan mempertimbangkannya.
"Sayangnya, kamu tidak akan pernah mendapatkan surat rekomendasi dari intelijen negara. Maksudku, orang bodoh mana yang akan percaya kalau intelijen negara membuat surat rekomendasi, kan?"
"Kamu tidak salah. Tapi–
"Tapi kamu berpikir aku bisa meminta surat dari instansi lain, seperti bea cukai, untuk membuat surat rekomendasi untukmu, kan?"
Ibla tidak memberi jawaban. Dia hanya tersenyum sambil mengistirahatkan dagunya di atas tangan
Aku tidak langsung menjawab, tapi melihat ke belakang kiri, ke arah Shu En yang berdiri di dekat Inanna.
Menyadari pandanganku, Shu En pun angkat bicara.
"Kalau Anda menginginkannya, saya bisa mendapatkan surat rekomendasi itu minggu ini juga. Cukup berikan data perusahaan yang Anda maksud."
"Baiklah, cukup membantu. Nanti, aku akan mengirimkan data perusahaan tersebut pada Lugalgin."
"Hoo, jadi Agade juga memiliki perusahaan impor ekspor." Marlien masuk ke pembicaraan. "Tuan Sarru, kalau Anda tertarik, bagaimana kalau kita bekerja sama? Anda impor barang yang saya inginkan, saya akan menyebarkannya di daerah saya."
"Kalau akan membawa keuntungan, kenapa tidak?"
"Baiklah, mari kita bicarakan lebih lanjut lain waktu. Lugalgin," Marlien menoleh padaku. "Kalau kami ingin mengadakan pertemuan untuk bisnis resmi, apakah intelijen negara akan memfasilitasi kami juga? Sekalian sebagai saksi."
"Biaya tiket dan akomodasi kalian ditanggung masing-masing ya."
Kami bertiga tertawa terbahak-bahak dengan respon yang kuberikan.
Meski kami bertiga tertawa terbahak-bahak, orang-orang yang berdiri tidak ada yang tertawa. Mereka saling memperhatikan satu sama lain, berjaga-jaga kalau ada pihak yang memutuskan untuk bertindak bodoh dengan melancarkan serangan.
Setelah itu, kami melanjutkan negosiasi mengenai apa yang bisa dan apa yang tidak bisa kuberi. Mereka berdua pun juga mulai memberi beberapa penawaran dan persyaratan.
Beberapa hal lain seperti mereka akan bersedia mengirimkan perwakilan untuk menjadi saksi, bersama dengan agen schneider, jika ada organisasi lain yang akan menyetujui aturan yang akan kuberlakukan atau akan ingin melakukan transaksi.
Meski ada sedikit masalah dengan organisasi lain yang mungkin akan menentang, aku tidak membawanya ke permukaan. Mereka berdua pasti juga menyadari masalah itu dan mulai menyiapkan diri untuk berperang.
Pada akhir negosiasi, mereka berdua memberi sebuah dokumen padaku. Dokumen yang diberi oleh Ibla adalah laporan mengenai pembantaian keluarga Susek semalam. Dokumen yang diberi oleh Marlien adalah daftar agen yang menentangku. Meski semua agen yang menentangku sudah kurumahkan, ada kemungkinan satu atau dua yang menyatakan setia berkhianat. Dokumen yang diberi Marlien akan cukup membantuku.
Mereka menyatakan dokumen ini sebagai free service, sebagai itikad baik untuk bekerja sama.
***
"Hahaha, kau lihat tadi? Laki-laki itu, Lugalgin Alhold, sama sekali tidak bergeming ketika menghadapi dua mafia besar. Dia tidak berubah dari dulu. Tidak! Bahkan, aura di sekitarnya kini semakin berwibawa. Tidak heran Yang Mulia Paduka Raja memilihnya sebagai kepala intelijen negara."
Tuan Marlien berbicara dengan sangat girang di kursi belakang. Sementara itu, aku duduk di samping kursi pengemudi.
"Terkadang, aku masih terkejut ketika mendengar kamu dan dia seumuran, bahkan berasal dari SMA yang sama."
"Bukan hanya Anda yang terkejut, Tuan Marlien, saya sendiri terkejut. Saya tahu dia memang hebat, tapi saya sama sekali tidak mengira dia sehebat ini."
Sungguh, Lugalgin, aku sama sekali tidak menyangka pergerakanmu yang secepat dan sehebat ini.
"Tuan Marlien, kemarin Anda bilang sudah mengenal Lugalgin sejak lama, tapi Anda tidak pernah mengatakan bagaimana dia bisa membuat pemimpin Akadia dan pemimpin Agade bersedia menerima peraturan yang akan dia ajukan. Padahal, saya kira, organisasi pasar gelap tidak suka diatur oleh pemerintah."
Aku harus mencari tahu sebatas apa kehebatan Lugalgin. Aku tidak mau ketinggalan lebih jauh lagi.
"Ah, Arde, sebelum aku menjawabnya, kalau kamu berpikir untuk menyusul pencapaian Lugalgin, aku sarankan agar kamu mengurungkan niatmu. Kecuali kamu tidak keberatan baru bisa menyusulnya 20 atau 30 tahun lagi."
