Melvin duduk dengan gelisah di salah satu meja bundar besar yang langsung menghadap kearah lautan. Ia dan Gea sedang berada di De Imperial – salah satu restoran eksklusif di hotel RoyalRose's, ia menunggu kedatangan ayahnya.
Dengan tidak sabar, Melvin mengetuk-ngetukkan jarinya di meja. Ia mendesah kasar saat melihat akun Instagram-nya yang penuh dengan berita-berita tentang kejadian semalam. Kabar tentang mobilnya yang terbakar membuatnya menjadi viral dalam waktu satu malam.
Gea yang berada satu meja dengannya hanya melirik sekilas dan kembali sibuk dengan macbook nya.
"Bisakah kau menghapus berita-berita ini?" Melvin menatap Gea sangsi.
Gea menghela napas, ia berkata. "Ya. Tapi Itu bukan tugasku," Lanjutnya. "Dan aku tidak ingin mengerjakan apa pun yang bukan tugasku - walaupun aku sanggup."
"Tapi aku dengar dari papah kalau kau dan tim mu yang menghapus semua jejak skandalku di Italia? Mengapa kau sekarang menolaknya??"
Gea meliriknya dengan malas, "apa telinga anda masih berfungsi dengan baik, Tuan?"
"Apa??!" Melvin tersentak saat Gea terang-terangan menyindirnya.
"Sudahku bilang, aku tidak ingin mengerjakan apa pun yang bukan tugasku," Katanya sembari menatap Melvin. "Saat itu aku dan tim ku ditugaskan untuk melenyapkan berita-berita skandal anda. Jadi aku melakukan yang terbaik untuk tugas yang diberikan Presdir."
"Baiklah sekarang aku menugaskanmu untuk menghapus berita-berita ini – aku risih melihatnya." Ucap Melvin sembari menunjuk layar ponselnya.
"Maaf, aku hanya menerima perintah dari pemimpin Adipati."
"Ya aku tau," ujar Melvin, "dan aku pewaris sah nya. Jadi kau harus mematuhi semua perintahku – sama seperti kau mematuhi perintah ayahku."
"Baru calon." Gea menutup macbook nya, "dan itu masih jadi pertimbangan tetua. Bisa saja ia berubah pikiran dan menggantikan anda dengan kandidat yang lebih baik lagi."
Pintu masuk De Imperial terbuka sesaat sebelum ia membalas ucapan Gea. Melvin mendengus sebal ke arah Gea. Gadis itu ternyata lebih keras kepala di banding yang ia duga. Sebenarnya Melvin sudah menduga kalau Gea akan menolak perintahnya. Tapi ia tidak menduga jika gadis berkuncir kuda ini akan mengeluarkan kata-kata pedasnya. Sama pedasnya dengan Kania.
Melvin berpikir, apakah semua gadis cantik memiliki mulut yang pedas?
Ia mengalihkan pandangannya ke arah pintu masuk. Dia sana ada papahnya – Surya Adipati Dispenza – bersama ayah Haryo. Mereka berjalan berdampingan di ikuti Hendrick dibelakannya.
Melvin berdiri menyambutnya dengan mencium tangan kedua pria paruh baya itu, sementara Gea menundukkan kepalanya, memberi hormat.
"Apa saya membuat kalian terlalu lama menunggu?" Kata Pak Surya, sembari menarik bangku, ia duduk di sebelah Melvin.
"Tidak Tuan," jawab Gea, "tidak terlalu lama dan tidak terlalu cepat. Anda selalu tepat waktu seperti biasanya."
Melvin mengabaikan pertanyaan ayahnya. Ia menatap lekat-lekat Pak Haryo yang duduk bersebelahan dengan Gea. Melvin bingung ia harus mengenalkan Gea sebagai apa. Sebagai ajudannya atau sekretarisnya? Atau ... sebagai anggota CIRCLE? Ini pertama kalinya dia bertemu Gea. Dan Melvin yakin jika calon mertuanya ini bingung dengan gadis yang saat ini duduk satu meja dengan mereka.
