Lanjut yang kemaren dulu, nanggung…
Warning: hot scene, ati ati. Tidak menanggung sebab akibat! Harap bersabar ini ujian. Boleh praktek asal sama pasangan resmi ya.. dan lain lain otor ga bertanggung jawab. Kan udah pada gede ini!!
Mariah meraih tengkuk Lexi dengan berjinjit. Dia sudah melepas high heel nya sebelum mereka berdua jatuh ke atas kasur kamar. Dan ternyata kamar ini sudah lama tak berpenghuni. Jadi terkesan gelap dan sedikit lembab. Tak apalah. Itu justru mendukung sekali.
Lexi melepaskan pakaian ketat Maria. Gadis ini mengenakan bra silikon tempel, pria itu dengan cepat melepaskan penutup dua gunung Mariah. Tak mau mengulur kesempatan, pria itu segera mengecap nipple yang tbangkit tegang hanya dengan sentuhan lembut bibir Lexi. Pria itu mengangkat kepala sejenak.
"Sudah kubilang kau kesepian.." gumam Lexi membuat Mariah mengangguk lemah.
"Terserah apa katamu" balas Mariah menikmati kecupan Lexi di gunung kembarnya. "Lakukan saja sebaik mungkin" lirih Mariah lagi.
"Tentu saja!" Balas Lexi percaya diri. Pria itu memainkan jarinya, bergantian dengan lidah yang bermain main, membuat Mariah terus bergumam dan menggeliat tak jelas. Itu belum apa apa. Lexi menurunkan lidahnya menelusuri tubuh raming Mariah, sementara tangannya sibuk membuka kancing jeans Rebel yang Mariah kenakan. Seiring kancing yang terbuka disusul kecapan basah lidah Lexi, Mariah tak henti bergelinjak geli.
"Aaah, tidak! Jangan seperti itu!" Gumam Mariah berusaha mengeluarkan suara. Kau bisa berkata seperti itu tapi apa arti tarikan kasar telapakmu pada kepalaku.
"Jangan katakan itu jika kau menikmatinya!" Balas Lexi kembali menaikkan kepala. Dia menyambar bibir Mariah sekali lagi. Mengecap setiap rongga di mulut wanita yang terus saja bergerak tak jelas di bawah tubuhnya. Mariah terus menelusuri tubuh atletis Lexi dengan telapak tangan dan mata tertutup. Dia tak sanggup menikmati semua serangan bertubi tubi dari Lexi. Tepat seperti dugaannya , Lexi memang mahir.
"Ini belum apa apa.." bisik Lexi menyukai reaksi Mariah. Pria itu mengecap dalam bibir Mariah, menelusuri wajah gadis itu dengan ujung lidahnya, dia mendaratkan kecupan dan gigitan kecil diantara dada Mariah membuat noda merah, bukan hanya satu, dua atau tiga. Berkali kali. Membuat gadis di bawahnya terus menerus memainkan kaki naik turun. Sesekali dengkul Mariah menyentuh tongkat keras milik Lexi yang siaga penuh. Tapi nanti dulu, pemanasan masih belum usai.
Lexi membalik tubuh Mariah. Kali ini bagian punggung yang mendapat rangsangan, gadis itu terus bergumam lirih dan tak jelas, dia terlalu menikmati serangan ganas Lexi. Shit, ini terlalu memabukkan!
Lexi melepas cepat celana Mariah, dan wanita itu mengenakan thing saja. Wow! Pria itu tak perlu menunggu waktu, dia menggigit gemas bagian bokong Mariah yang sintal, menggigit dan mencubit hingga berkali kali, membuat panggul Mariah terus bergerak naik turun. Pria itu memainkan jarinya, mencari tempat basah lembab dan hangat. Dengan jarinya dia mulai bergerilya lebih berani, mencari titik paling nikmat wanita yang sudah tak bisa lagi mengontrol diri.
"Aaaiiihh.." teriakan Mariah tertahan.
"Teriakan saja.." ujar Lexi membuat Mariah melepaskan suaranya sambil menarik kasar seprai penutup kasur. Dia mengangkat bokong dan terus bergerak mendapatkan gerakan semakin dalam dari jari jari Lexi yang kokoh. Hanya dengan jari saja membuat Mariah hampir gila dia semakin tak sabar. Gadis itu bangun dan mengangkat punggung, dia meraih leher Lexi dan bertumpu dengan lengannya. Dengan penuh gairah dan erangan bibir Mariah menyambar bibir Lexi. Berciuman panas dan berperang lidah.. teruslah bergerak dan mengerang.
"Jangan terlalu lama mempermainkanku.." lirih Mariah sudah tak sabar lagi.
"Katakan sesuatu agar aku menuruti kemauanmu.." ancam Lexi bermain main.
