"guruu, ruuuu, ruuuu (masih banyak reruntuhan disekitar kita)" ucap Harpic.
"benarkah, bisakah kamu mengantarkan kami," semangat ridho, ketika mendengar bahwa masih banyak reruntuhan disekitar mereka.
"-cukup kak,!!!!! mungkin bisa lain kali kita datang kemari lagi, kita patut bersyukur akan apa yang telah kita temukan hari ini, itu sudah lebih dari cukup," bentak Arman yang merasa kesal melihat kakaknya yang seperti itu.
"ehh,!!!! baiklah kalau seperti itu, aku hanya bisa ngikut saja," ucap ridho seraya menundukkan kepalanya.
"ayo Harpic, kita mulai jalan," pinta Arman.
"Guruuu,!!!" angguk Harpic.
Mereka lantas naik keatas punggung Harpic dan meninggalkan reruntuhan kuno tersebut.
Terbang diatas ketinggian 500 meter dengan kecepatan sedang sambil menikmati pemandangan hutan terlarang, terlihat beberapa Reruntuhan kuno yang terletak di area 11-15. Melihat hal itu membuat ridho merasa sangat sedih, namun dia juga harus memikirkan adiknya, dia tidak boleh egois.
Banyak hewan buas yang melihat mereka terbang, namun kebanyakan juga hewan buas tersebut hanya bisa menghindar dari mereka, itu dikarenakan mereka sedang bersama Harpic.
"hei kawan, apakah masih jauh,?" tanya Arman kepada Harpic.
"Guruu," angguk Harpic.
"oh gitu yah,"
"guruu,"
------
Kota Penajam, Guild Petualang Badik Merah, seorang prajurit berbaju zirah berwarna merah darah serta terdapat sebuah pedang menggantung di pinggangnya sedang menatap kosong jalanan kota Penajam yang dipenuhi oleh para petualang.
Prajurit itu adalah Fajar anak dari pemimpin Guild Petualang Badik Merah. Fajar tengah menunggu pamannya yaitu Sukri wakil pemimpin Guild Petualang Badik Merah.
"apa yang paman ingin bicarakan denganku, dari kemaren aku menunggunya, namun sampai sekarang juga dia tidak bisa ditemui," keluh Fajar.
Tak lama kemudian masuk seorang wanita dan menyapa fajar,
"apa yang anda lakukan disini tuan Fajar,?" tanya seorang wanita cantik yang merupakan salah satu pegawai guild milik ayahnya.
"oh tidak apa-apa, aku hanya menunggu paman Sukri disini," jawab Fajar seraya mendekati wanita tersebut.
Wanita itu bernama salsa, dia sangat cantik dan seksi, ditambah lagi dengan payudaranya yang sangat besar membuat Fajar ingin menggodanya.
"apakah kamu sibuk hari ini salsa,?" tanya Fajar seraya mendekati wanita itu yang sedang duduk dimeja untuk merapikan beberapa berkas para petualang.
"hari ini aku sedang shift sore, kekantor hanya untuk menyiapkan beberapa berkas para petualang serta beberapa permintaan misi dari para pelanggan, emangnya ada apa yah tuan," tanya salsa sambil memainkan rambut panjangnya yang berwarna merah muda dihadapan Fajar.
"oh begitu kah, gimana kalau kamu temani aku makan siang hari ini, aku sudah sangat lapar menunggu paman Sukri yang tak kunjung datang," ajak Fajar.
Mendengar ajakan itu lantas membuat salsa berdiri dan mendekati fajar seraya berkata,
"sepertinya hari ini tuan Sukri tidak bisa ke guild tuan, itu karena dia ada pertemuan di istana dengan para bangsawan lainnya,
"kalau masalah makan siang sih, aku boleh saja, apalagi makannya dengan tuan Fajar yang gagah berani," goda salsa.
"benarkah,?" tanya Fajar sambil menarik salsa lebih dekat dengan dirinya sehingga dia bisa memeluknya.
"sungguh tuan, aku sangat ingin makan bersama tuan," goda salsa sambil memainkan jarinya di lengan fajar.
"baiklah kalau gitu, sekarang kita ke sebuah restoran di ujung jalan guild ini," ajak Fajar.
"loh bukannya itu sebuah penginapan yah tuan, jangan-jangan tuan kecil yah yang ingin makan siang, hehehe," goda salsa sambil menurunkan tangannya dan memegang tuan kecil milik fajar.
"hahaha, kamu tahu aja, gimana berani tidak makan siang denganku," tantang fajar.
"siapa takut, aku juga ingin merasakan kejantanan tuan kecil ini," jawab salsa serasa mengelus tuan kecil milik fajar.
"mari kita berangkat sekarang,"
"baik tuan,"
Mereka berdua lantas keluar dari ruangan wakil pemimpin Guild dan turun kebawah untuk keluar melalui pintu keluar, namun suasana dibawah sedang sangat ramai. Banyak petualang yang ingin mengambil sebuah misi dan menyerahkan setoran misi mereka, serta ada juga yang menjual berbagai bahan buruan mereka di toko guild.
Fajar dan salsa lantas berjalan ditengah mereka tanpa memperdulikan mereka, namun mereka menjadi perhatian bagi para petualang, apalagi untuk salsa yang terkenal dengan kecantikan dan keseksian tubuhnya, sehingga banyak para petualang yang ingin mengajaknya berkencan.
"hai salsa, kenapa kamu mau kencan dengan pria itu, dia tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kami, hahaha," teriak salah seorang petualang yang sedang duduk menikmati segelas bir.
"-itu benar salsa, mending kamu bersama kami, dijamin puas dengan pelayanan yang kami berikan," timpa teman petualang yang lain.
