Chereads / antara CINTA atau UANG / Chapter 23 - Harta karun

Chapter 23 - Harta karun

Lia tak sadar sudah berjalan berapa jauh, tau tau dia sudah menepi di gang sempit tak jauh dari rumah dia tinggal. Gadis itu menghela nafas. Dia kembali ke rumah.

"Entahlah, kaki ini membawa diriku ke rumah.." lirih Lia, dia mempercepat langkah dan tiba di rumah. Kali pertama yang Lia lakukan adalah mengisi daya baterai handphone nya yang mati total. Dia harus mengabari lexi. Begitu pikir lia.

Gadis itu meraih handuk. Dia harus mandi terlebih dahulu, untuk menyegarkan pikiran sebelum mencari apa yang bisa di jual untuk pengobatan bibi. Beberapa saat Lia menghabiskan waktu di kamar mandi. Tak begitu lama karena pikiran Lia terus saja ke rumah sakit.

"Skuter yang pertama aku jual. Lalu mencairkan tabungan untuk pendidikanku.." lirih lia. Gagal lagi rencananya untuk melanjutkan pendidikan lebih tinggi. Sepertinya rencana Lia untuk kuliah akan terkubur begitu saja. Semakin dia berusaha dan bekerja keras, semakin dia banyak kebutuhan. selalu ada saja hal mendesak yang tak mungkin Lia abaikan, apalagi perihal bibi.

Lia mencari sesuatu dalam lemari pakaiannya. Apapun, apapun yang berharga, harap Lia. Dia tak menemukan apapun sesuai yang dia tahu. Gadis itu kesal sendiri. Dia berganti pakaian, menggunakan kaos oblong dan celana jeans. Dia mengacak acak seisi kamar. Mencari sesuatu yang bisa di jual dan dijadikan uang, setidaknya bisa menambah bekal selama di rumah sakit. Tapi percuma, Lia bahkan tahu setiap sudut isi rumah. Dia mana mungkin menemukan hal berharga di sini, tak ada satupun perhiasan atau uang lupa yang di tabung secara tak sadar. Ayolah Lia, memangnya kau pemburu harta Karun. 

Lia duduk di tepi ranjang, ah dia sepertinya butuh waktu tidur. Tapi tidak sekarang. Dia harus melunasi deposit rumah sakit.

Lia segera merapikan kembali kamarnya yang berantakan, seadanya saja. Dia menarik seprai, karena terlalu bertenaga, Lia malah mengangkat sudut kasur tipis kamarnya. Gadis itu membulatkan mata tatkala ada sebuah kotak kecil di bawah sana. Di kepalanya ada tanda tanya.

Dengan dada berdebar Lia meraih kotak kecil dari bahan kulit itu. Dia tak bisa membayangkan apa isi kotak itu. Dengan tangan ragu, Lia meraih kotak kecil dan membuka tutup ya perlahan.

Mata gadis itu membesar, tidak mungkin! Dia menutup mulutnya yang terbuka. Apa ini? Apa ini ilusi atau fatamorgana. Lia menyentuh benda berkilau di dalam kotak. Ini kotak perhiasan! Ya, perhiasan emas dengan beberapa batu kecil berkilau. Diamond?

"Tidak mungkin. Aku jangan berharap banyak. Jangan sampai aku lupa kenyataan. Aku setidaknya harus ke kios depan untuk mengecek apa ini asli atau imitasi.." gumam Lia tak mau senang dulu. Tapi mau bagaimanapun perasaan risaunya mendadak berubah gugup. Ya, dia begitu berharap benda ini bukan imitasi sehingga dia bisa membayar biaya rumah sakit.

Lia meraih benda itu dan menggantungkan pada telapaknya, kalung, cincin dan gelang. Cukup berat. Pasti mahal jika ini bukan imitasi. Dan sebuah surat kecil.

"Sevilla, Mau,02 2008.." Lia mentautkan alis. Apa itu tahun kelahirannya? Dia yakin itu tanggal lahirnya. Dia memiringkan kepala tak paham.

"Dan sebuah alamat lengkap?" Lia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Sebuah alamat di Sevilla. 

"Sevilla? Kota modern di ujung pulau?" Lia tak mengerti. Ada apa disana. Ah sudahlah. Dia akan memikirkan itu nanti. Sekarang dia harus membawa benda ini ke kios depan. Tetangganya yang menerima barang loak dari yang tak berharga hingga yang sangat berharga, Lia harus mengecek keaslian perhiasan ini.

Lia menaruh kotak dan tulisan di bawah kasur. Dia mengantongi perhiasan. Gadis itu segera beranjak.

