"kenapa kalian bengong dan kaget seperti itu,?" ucap paman Rasyid ketika melihat mereka bertiga bengong dan terdiam.
"tidak apa-apa kok paman,!! iyakan man, wan,??" jawab Ridho sambil memberi kode kepada Arman dan Irwan.
"eh iya paman,"
"iya guru, tidak apa-apa kok,"
Paman Rasyid lantas menatap mereka lagi sambil mengangkat gelasnya yang berisi bir dan meminumnya, diapun berkata,
"aku kira kalian takut karena tiba-tiba aku memukul meja dan tertawa, hahaha"
"tidak mungkinlah paman, kami tahu kok kalau paman cuman bercanda, hehehe" jawab Ridho seraya menelan ludahnya karena takut menyinggung paman Rasyid.
Paman Rasyid lalu menjelaskan prihal kenapa dia tertawa,
"tadi paman tertawa karena tiba-tiba paman teringat tentang seorang anak kecil yang berambisi sama seperti dirimu dho,!!?! dia sangat berambisi untuk menjadi seorang blacksmith yang terkenal dan menciptakan berbagai macam alat sihir lainnya ...." ungkap paman Rasyid sambil memandang atap langit rumahnya.
"..... kini anak itu berhasil mewujudkan impiannya, namun sampai detik inipun dia belum bisa menciptakan sebuah senjata grade S, itulah harapan terakhirnya,"
Irwan sangat tahu siapa anak kecil yang paman Rasyid maksud, yaitu dirinya sendiri. Sejak umur 5 tahun paman Rasyid sangat menyukai senjata, tak jarang dia berkeliaran sendiri di pasar atau pergi kesebuah bengkel blacksmith milik pamannya.
Rasyid kecil mulai belajar tentang menempa dimulai dari umur 5 tahun, dia diajarkan oleh pamannya, alat pertama yang dia ciptakan adalah sebuah pisau dapur yang digunakan untuk memotong daging hewan.
"(...)"
Ridho sangat penasaran dengan cerita dari paman Rasyid, dia tak sabar ingin mengetahui siapakah anak kecil tersebut,
"---- siapa anak kecil itu paman,?" tanya Ridho yang penasaran.
"kamu tidak usah tahu siapa dia,!!! tapi yang perlu kamu tahu, kamu sangat mirip dengannya,!!! paman berharap kamu bisa melebihi anak kecil tersebut," ungkap paman Rasyid dengan wajah yang serius sambil menopang dagunya dengan kedua tangannya.
Ridho merasa kecewa akan jawaban yang telah diberikan oleh paman Rasyid, namun dia yakin anak kecil itu adalah paman Rasyid sendiri. Dia juga sangat bangga karena paman Rasyid berharap padanya agar bisa melebihi sang anak kecil tersebut.
"baik paman,!!! aku akan berjanji pada paman bahwa suatu saat bisa melebihi anak kecil tersebut,!!!" ungkap Ridho dengan tatapan yang penuh dengan semangatnya.
"paman akan pegang janjimu,!!! .... jadi apa yang akan ingin kamu lakukan untuk saat ini dho,??" tanya paman Rasyid.
"hmmmm,!!! aku ingin belajar tentang ilmu menempa dari paman, apakah paman bersedia mengajariku,???" pinta Ridho.
Tanpa basa-basi paman Rasyid lantas menjawabnya dengan anggukan, namun dia punya sebuah syarat yang mesti Ridho penuhi.
"paman bersedia mengajari kamu, itu pasti sangat menyenangkan,!! namun paman punya sebuah syarat yang mesti kamu lakukan terlebih dahulu ...."
"---- apa syaratnya paman,??" potong Ridho.
"... kamu mesti menerobos ke tingkat selanjutnya, itu syaratnya,!!!" jawab paman Rasyid dengan santai.
Ridho tak mengira bahwa syarat yang diajukan paman Rasyid adalah meningkatkan kekuatan dirinya, bahkan harus bisa menerobos ketingkat selanjutnya. Sebenarnya syarat itu cukup mudah, namun bagi Ridho itu adalah hal yang merepotkan, karena dia paling malas untuk berkultivasi. Dia tidak tahan duduk berlama-lama sambil kultivasi, dia lebih suka bermandikan peluh keringat didepan tungku pembakaran.
"bagaimana, apakah kamu sanggup melakukan syarat yang paman berikan,?" tanya paman Rasyid karena melihat Ridho yang sedang terdiam.
"eh.. anu paman, apakah syaratnya bisa yang lain saja,???" pinta Ridho.
Irwan yang mendengarnya langsung terbatuk-batuk, karena selama ini tidak ada yang bisa bahkan berani meminta hal itu kepada gurunya, apalagi mengenai kekuatan. Irwan lantas memberi kode kepada Ridho agar meminta maaf, namun Ridho malah tidak menggubrisnya.
Namun semuanya sudah terlambat, paman Rasyid segera berdiri dan memukul meja lagi yang membuat mereka bertiga jadi kaget.
"TIDAK BISA!!!! ..." tegas paman Rasyid
"paman paling tidak suka jika ada orang yang meminta hal seperti itu, apalagi hal itu mengenai kultivasi,!!!! jika kamu tidak mau lakukan hal itu, maka jangan berharap bisa berlatih denganku,!!! PAHAM,!!!!!" ungkap paman Rasyid yang segera meninggalkan ruang makan setelah mengatakan hal itu.