Mendengar hal itu membuat salsa jadi merasa jengkel, selama ini dia telah menunggu waktu yang tepat untuk menggoda fajar namun kini dia dihalangi oleh beberapa bajingan.
"asal kalian tahu, tuan Fajar jauh lebih hebat dari kalian, dia seorang prajurit istana, sedangkan kalian hanya petualang rangking C, sangat jauh dibandingkan dengan tuan Fajar," protes salsa sambil mendatangi meja Petualang yang menghina dirinya, sedangkan fajar hanya diam saja dan memilih untuk tidak ikut campur, karena bagi dirinya mereka hanya tikus kecil.
"aku akan menunggumu di sana," ucap fajar seraya meninggalkan salsa dan lantas keluar dari dalam Guild, setelah itu mengambil kudanya dan menuju ke penginapan ujung jalan guild.
"t------tunggu tuan,!!!!" teriak salsa melihat Fajar meninggalkan dirinya dan keluar dari dalam Guild.
"ini semua karena kalian, jangan harap aku mau bicara dengan kalian lagi, paham itu," ancam salsa, setelah itu dia mengejar fajar layaknya mengejar sang pangeran berkuda.
Hal itu justru membuat para petualang lainnya malah tertawa melihat tingkah laku salsa yang menurut mereka sangat menjijikkan.
-------
Matahari tengah berada ditengah-tengah langit yang menandakan waktu sudah tengah hari, tak lama lagi Arman dan ridho tiba di ujung hutan terlarang dan melanjutkan menuju kearah desa sepaku tempat Rasyid sahabat guru mereka tinggal.
"sepertinya kita sudah dekat kak, tuh lihat disana ujung hutan terlarang ini," teriak Arman seraya menunjukkan ujung jalan dari hutan terlarang.
"iya man, akhirnya kita bisa meninggalkan hutan ini, hehehe,"
"iya nih, semua berkat dirimu kawan," ungkap Arman seraya mengelus kepala Harpic.
"Guruuu," senyum Harpic.
Karena sudah dekat dengan ujung jalan hutan terlarang maka Arman meminta kepada Harpic untuk terbang lebih rendah agar tidak menarik perhatian petualang yang sedang melakukan misi atau menguji kemampuan mereka didalam hutan terlarang.
"terbang yang lebih rendah lagi kawan, aku tidak ingin menarik perhatian yang lain," pinta Arman sambil memegang kepala Harpic.
"guruu," angguk Harpic yang segera terbang lebih rendah atas permintaan Arman.
"kita sudah sangat dengan man, dan disini juga merupakan area paling aman yaitu area 1-5, gimana jika kita berjalan kaki saja hingga ujung jalan,
"hitung-hitung kita juga bisa mengumpulkan hewan buas untuk kita jual nanti," usul ridho kepada Arman, sebenarnya ridho hanya ingin berjalan kaki saja, dia tidak tahan lagi berada di udara, rasanya ingin muntah.
"baiklah jika begitu kak," setuju Arman atas usul yang diberikan oleh ridho.
Arman lantas meminta Harpic untuk turun kebawah dan melanjutkan dengan berjalan kaki,
"ayo kawan kita turun kebawah saja dan melanjutkan dengan berjalan,"
"guruu," angguk Harpic sambil menukik turun kebawah.
Setibanya di darat mereka lantas turun dari punggung Harpic dan melanjutkan dengan berjalan kaki, awalnya banyak monster dan binatang buas yang menanti mereka namun karena Harpic bersama mereka maka monster dan hewan buas lebih memilih untuk menghindari mereka.
Ridho menyadari akan sesuatu,
"kamu menyadari sesuatu tidak man,?" tanya ridho.
"apa itu kak,?"
"kita sudah berjalan dari tadi, namun tidak ada satupun monster atau hewan buas yang datang menghampiri kita, apa mereka takut dengan aura kita yah,?"
"hahaha, mereka bukan takut dengan kita kak, tapi dengan Harpic," tawa Arman yang melihat ridho yang sedang kebingungan tidak melihat kemunculan monster dan hewan buas lainnya.
"oh iya yah, aku lupa kalau Harpic berada di level 13 atau hewan buas kelas A, hahaha," tawa Ridho yang melupakan bahwa Harpic merupakan hewan buas tipe S.
Tak lama kemudian mereka akhirnya tiba diujung jalan pintu keluar hutan terlarang, didepan terdapat tanah lapang yang ditumbuhi oleh rumput ilalang serta aliran sungai yang berasal dari air terjun didalam hutan terlarang.
"akhirnya kita tiba diujung hutan ini, terimakasih kawan sudah menemani kami dan menunjukkan jalan keluar hutan terlarang," ungkap Arman sambil memeluk erat Harpic yang sedang berdiri tepat disampingnya.
"iya nih, terimakasih yah Harpic, kalau tidak ada kamu, kita berdua bisa-bisa mati dibunuh oleh hewan buas atau monster yang ada di area 11-15," ucap ridho kepada Harpic.
"Guruu, ruuu, ruuu (aku juga senang bisa membantu kalian)" senyum Harpic kepada Arman dan ridho.
"gimana kalau sekarang kita berkemah di batu karang disana sambil makan siang," usul Arman.
Sontak ridho dan Harpic langsung teriak bahagia ketika mendengar makan siang,
"Setuju sekali,!!!! iya kan Harpic,??" tanya ridho kepada Harpic namun apa yang ridho lihat malah membuatnya tertawa, itu karena air liur Harpic menetes membasahi rerumputan yang hijau, serta matanya yang berubah menjadi gambar daging panggang.
"HAHAHAHAHA,!!!!!!" tawa Arman dan Ridho melihat Harpic yang meneteskan air liurnya.