"Ah, sebentar!" Ujarnya seperti orang linglung. Dia kembali membuka kasurnya dan mengambil catatan dalam kotak kulit tadi. Lia menyimpan di saku yang lain.

"Sepertinya aku harus mengatakan pada si alamat ini jika aku meminjam perhiasannya.." ujar Lia lirih dan mengangguk yakin. Dia segera berlari keluar rumah, dia tak punya banyak waktu untuk pelunasan deposit rumah sakit. Cepatlah Lia!

Di kios barang bekas keluarga Louise, pria berambut gimbal dengan kulit hitam, mata yang jernih dan rentetan gigi putih seperti melakukan perawatan Bleaching.

Lia masuk dengan ragu, keluarga Louis yang sedang menikmati burito.

"Lia, ayo masuk! Bagaimana kabar bibimu, ku dengar mereka membawanya ke rumah sakit?" Lia mengangguk. Nyonya Louise terlihat prihatin.

"Duduk, dan makanlah dulu. Apa kau mau burito?" Lia ikut masuk dan mengangguk lagi. Nyonya Louise menuangkan minuman rempah, menengah kan acar dan sebuah burito di piring.

"Terima kasih nyonya" ya, Lia memang sangat lapar. Gadis itu meraih minuman hangatnya terlebih dahulu.

"Apa tuan Louise ada?"

"Ya, dia sedang di belakang" tunjuk nyonya Louise ke belakang rumah. Ya daripada rumah kediaman yang menyatu dengan kios ini terlihat seperti gudang, bongkahan barang usang dan tumpukan barang bekas di setiap sudut luar rumah.

"Aku mendengar suara gadis cantik, dan ternyata ada dirimu. Apa kabarmu nak?" Tuan Louise ikut bergabung. 

"Baik pak, tapi keadaan bibi belum juga membaik"

"Aku turut prihatin"

"Terima kasih.." Lia merogoh sakunya dan ragu mengeluarkan penemuannya tadi.

"Mmm.. pak, bisa tolong aku."

"Apa itu?" Tanya tuan Louise menautkan alis penasaran.

"Jika itu uang kau tau Lia, kita tak jauh berbeda" balas nyonya rumah menolak terlebih dahulu. Saat sulit pasti uang yang selalu jadi masalah. Begitulah pikir nyonya Louise. Lia menggeleng. Keduanya lega.

"Lalu apa?" Lia memberanikan diri menarik isi sakunya.

"Bisa kau memeriksa barang ini, apa ini asli atau palsu?" Tanya Lia dengan wajah gugup. Suami istri itu saling bertukar pandang.

"Dari mana kau dapat semua ini?"

"Kau tak melakukan hal nekad kan?" Todong nyonya rumah. Lia menggeleng cepat, sementara tuan Louise segera meraih barang dari tangan Lia, dia mengambil timbangan dan alat cek logam berikut sebotol cairan. Dia akan memeriksa secara manual saja.

"Dari mana kau dapat semua itu!" Nyonya Louis Masi penasaran. "Kau tak melakukan hal konyol kan! Bibimu akan kecewa nanti!" Lia menggeleng. Dia sendiri tak bisa jujur, tapi pertanyaan nyonya Louise menuntut jawaban.

"Aku meminjamnya dari seseorang yang kaya. Tapi dia memberi begitu saja, hingga aku ragu. Aku kesini ingin memastikan apakah dia benar benar baik atau.."

"Dia benar baik!" Sambar tuan Louis.

"Apa itu artinya?"

"Benda ini asli! Kau harus menjualnya dengan sertifikat. Apa kau mendapatkan sertifikatnya?" Lia terlihat bingung. Melihat wajah bingung Lia, Louise bisa paham.

"Kalau kau tak punya sertifikat mungkin harganya sedikit lebih murah.."

"Berapa pak, berapa harga benda itu bisa terjual?"

"Yaa.. mungkin sekitar.." tuan Louise berusaha berpikir dan menghitung cepat. Lia menanti dengan menggigit buritonya. Nyonya rumah juga penasaran. Benda itu terlihat mewah dan mahal.

"Mungkin sekitar 75.000 hingga 85.000 dolar.."

Pluuk!!

Burito di tangan Lia terjatuh lagi ke piring. Kedua wanita di sana kompak berdiri tak percaya.

"Apa kau sedang gila? Memangnya ada benda semahal itu?" Tuding nyonya Louis tak percaya. Lia mengangguk setuju.

"Itu tidak salah?"

"Tentu saja, jika kau memiliki blue diamond langkah.."