"..."
Tuan Marlien, tolong jangan baca pikiranku. Dan, tolong, jangan patahkan semangatku lebih jauh.
"Untuk jawabannya, sederhana. Yang mengatur kami bukanlah pemerintah, tapi Lugalgin Alhold."
Tuan Marlien mengatakannya seolah-olah Lugalgin Alhold adalah sebuah sosok yang sangat hebat, yang mampu mengalahkan impresi buruk pemerintah. Dan aku cukup setuju.
Sebagai wakil badan eksekutif siswa SMA Eksas, aku diberi kesempatan untuk menyaksikan semua kehebatan Lugalgin semasa SMA. Bagaimana dia menciptakan teknik penghilang pengendalian untuk Illuvia, mengatur jadwal ekstra agar tidak bertabrakan dalam penggunaan lapangan, bahkan membuat event sekolah yang biasanya kekurangan dana jadi berlimpah dengan sponsor.
Sepanjang SMA, Lugalgin adalah orang yang paling kukagumi. Terkadang, hatiku terasa sakit ketika dia mengatakan "aku hanyalah inkompeten. Aku tidak punya tempat selain di rumah dan di sini,". Bahkan, hatiku semakin sakit ketika dia tidak bisa mendapatkan pekerjaan atau masuk ke universitas manapun walaupun sudah mengantongi surat rekomendasi kepala sekolah.
Karena semua itu, pada awalnya, aku ingin mendirikan perusahaan besar dan memperkerjakan Lugalgin. Aku ingin semua perusahaan dan universitas yang menolak Lugalgin melihat betapa bodohnya mereka. Aku ingin seluruh kerajaan ini melihat kehebatan Lugalgin.
Ayah yang mendengar keinginanku hanya tertawa. Namun, ayah tidak mengkritik atau tidak mencelaku. Justru sebaliknya, ayah memperkenalkanku pada Akadia, sebuah perkumpulan yang berisi orang-orang berpengaruh di kerajaan ini.
Namun, belum satu minggu sejak pesta perpisahan, Lugalgin sudah mengejutkan seluruh kerajaan ini dengan keluar sebagai pemenang Battle Royale. Bukan hanya itu, dia adalah orang pertama yang menang tanpa kehilangan HP sedikit pun.
Kemudian, dalam beberapa minggu, dia kembali menjadi perhatian kerajaan, bahkan dunia, karena berhasil menekan teroris di Mariander. Lalu, tiba-tiba, kemarin aku diminta untuk menghadiri pertemuan dengan kepala intelijen kerajaan yang baru.
Aku tidak bertanya kenapa aku ditunjuk. Dalam waktu beberapa bulan ini, aku memang sering disuruh untuk ikut menghadiri pertemuan demi pertemuan, mengumpulkan pengalaman. Namun, aku sedikit terkejut karena kali ini aku disuruh menggunakan topeng silikon.
Ketika aku bertanya, tuan Marlien hanya menjawab, "aku sudah mengenalnya sejak lama dan ada kemungkinan dia mengenalmu. Jadi, aku tidak ingin kamu mendapat perlakuan istimewa oleh orang ini,". Kemungkinan mengenalku? Lugalgin jelas-jelas mengenalku. Tuan Marlien suka bercanda juga ternyata.
Akhirnya, kemunculan Lugalgin sebagai kepala intelijen kerajaan benar-benar membuatku terkejut. Aku jadi paham kenapa ayah menertawaiku saat itu. Ayah, yang sudah bergabung dengan Akadia, kemungkinan sudah mengetahui kehebatan Lugalgin. Lugalgin bukanlah orang yang memerlukan belas kasihan, apalagi dari orang sepertiku yang masih belajar.
Di lain pihak, aku mendapat kesempatan untuk melihat Tuan Putri Emir yang mengenakan kemeja dan setelan rapi, bukan pakaian bangsawan. Kalau aku memfotonya, aku bisa mendapatkan uang yang begitu banyak. Dan, tadi adalah pertama kalinya aku melihat istri kedua Lugalgin, Tuan Putri Inanna yang tidak kalah cantiknya. Lugalgin, kamu benar-benar hebat.
"Arde, biar kuberi informasi untukmu. Banyak anggota Akadia, termasuk aku, telah membeli barang antik dari Lugalgin. Selain sebagai simbol kekayaan, barang antik yang diproduksi oleh Lugalgin juga memiliki kegunaan lain."
"Kegunaan lain?"
"Senjata."
"Hah?"
"Barang-barang yang dijual Lugalgin, umumnya, menggunakan bahan yang disebut dengan minyak, bensin, gas, atau bahan mudah terbakar lain. Dengan kata lain, bahan berbahaya. Kamu lihat berita tadi pagi kan? Masalah ledakan gas."
Tunggu dulu, bukankah bahan-bahan berbahaya itu sudah dilarang peredarannya? Hanya pemerintah atau instansi dengan izin tertentu yang diperbolehkan memiliki dan mengelola barang-barang itu. Mengingat berita ledakan gas tadi pagi, aku paham benar betapa berbahayanya bahan-bahan itu.