Seperti tahu apa yang dipikirkan Melvin, Pak Haryo menyeringai.
"Tidak perlu khawatir Melvin, saya sudah tau siapa Gea dan beberapa anggota CIRCLE lainnya."
Melvin tersentak, ia tidak tahu jika Pak Haryo sudah tahu tentang CIRCLE. Waktu itu ayahnya mengatakan tidak ada yang mengetahui keberadaan CIRCLE selain mereka berdua, pun Hendrick asisten ayahnya. Lantas mengapa calon mertuanya mengetahuinya? Bahkan dia sudah mengenal siapa Gea. Melvin semakin bingung jadinya.
"Haryo sudah mengetahui CIRCLE jauh sebelum kamu lahir Melvin," kata Pak Surya, "itu sebabnya hanya ada kita berlima di restoran ini."
Melvin mengangguk walau ia masih bingung.
"Apa Kania dan bunda juga mengetahui tentang CIRCLE?" tanya Melvin.
"Tidak," jawab Pak Haryo, "orang luar yang mengetahui CIRCLE hanya saya, Melvin. Itu karena saya sudah bersahabat dengan Surya dari kecil, bahkan saya mengenal kakek mu dulu."
Mata Melvin terbuka sempurna. Ia baru mengetahui jika persahabatan kedua orang ini jauh lebih erat dari yang bisa ia bayangkan.
"Kita sarapan dahulu – setelahnya kita bisa berbincang-bincang," kata Pak surya.
Melvin mengangguk. Sesaat kemudian para pelayan membawakan buku menu untuk kelima orang itu. Melvin melihat-lihat isi buku itu. Semuanya tampak menggugah selera. Mulai dari Continental breakfast, English breakfast, sampai American breakfast, dan beberapa menu tradisional Indonesia.
Melvin memilih untuk memesan Continental breakfast. Selain menunya yang simpel, Melvin tertarik karena ini menu favorit gadis pujaannya, Kania. Ia ingin mendekati gadis itu dari sudut pandangnya. Agar ia terbiasa ketika ia menikahinya nanti.
(Continental Breakfast adalah jenis breakfast yang paling sederhana, Continental breakfast pada mulanya di lakukan oleh hotel Eropa dan Irlandia. Biasanya terdiri dari beberapa macam roti, seperti croissant, baguette, frech toast atau brioche (dengan olesan butter, cokelat, dan marmalade), jus buah atau buah potong. Sedangkan minumannya berupa kopi, teh, susu atau cokelat hangat.)
Beberapa saat kemudian pesanan mereka tiba. Seperti biasa Melvin langsung menyantap sarapannya dengan lahap. Pak Haryo dan Pak Surya terlihat memilih menu Indonesia, nasi tumpeng dengan beraneka lauk pauknya. Gea memilih menu yang sama dengan Melvin karena ia tidak terlalu suka makan berat di pagi hari. Sedangkan Hendrick?
Pria ini hampir seumuran dengan ayahnya, badannya agak gemuk dengan rambut pendek yang sudah memutih, janggut tipis yang berwarna senada dengan rambutnya, dan ada luka gores di dihidungnya. Ia meminta izin untuk pisah meja karena dia lebih memilih kopi hitam panas sembari menghisap cerutunya.
_Dasar kakek tua!_ gerutu Melvin dalam hati.
Setelah kelima orang itu menghabiskan sarapannya. Pak Surya membuka percakapan. "Apa kamu sudah melihat beritanya di televisi?" Tanya nya kepada Melvin.
Melvin menyesap kopinya sedikit, "belum. Tapi aku sudah mengetahuinya lewat sosial media."
Pak Surya menghela napas,
"Sekarang semua wartawan sedang memburu keluarga kita," kata Pak Surya, "khususnya kamu dan Kania."
"Jadi itu sebabnya," kata Melvin, "Papah menyuruh aku dan Kania kesini?"
"Sebenarnya ... " tukas Pak Haryo, "saya yang meminta agar Surya membawa kalian kemari, Melvin."
Kedua alis Melvin menyatu, bingung, "Apa Maksud Ayah??"
**********