"Kau gila ya!" Dengus Mariah dengan wajah kesal. Tapi daripada kesal itu adalah wajah yang sudah on points Mariah. Berapa lama kau tak mengeluarkan semua gejolak ini. Kau terlihat berbahaya.
"Ayolah tampan.. segera masuk ke dalam diriku.."
"Katakan lebih baik lagi.." pintu Lexi mempercepat ritme tusukan jarinya, kini dua jari bergabung.. membuat sentakan Mariah kian terasa. Gadis itu tak bisa menahan posisi lagi, kalau saja dia tak melingkarkan tangan pada leher Lexi mungkin dia sudah roboh di kasur.
"Ayolah tampan.. aku mohoon.." Lexi tersenyum mendengar suara lirih Mariah.
Pria itu membuka celananya dengan cepat. Dia menarik bokong Mariah dan mengatur posisi paling strategis. Pria itu sekali lagi memastikan jalan licin yang akan dia lalui.
Mariah masih enggan melepaskan ciumannya. Dia menggigit gemas bibir Lexi hingga terluka. Rasanya asin, tapi dia menikmatinya.
"Bersiaplah!" Lexi memberi ancang ancang, dia bersiap memasuki rongga sempit milik Mariah.
"Aaakkh!!" Teriak gadis itu melepaskan rangkulannya, dia bertumpu diantara dua siku dan roboh di atas kasur.
Akh, rasa penuh dan tajam di bawah sana membuat Mariah terus berteriak dan menggigit seprai. Dia tak bisa menahan betapa nikmat dan lihai Lexi mengolah dirinya.
Plaak!!
Lexi memukul gemas bokong Mariah hingga meninggalkan bercak merah.
"Aakhh!!" Meski Mariah berusaha menahan teriakan lagi dan lagi dia gagal. Ada saja tingkah Lexi yang membuat Mariah berteriak lepas.
Lexi mempercepat ritme, bergerak naik turun dan sedikit berputar. Dia mengangkat satu kaki Mariah, bertumpu pada panggul nya. Menikmati jepitan sempit daging kenyal gadis yang sudah di ambang batas ini.
"Lexi.. aku sudah selesai.. aku hampir selesai.." lirih Mariah tak sanggup lagi. Dia memutar tubuh dan Lexi mengikuti saja. Kali ini dia bisa melihat wajah lemah Mariah. Lexi merasa menang. Dia mengangkat tubuh Mariah masuk ke dalam dekapannya.
"Sebentar lagi.." pinta Lexi, dia juga sudah hampir sampai. Lihatlah wajah cantik yang merah ini. Lexi mengawasi rambut Mariah hingga dia bisa melihat jelas ekspresi lepas wanita dalam dekapannya ini. Lexi mempererat pelukan dan semakin mempercepat ritme.
One
Two
Three
Lexi melengguh dan menarik tongkatnya bersamaan dengan teriakan manja Mariah. Ups sorry, seprai ini seketika ternoda. Mariah tak peduli, dia merebahkan punggung ke kasur. Hampir saja mereka lupa.
"Sorry, aku melewatkan pengaman!" Ujar Lexi menggaris senyuman. Pria itu ikut naik, merangkak di atas tubuh Mariah yang roboh. Keringat jelas membasahi wajah keduanya. Detak jantung yang berdegup kencang sehingga bisa mereka dengar bersama.
Lexi menurunkan kepalanya, sekali lagi menyambar bibir Mariah, tak menolak wanita itu meraih kepala Lexi dan membalas kecupan singkat pria tampan dengan bola mata bersinar di depan wajahnya ini.
"Apa kau mau jadi kekasihku?" Tanya Mariah. Lexi menggeleng.
"Tidak, aku hanya akan menjadi pekerjamu.." Mariah tertawa sinis.
"Kalau begitu patuhi apa kata bos mu!" Lexi tertawa kecil.
"Apapun itu!" Balasnya penuh arti.
"Ya apapun! Meski aku menyuruhmu menyelinap dan masuk ke kamarku saat siang hari?" Lexi mengangkat bahu, menganggap sepele ucapan Mariah.
"Atau membersihkan tubuhku setelah bercinta?" Lexi mengangkat bahu lagi.
"Atau melanjutkan ke sesi berikutnya.." Lexi mendaratkan kecupan lagi.
"Apapun, asal kau menginginkannya.." balas pria itu menenggelamkan kepala di sisi Mariah.
Apapun. Selama Lexi bisa hidup enak. Selama Mariah membayar dirinya. Dan dia bisa menikmati malam hangat bersama wanita seksi ini. Apapun, selama Lexi bisa menumpang hidup. Dan dia berjanji tak akan kembali ke gubuk itu lagi!