Chereads / An Ice Cube Man / Chapter 10 - BAB 10

Chapter 10 - BAB 10

Entah bagaimana aku harus menghadapi hari ini. Aku lihat suamiku masih tertidur pulas di sofanya.

Kemarin aku sengaja menghabisakan waktuku di taman sampai pukul tujuh malam. Sempat terbesit olehku untuk tidak pulang dan berusaha mencari penginapan yang hening. Kadang aku juga berpikir untuk tidur di kantor saja.

Setelah dari taman aku juga tidak langsung pulang dan malah mencari makanan yang manis manis untuk menghilangkan rasa sakit yang sudah aku rasakan selama lima bulan ini. Ya, jangan di tanya bagaimana Mama selalu menghubungiku setiap waktu. Dan aku hanya beralasan kalau lagi makan makan sama teman lama.

Kapan sih aku boleh bahagia di pernikahanku ini? Kapan Mas Banyu akan menganggapku sebagai istrinya. Bagaimana lagi aku harus berjuang? Bagaiman aku harus mengakhiri perang batinku?

Laras. Apa mungkin aku bisa mengalahkannya. Bahkan sepertinya dia sudah menguasai hati suamiku. Bagaiman jika suatu saat Mas Banyu malah menceraikan aku jika Mama tahu kalau Mas Banyu memiliki orang yang dia cinta?

"Ga mungkin aku bisa deketin Laras, kalau saingannya Pak Banyu, bro." Ucapan yang tak sengaja aku dengar dari percakapan dua orang laki laki yang juga berada di taman itu.

Mengapa kalimat itu selalu terngiang di telingaku. Apa yang harus aku lakukan sekarang? Apa aku harus memohon ke Mas Banyu untuk tidak mencintai Laras. Apa boleh aku memperlihatkan rasa cemburuku?

'Garin perjuanganmu di bandingkan dengan Mama masih belum ada apa apanya. Kamu PASTI BISA' Aku berusaha menyemangati diriku sendiri.

Seperti biasa aku segera bangun mempersiapkan semuanya. Sengaja hari ini aku tidak menyiapkan baju untuk suamiku. Aku juga ingin tahu, apakah dia akan mencariku atau malah mencari bajunya sendiri.

Aku juga tidak menyiapkan nasi goreng kesukaannya. Apakah dia akan bertanya soal nasi goreng atau mau makan apa yang ada saja.

***

Aku sudah selelsai dengan kegiatan masakku. Kali ini aku menyiapkan salad, beef bacon, roti serta selainya. Entahlah aku sudah malas untuk berada di dapur.

"Garin, kamu udah selesai masak?" Tanya Mama tiba tiba saat melihatku sedang bersantai di dekat kolam renang.

"Udah Ma, tapi aku ga masak menu berat. Aku mau mandi dulu ya Ma." Ucapku segera berpamitan.

"Garin, kamu ada masalah?" Tanya Mama tiba tiba.

"Ga kok Ma, aku cuma kurang enak badan aja Ma."

"Jangan jangan kamu hamil ya?"

"Emh... Engga Ma. Aku ga hamil. emmh... belum maksudnya." Jawabku gugup. "Aku ambilin air ya Ma!" Ucapku tidak ingin membahas masalah hamil lagi.

"Udah ga usah. Mama udah minum tadi. Kamu duduk aja."

"Ma, aku angkat telepon dulu ya." Untung saja ada panggilan masuk dari Nadia.

"Iya." Ucap Mama yang kemudian aku tinggalkan menuju teras rumah.

"Halo Nad, gimana?"

"Mbak Garin jadi ga ke catering hari ini?" Tanyanya dari sebrang panggilan.

"Mungkin cuma sampe jam makan siang aja Nad. Kenapa?"

"Ini mbak, klien yang kemarin minta ketemu sebelum makan siang. Katanya sih pengen ketemu di tempat 'O' cafe lagi kaya kemarin. Tapi aku lihat mbak Garin kesana kok malah lesu. Aku jadi ga enak mbak."

"Iya, ga apa apa kok Nad. Ya udah ajak aja ketemu jam sebelas atau sebelum itu. Kamu atur dulu aja deh Nad."

"Ya udah mbak. Aku hubungi kliennya dulu ya."

"Iya." Aku segera mengakhiri panggilan teleponnya.

"Garin!" Tiba tiba saja suara yang kali ini sangat tidak ingin aku dengar malah mengagetkan aku.

"Mas Banyu, kenapa belum mandi?" Tanyaku seperti orang bodoh.

"Kenapa kamu ga siapin bajuku?" Tanyanya sedikit kesal.

"Maaf." Hanya itu kata yang keluar dari mulutku.

