Chereads / BUKAN SUAMI SEMPURNA / Chapter 26 - 26. Hadiah Kecil Dari Kania.

Chapter 26 - 26. Hadiah Kecil Dari Kania.

Pukul 19.35 Kania dan Melvin tiba di depan Grand Carlton Hotel bersamaan dengan bunyi gemuruh di langit. Hujan akan segera turun. Kania bergegas turun dari mobil dan meninggalkan Melvin. Karena kejadian di butik Vian tadi, ia masih kesal dengan laki-laki itu.

Kania berjalan agak cepat saat memasuki hotel. Ia tak sudi jika harus berjalan berdampingan dengan Melvin. Namun, apadaya. Tinggi badan Melvin 185 cm, sehingga bukan hal sulit baginya untuk mengimbangi langkah Kania yang hanya memiliki tinggi badan 160 cm.

Setibanya di depan pintu ballroom GC Hotel. Tiba-tiba saja ponsel Melvin bergetar. Alisnya mengerut saat ada dua pesan ter-enkripsi masuk di waktu yang sama.

Saat membuka salah satu pesan tersebut dengan sidik jarinya. Ia dibuat bingung karena pesan itu dikirim oleh ayahnya. Untuk apa ayahnya mengirim pesan rahasia?

[Bawa Kania ke bandara sekarang! Sudah ada jet pribadi kita yang menunggu kalian disana. Temui Papah di Bali ada hal penting yang ingin Papah bicarakan.]

Melvin menghentikan langkahnya. Ia semakin bingung dengan sikap ayahnya.

Kania mengernyit melihat Melvin berhenti melangkah. Seperdetik selanjutnya ia kembali jalan dan mengacuhkan pria itu.

Melvin membuka pesan kedua dengan cara yang sama.

[Segera pergi dari tempat itu!. orang-orang Robertson sudah menunggu kalian di dalam!! *Gea]

Melvin tercekat. Ia melihat Kania hampir melewati pintu masuk ballroom yang berbentuk melengkung. Tanpa pikir panjang ia menghampiri dan langsung menarik tangan Kania keluar dari hotel itu. Saat di butik tadi, diam-diam Melvin memang meminta Gea untuk memeriksa seluruh hotel GC. Dan ternyata benar dugaannya, kalau musuh keluarganya sudah membaur dengan para tamu disana.

Saat sudah sampai di tempat laki-laki itu memarkirkan kendaraan Kania menyentak tangan Melvin hingga terlepas.

Bunyi gemuruh saling bersahutan. Bintang-bintang dilangit tertutup awan kelabu.

"Melvin , aku bukan hewan peliharaanmu!" Kania mengusap pergelangan tangannya yang terasa berdenyut akibat tarikan pria itu.

"Maaf. Aku tidak bermaksud menyakitimu," ucap Melvin, "kita harus pergi dari sini sekarang. Ada urusan mendadak yang harus aku selesaikan!"

Melihat wajah Melvin yang panik, Kania tahu kalau ada sesuatu yang disembunyikan pria itu. Tapi ia tidak mau mendesaknya. Lagipula masalah ini masalah Melvin, tidak ada sangkut-pautnya dengan dirinya.

Saat hendak membukakan pintu untuk Kania. Terdengar suara teriakan dari belakang, Kania dan Melvin sama-sama menoleh kearah suara itu.

"Tunggu .... " Panggil seorang gadis dari dalam mobil Mercedes S Class hitam.

Gadis itu keluar mobil dan menghampiri mereka dengan sedikit berlari kecil.

"Kalian naik mobil itu." Gea menunjuk kearah S Class yang di tumpanginya tadi, "Ini perintah dari tuan besar." Gea memberi isyarat kepada Melvin melalui tatapan matanya.

Melvin mengangguk dan membawa gadis galaknya menuju ke mobil mewah itu. Namun, seperti biasa, Kania si gadis galak selalu saja protes dan melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang membuat Melvin migren seketika.

Melvin membukakan pintu untuk Kania dan gadis itu masuk dengan cara sedikit dipaksa. Gadis itu bersikeras untuk pulang menggunakan taksi. Tentu saja Melvin tidak setuju. Ia tidak ingin mengambil risiko sekecil apa pun. Lagipula ayahnya juga meminta ia membawa Kania ke Bali bersamanya. Saat ini. Malam ini.

Saat mobil melaju agak jauh dari kawasan hotel. Tiba-tiba saja terdengar ledakan yang sangat keras. Melvin dan Kania serempak menoleh kearah belakan. Ternyata Range Rover yang dikendarai Melvin tadi meledak. Sontak Kania terkejut dan langsung menatap pria itu dengan cemas.

"Aku tau kau sedang menyembunyikan sesuatu. Ceritakan padaku apa yang sebenarnya terjadi."

