Chereads / BUKAN SUAMI SEMPURNA / Chapter 27 - 27. Pagi yang merepotkan.

Chapter 27 - 27. Pagi yang merepotkan.

Ketika Kania terbangun hari sudah pagi, cahaya sang fajar menembus dari celah-celah gorden. Ia tidak begitu mengingat kejadian semalam. Yang terakhir ada dalam ingatannya adalah ketika ia menggigit bibir pria itu.

_What the hell!!_ kenapa kalau ia teringat Melvin selalu yang terlintas di pikirannya bibir pria itu?? Kania mengusap wajahnya dengan kasar. Kepalanya agak pusing hingga ia bisa membayangkan bunyi desiran ombak di pinggir pantai. Namun, bunyi itu sangat jelas. Bahkan terlalu jelas untuk sebuah halusinasi.

Kania menyapu pandangan ke sekitar kamar. Ia merasa tidak asing dengan semua properti dikamar itu. Semua tampak seperti di ...

"HOTEL ..!!" jerit Kania panik.

Kania langsung bangkit dan berlari kearah gorden, ia menyibaknya dan itulah asal suara ombak yang sedari tadi memenuhi telinganya. Sebuah hamparan pasir putih dengan beberapa kanopi sebagai tempat bersantai. Lautnya biru menghampar sejauh mata memandang.

Kania panik setengah mati. Ia mencaki-maki dirinya sendiri karena bisa tidur dengan nyenyak sementara ia tidak berada dikamarnya sendiri. Kania memperhatikan tubuhnya, ia masih mengenakan gaun yang sama seperti terakhir kali ia sadar. Namun, itu tidak membuatnya bisa bernapas dengan lega.

Kania masih tidak tahu ada di mana ia sekarang. Kepalanya juga masih terasa sakit. Apa yang sudah dilakukan pria itu pada dirinya? Kenapa ia begitu bodoh sampai-sampai ia tidak bisa mengingat apa pun yang terjadi semalan.

Di tengah rasa khawatir dan takut. Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka. Kania memutar tubuh dan terkejut melihat siapa yang masuk.

Di sana, di depan pintu Vian tersenyum sambil membawa dua cangkir yang entah apa isinya. Ia menutup pintu dengan kakinya. Untuk pertama kalinya di pagi ini Kania bisa bernapas dengan lega. Kania merasa beruntung sebab sahabatnya ada di sini. Walau ia juga bingung bagaimana ia dan sahabatnya bisa berada di tempat ini.

"Kau baru bangun apa sudah dari tadi Ka?" tanya Vian. Gadis itu meletakkan cangkir keramiknya di atas nakas. Di sebelah kanan dari tempat tidur.

"Aku baru bangun. Dan ... sedikit terkejut karena aku terbangun bukan di kamarku. Sebenarnya kita ada dimana?"

Vian tersenyum, "Oh ... ini di minum dulu. Kau pasti haus," Vian menyerahkan cangkir yang masih mengepulkan uap panas untuk Kania. "Aku tadi sudah meminta pelayan untuk membawa makanan kesini. Jadi kita tidak perlu ke restoran untuk sarapan."

Kania mengangguk, ia menerima cangkir cantik itu. Sesaat ia menghirup aromanya, ada perasaan tenang menjalar ke seluruh tubuhnya. Ia menyesapnya sedikit. Kania memejamkan mata dan menikmati sensasi dari minuman itu.

"Bagaimana rasanya?" tanya Vian dengan tersenyum.

"Nikmat sekali ..." Ujar Kania. "Minuman apa ini? Seperti .... teh. Tapi aku tidak pernah tau kalau ada teh yang senikmat ini." Kania kembali menyesap tehnya.

"Ini teh Chamomile. Ini teh favorit keluargaku. Dan Melvin sangat menyukai teh ini."

'UHUK ...'

Kania terbatuk-batuk dengan hebat. Ia langsung menaruh kembali gelas keramiknya dengan sedikit kesal.

Melvin lagi ...

"Kau tidak apa-apa Ka?" tanya Vian cemas.