Arman dan yang lainnya hanya bisa melihat paman Rasyid yang meninggalkan mereka, paman Rasyid berjalan menuju kearah ruangan pribadinya dimana dia biasa bekerja.
Kini tinggal Arman, Ridho dan Irwan yang berada diruang makan, Ridho sangat merasa bersalah akan jawaban yang telah dia berikan kepada paman Rasyid. Irwan yang melihatnya sedang galau lantas berkata,
"jawaban kamu sangat berani bro, tadi aku sudah memberi kode tapi kamu tidak menggubrisnya,!!! guru memang sangat tidak suka jika seseorang yang ingin menjadi muridnya mengucapkan hal seperti itu, sebaiknya kamu segera meminta maaf kepada guru, sebelum dia makin marah,"
"iya kak, sebaiknya kakak meminta maaf kepada paman, dan mengikuti syarat yang diminta sama paman," tambah Arman.
Lama Ridho termenung menyesali apa yang telah dia lakukan, dia sangat ingin menjadi blacksmith yang terkenal namun dilain sisi dia juga ingin menjadi seorang ksatria yang kuat dan hebat, namun dia sangat malas untuk berkultivasi, dia hanya ingin berfokus pada skill menempa.
Saat ini Ridho sedang berkutat dengan sebuah pilihan, melepaskan kesempatan yang ada atau merubah kebiasaannya yang malas untuk berkultivasi. Sembari memikirkan keputusan yang akan dia ambil, dia tiba-tiba mengingat peristiwa yang terjadi di desanya. Andaikan saat itu dia kuat maka desanya tidak perlu hancur dan guru Bahar tidak tewas, dia lalu melirik kearah adiknya Arman yang sedang duduk disampingnya.
Ridho lantas memikirkan tentang pembalasan dendam atas kematian gurunya, siapa yang akan membantu adiknya jika bukan dia. Dengan banyak pertimbangan, diapun memutuskan untuk merubah kebiasaan malasnya dalam berkultivasi, karena hanya dia yang bisa membantu adiknya untuk membalas dendam.
Ridho lantas berdiri dari duduknya seraya mengucapkan,
"kalian benar, aku mesti meminta maaf kepada paman,!!! terimakasih atas perhatian kalian, terutama kamu man, aku tidak akan mengecewakan dirimu, aku akan menemanimu dalam membalaskan dendam kematian guru Bahar ....
"--- baiklah aku akan keruangan pribadi paman Rasyid untuk meminta maaf, semoga paman mau memaafkan diriku,"
"semangat kak,"
"iya semangat bro, guru pasti akan mengerti dan memaafkannya,"
Ridho lantas berjalan menuju kearah ruangan pribadi milik paman Rasyid, dia lalu mengetuk pintu ruangan tersebut,
"tok, tok, tok," suara ketukan pintu.
"siapa,???" sahut paman Rasyid dari dalam ruangan.
"aku Ridho paman, apakah aku boleh masuk,?!? ada yang ingin aku bicarakan dengan paman,!!!" ucap Ridho.
Cukup lama paman Rasyid untuk menjawabnya, dan membuat Ridho kembali mengatakan sesuatu,
"baiklah jika paman tak mengizinkannya, maka aku akan menunggu didepan pintu ini," ucap Ridho lagi.
Didalam ruangan paman Rasyid sedang duduk menghadap jendela, melihat keluar seraya mengingat apa yang selama ini telah dia alami. Ridho sangat mirip dengannya, dimana dia sangat malas untuk berkultivasi dan hanya fokus dengan skill menempa, dan hal itu membuatnya kehilangan paman yang mengajari dia skill menempa.
Oleh karena itu paman Rasyid tidak ingin kejadian itu terulang lagi, mulai saat itu dia fokus belajar skill menempa serta terus berkultivasi guna menaikkan kekuatan aura miliknya. Sebab itu dia sangat marah dan tidak suka jika ada yang malas atau tidak mau berkultivasi, apalagi itu adalah muridnya sendiri, oh iya paman Rasyid selain seorang blacksmith dia juga merupakan seorang penyihir tingkat S dalam tingkat petualang. Saat ini kekuatan auranya berada di tingkat Cero, dia mengalami kesulitan untuk menerobos ketingkat selanjutnya, oleh sebab itu dia sekarang lebih fokus menciptakan berbagai macam senjata serta alat sihir lainnya.
Paman Rasyid berfikir sejenak, apakah dia harus memberikan kesempatan kepada Ridho atau tidak. Dia akan merasa bersalah terhadap sahabatnya Bahar jika tidak memberi kesempatan, namun dia juga khawatir akan kejadian masa lalunya terulang kembali.
Saat ini dia merasa tidak boleh keras kepala seperti biasanya, dia mesti memberi kesempatan kepada Ridho, dia yakin Ridho memiliki nasib yang berbeda dari dirinya. Paman Rasyid lantas berdiri dari kursinya dan berjalan menuju kearah pintu untuk membuka pintu serta mempersilahkan Ridho untuk masuk dan mendengarkan apa yang ingin Ridho bicarakan.