Melvin kembali duduk seperti semula. Pria itu menghela napas panjang. Ia tidak menjawab perkataan Kania.

"Melvin!" bentak Kania

"Debt collector. Aku punya masalah dengan orang-orang itu" jawab Melvin sekenanya.

"Apa kau pikir isi kepalaku hanya seperempat?? Mana ada debt collector yang sampai meledakkan mobil orang lain?!?"

Melvin memijat pelipisnya. Tidak mungkin ia menjelaskan yang sebenarnya pada Kania. Setidaknya tidak untuk saat ini. Ia khawatir gadisnya belum siap menerima kenyataan yang ada.

"Melvin jelaskan padaku apa yang terjadi!!" Kania terus mendesak. Dan Melvin sudah kehabisan kata-kata untuk menjawab. Hanya ada satu cara untuk membungkam semua pertanyaan Kania.

Melvin menghirup napas panjang. Ia berkata, "jadi kamu mau tau yang sebenarnya?"

"Iya. Dan aku tidak suka dengan sesuatu yang setengah-setengah. Jadi aku minta kau menje—hhmmppp ..." Melvin langsung melahap bibir Kania dengan rakus.

Kania yang terkejut secara refleks ia menggigit bibir Melvin hingga pria itu mengaduh kesakitan. Kania langsung menampar dan memukuli Melvin sejadi-jadinya. Bisa-bisanya pria itu mencuri ciumannya di saat seperti ini.

"Aww ... Kania ampun. Aduh ... Kania hentikan!"

"Dasar brengsek!!" Kania terus menyiksa Melvin dengan pukulan, pun jambakan rambut pria itu.

Gea hanya menghela napas sambil geleng-geleng. Dua sejoli ini tidak ada romantis-romantisnya sama sekali. Mereka lebih mirip kucing dan anjing yang tidak pernah akur sama sekali.

Ketenangan terjadi saat mobil memasuki jalan tol. Itu pun karena Kania tertidur sehabis menangis dengan kencang. Ya. Setelah drama pukul-pukulan berakhir, Kania menangis sejadi-jadinya. Bahkan Stiven yang sedang menyetir pun harus memakai earphone agar bisa fokus berkendara.

Melvin mendesah kasar. Ia sudah tidak tahu lagi bagaimana caranya menyembunyikan semua fakta yang sebenarnya pada Kania. Tentang perjodohan. Tentang ayah-bundanya, papah-mamahnya sendiri. Dan semua perasaan yang selama ini ia pendam.

Mobil yang di tumpangi Melvin sudah sampai di bandara. Karena Kania masih tertidur, ia membopong Kania menuju jet pribadinya. Ia tidak mau Kania terbangun dan menyiksanya lagi.

Didalam jet sudah ada Vian yang sedang memainkan ponselnya. Ah ... pasti ayahnya juga mengirimkan pesan yang sama kepada saudari kembarnya.

"Vin, ada apa dengan Kania?" tanya Vian saat melihat sahabatnya berada dalam gendongan Melvin.

"Dia cuma tertidur. Mungkin kelelahan karena sehabis menghadiri pesta tadi." Melvin sengaja tidak memberi tahu Vian tentang kejadian di hotel itu.

Melvin langsung menidurkan gadis galaknya di kamar khusus yang terletak di bagian belakan pesawat. Melvin keluar dengan hati-hati. Ia takut jika gadisnya terbangun dan mengamuk lagi.

"Lalu .. kenapa dengan wajahmu? Kau habis berantem ya??" tanya Vian saat Melvin sudah duduk di seberangnya.

Melvin menyugar rambutnya. Kenapa dua sahabat ini selalu membuatnya pusing dengan pertanyaan kritis mereka.

"Hadiah kecil dari Kania." Jawab Melvin sekenanya.

Vian menyipitkan matanya. Dan Melvin menyadari itu.

"Aku capek mau tidur. Kalau kau berisik lagi aku tidak akan memberikan tas yang tadi kujanjikan!"

Melvin melirik Vian sekilas dari sudut matanya. Gadis itu sedang cemberut karena ancamannya. Sebenarnya ia dan Vian di minta ayahnya untuk mewakili sang ayah ke pesta itu karena beliau sedang ada urusan di Bali bersama ibu mereka. Namun, karena Melvin ingin berduaan dengan Kania, ia membujuk Vian untuk tidak ikut dengan iming-iming tas Hermes keluaran terbaru.

Vian yang memang sangat menginginkan tas itu pun tak bisa menolak. Sudah sejak awal peluncuran tas itu ia mendambakannya. Tapi karena harganya sangat mahal ia hanya bisa melihat foto nya dari Instagram. Huft ... benar-benar menyebalkan!!

**********