"Tidak. Aku tidak apa-apa. Cuma tehnya terlalu panas saja." Kania tersenyum di paksakan. Ia mendengus dengan sebal. Semenjak rencana pernikahan yang tak terduga itu, ia seperti terseret ke dalam kehidupan Melvin.

Entah ia yang masuk ke dalam kehidupan Melvin, atau pria itu yang masuk ke dalam kehidupannya. Ia tidak peduli. Yang jelas pria itu selalu mengganggu pikirannya. Mengacaukan hari-harinya. Dan merusak suasana hatinya seperti saat ini.

"Kau mau mandi atau sara—"

"Apa yang sebenarnya terjadi," Tukas Kania sebelum Vian menyelesaikan ucapannya, "dan ada dimana aku saat ini. Apa kau sekarang sedang bersekongkol dengan Melvin untuk menculikku??"

Vian mengerutkan alisnya. Menculik? Yang benar saja.

"Kita ada di hotel RoyalRose's lebih tepatnya ... kita ada di Bali."

_Apa di Bali??_ Kania terperanjat. Ia merasa perutnya bergejolak hebat.

"Untuk apa Melvin membawaku ke sini. Mengapa dia tidak mengantarkan aku pulang saja semalam?!?" ujar Kania sedikit emosi.

"aku juga tidak tau," Vian menghela napas berat. "Sebenarnya aku itu yang ingin aku tanyakan kepadamu. Tapi sepertinya kau pun tidak tau apa-apa."

Vian berjalan kearah balkon membuka pintu kaca dan duduk di salah satu kursi rotan. Kania mengikuti sahabatnya, ia duduk sembari membawa cangkir tehnya yang sempat ia taruh di atas nakas.

"Aku kemarin di jemput paksa sama orang suruhan papah," Vian membuka percakapan. "Saat aku telepon beliau untuk menanyai ada masalah apa ... papah hanya bilang dia ingin mengajak kami liburan di Bali bersama kau dan keluargamu."

"Keluargaku??" Kania mengernyit.

"Jadi Melvin belum memberi tau kau kalau ayah bundamu ada disini?"

Kania menggelengkan kepalanya, ia merasa semakin tidak mengerti dengan semua yang terjadi saat ini. RoyalRose's. Ayah-bunda ada apa sebenarnya??!

"Dengar Vian, aku masih bingung dengan semua ini. Penjelasanmu benar-benar tidak membuatku puas. Kalau kau tau sesuatu, lebih baik kau katakan sekarang juga!" kata Kania meninggikan suaranya, sehingga terdengar seperti sedang membentak.

Vian terkejut dengan reaksi sahabatnya, ia berkata, "Sudahku katakan aku tidak tau apa-apa!" Vian mulai meninggikan suara, ia tersinggung dengan nada bicara sahabatnya, "kau pikir, kau saja yang kebingungan. Aku juga! Bahkan aku khawatir dengan keadaan Melvin ketika dia masuk ke pesawat dengan wajah yang penuh luka!"

Vian bangkit dan berlalu meninggalkan Kania dengan perasaan kesal.

Kania memejamkan mata saat bunyi bantingan pintu sangat keras bergema dikamarnya. Ia baru saja melakukan kesalahan dan sekarang ia menyesal. Vian gadis periang yang sangat perasa. Dan Kania sama sekali tidak bermaksud untuk memarahinya, ia hanya terbawa suasana hatinya yang saat ini sedang kacau karena tidak tahu apa-apa.

Masih ingat dikepalanya kejadian malam tadi. Dimana mobil Melvin tiba-tiba saja meledak. Tidak bisa di bayangkannya jika ia sampai berada di dalam mobil itu. Ada sesuatu yang disembunyikan Melvin dan ia harus mencari tahunya bagaimana pun caranya.

Tapi pertama-tama ia harus menemui Vian dan menjelaskan bahwa ia tidak memarahinya. Kania bangkit dan berjalan ke kamar mandi. Ia akan melakukan ritual pagi terlebih dahulu. Tubuhnya terasa lengket dan ia tidak menyukainya.

Sungguh, pagi hari yang merepotkan.

**********