"Peredaran barang-barang itu memang sudah tidak bebas. Namun, jika barang-barang itu adalah bawaan dari barang antik, maka diperbolehkan."
"Eh?"
"Tidak banyak orang yang meneliti barang antik. Oleh karena itu, peraturan mengenai barang antik pun sangat lenggang. Dengan menggunakan barang antik yang dijual oleh Lugalgin sebagai media, kami mendapatkan barang-barang berbahaya itu dengan mudah.
"Dulu, kami berpikir dia tidak tahu apa-apa soal barangnya dijadikan senjata. Namun, setelah melihat dia berpartisipasi di battle royale, dan semua pencapaiannya, kami menarik ucapan tersebut. Lugalgin tahu dan sadar kalau barang antik yang dia jual bisa digunakan sebagai senjata. Karena itu, kami tidak terkejut kalau pemimpin setuju untuk menerima tawaran Lugalgin.
"Dan lagi, Lugalgin adalah pedagang yang adil. Dia tidak akan serta merta merugikan kita. Selalu ada kompensasi, seperti yang tadi kami bahas."
Tuan Marlien memberi penjelasan panjang lebar mengenai rekam jejak Lugalgin.
"Lalu, menurut tuan Marlien, apakah Agade juga mendapatkan barang-barang antik itu?"
Tuan Marlien tidak langsung menjawab. Beliau memejamkan mata sejenak, lalu kembali membukanya. Tampaknya beliau memikirkan sesuatu.
"Sangat mungkin. Bahkan, ada kemungkinan, Lugalgin adalah sosok di balik keberhasilan Agade menjadi enam pilar."
"Sosok dibalik keberhasilan Agade?"
"Arde, Lugalgin mulai menjual barang antik kira-kira dua setengah tahun yang lalu. Di lain pihak, Agade menjadi enam pilar sudah tiga tahun lebih. Teknik bertarung Agade yang aneh membuat orang bertanya-tanya 'siapa sosok di belakang mereka?'.
"Ketika melihat Sarru, yang sempat dikabarkan tewas tapi muncul kembali hanya untuk menemui Lugalgin, menguatkan dugaanku kalau Lugalgin adalah sosok di balik keberhasilan Agade. Bahkan, aku bisa bilang, Sarru meniru teknik bertarung Lugalgin."
"Meniru?"
Mendengar semua informasi ini, aku hanya bisa meniru satu dua patah kata yang keluar dari mulut tuan Marlien, seperti burung beo.
"Teknik bertarung mereka sama, menggunakan banyak senjata yang dibawa dalam peti mati. Kalau dilihat sesaat, orang akan melihat Sarru dan Lugalgin adalah orang yang sama. Namun, aku menyangkalnya. Meski teknik dasar yang digunakan sama, tapi senjata yang mereka gunakan berbeda.
"Senjata yang digunakan oleh Sarru bisa dibilang senjata standar seperti tombak, pedang, assault rifle, shotgun, dan lain sebagainya. Di lain pihak, senjata yang digunakan Lugalgin sungguh aneh. Maksudku, toya yang bisa menjadi double dan triple stick? Lalu, perisai yang bisa melepaskan tembakan? Belum lagi pistol dengan bayonet beramunisi peluru pemberat? Senjata macam apa itu? Aku berani bilang senjata dan teknik bertarung Sarru adalah versi downgrade dari Lugalgin."
Kalau dipikir-pikir, ucapan Tuan Marlien benar juga. Senjata yang digunakan Lugalgin aneh-aneh.
"Aku tidak melebih-lebihkan kalau bilang mungkin Lugalgin lebih kuat dari Sarru. Belum lagi dua calon istrinya."
"Kedua calon istrinya? Apakah mereka juga sehebat Lugalgin?"
"Dalam hal pertarungan jarak pendek, aku tidak tahu. Namun, dalam hal serangan jarak jauh, mereka tidak bisa diremehkan. Emir mampu membuat delapan turret tank. Hingga sekarang, belum ada laporan resmi jumlah peluru yang bisa dia lepaskan atau bagaimana dia melakukannya. Bayangkan saja kamu memiliki delapan tank yang siap melepaskan tembakan kapan pun dimana pun.
"Lalu, Inanna, dia juga sama mematikannya. Bahkan jauh lebih mematikan. Laporan menyatakan dia bisa menghasilkan ledakan tanpa suara sebelumnya. Anggap seperti tank yang diberi peredam. Daripada mewaspadai intelijen kerajaan, lebih tepat kalau disebut kalau kita mewaspadai tiga orang ini."
Meski tuan Marlien mengatakan yang perlu diwaspadai adalah Lugalgin dan kedua calon istrinya, tapi sekarang mereka bertiga adalah anggota intelijen kerajaan. Bagaimana kalau mereka mengubah internal intelijen kerajaan menjadi seperti mereka? Apakah ini tidak menjadikan intelijen kerajaan ancaman juga?
Bersambung