Aku segera masuk kedalam dan menuju kamar. Ada sedikit perasaan senang terbesit dalam hatiku. Bagaimana tidak. Ternyata seorang Banyu juga membutuhkan aku. Ini mungkin hal spele tapi ada dampaknya juga. Hehe. Aku tersenyum puas di dalam hatiku.

Segera aku siapkan kebutuhannya. Agar dia juga bisa segera mandi dan bekerja. Sebenarnya aku paling menghindari saat dia selesai mandi. Jangan di tanya bagaimana perasaanku selama ini hanya bisa melihat roti sobek di perut suamiku tanpa bisa menyentuhnya. Sakit, kecewa. Semua beradu di dalam hatiku.

Aku segera meninggalkan kamar. Entah mengapa rasanya aku tidak ingin berlama lama melihatnya. Entah apa yang aku rasakan sekarang.

Aku kembali menuju dapur. Meneguk segelas air. Lalu segera aku menyiapkan obat Mama yang harus di konsumsi pagi ini. Aku segera bergabung dengan Mama dan Papa yang berada di meja makan. Mereka sedang berbincang bincang ringan seperti biasa.

"Mama sama Papa belum makan?" Tanyaku basa basi sembari meletakkan beberapa butir obat di piring keci.

"Iya ini juga mau makan.Nungguin kalian dulu." Ucap Mama santai.

"Mama sama Papa makan dulu aja.Ini obat dan air udah aku siapin. Jangan telat obatny ya Ma." Ucapku merayu.

Aku lihat mereka makan dengan lahap. Sampai Mas Banyu datang dan duduk di sebelahku.

"Mama ga masak nasi goreng kaya biasanya?" Tanyanya heran saat dia lihat makanan diatas meja.

"Tanya sama Garin dong. Emangnya kamu ga tahu kalau selama ini istrimu yang masakin kita?" Mama mengomel pagi pagi.

Dia menoleh kearahku seakan tidak percaya. Aku hanya diam saja. Aku berusaha untuk tidak menawarinya. Sakit rasanya perjuanganku selama ini tidak berarti apa apa di matanya.

Aku segera mengambil dua potong roti dan meletakkanya di atas piringnya. Salad dan beef bacon juga tak lupa aku siapkan. Puas rasanya pembalasan dendamku pagi ini.

Selesai dengan acara sarapan aku segera menyiapkan kebutuhanku.

"Halo, siapa ini?" Tanyaku tiba tiba begitu melihat ada panggilan masuk di hpku.

Aku lihat Mas Banyu juga masuk ke kamar untuk mengambil beberapa Map dan juga tasnya.

"Oh Tio." jawabku sedikit kaget.

Entah mengapa Mas Banyu juga tiba tiba menghentikan langkahnya. Dia sepertinya malah sengaja menungguku.

"Iya, nanti pas makan siang aja kita ketemunya. Seno udah tahu tempatnya. Ya udah sampai ketemu nanti. Tak enteni cerita cerita lucunya (aku tunggu cerita cerita lucunya)" Ucapku mengakhiri panggilan itu.

"Kamu ke kantor catering hari ini?" Tanyanya aneh.

"Iya mas. Ini udah mau pesen ojol."

"Ga usah pesen ojol. Aku anterin kamu." Entah mengapa dia sedikit aneh.

Apa dia marah karena aku tidak menyiapkan bajunya. Atau malah marah karena tidak ada nasi goreng kesukaannya pagi ini. Rasanya aku merasa bersalah. Tapi aku udah sakit hati pas lihat Mas Banyu dan Laras bisa seakrab itu.

"Ga usah Mas. Aku pake ojol aja. Kayanya Mas Banyu sibuk pagi ini." Ucapku berusaha menolak.

"Garin, aku tidak menwari untuk mengantar. Tapi mulai sekarang aku yang antar kamu kerja. Tidak ada bantahan." Ucapnya tegas dan membuatku sedikit kikuk.

Rasanya aku sedang mengusik serigala yang sedang kelaparan. Entahlah apa yang membuat dia marah. Yang pasti pagi ini wajahnya tambah menyerampkan.

Tanpa membantah aku mengekorinya. Masuk ke dalam mobilnya. Entah mengapa raut wajahnya agak sedikit aneh pagi ini. Seperti ada mendung di kepalanya.

"Jangan lupa malam ini kamu temenin aku ke acara nikahan temanku." Ucapnya tegas tanpa ingin di bantah.

"Iya Mas." Jawabku pasrah.

Yang pasti hari ini aku ingin terhibur. Mungkin reuni kecil kecilan bersama Tio nanti bisa menghiburku. Apa lagi dia orang yang humoris. Pasti menyenangkan nanti saat bertemu dengannya.