"dimana wan,??? aku tak melihatnya,?" ucap paman Rasyid yang terus mencari keberadaan griffin.
"dia ada ditengah kerumunan warga itu guru, sehingga kita tidak bisa melihatnya," jawab Irwan kepada paman Rasyid.
Saat itu Harpic sedang duduk bermain bersama anak-anak sekitar, jadi wajar saja jika paman Rasyid dan Irwan tidak melihatnya. Paman Rasyid lantas membubarkan kerumunan warga sekitar yang sedang berkumpul untuk menonton Harpic, mereka sangat antusias untuk melihat Harpic, karena mereka sangat jarang mendapatkan kesempatan seperti itu.
"apa yang kalian lakukan didepan tokoku,!!!! segera bubar sana, kalian mengganggu tokoku saja," teriak paman Rasyid yang maju beberapa langkah ketempat kerumunan warga.
Kerumunan itu tidak merespon teriakan paman Rasyid, karena mereka sedang asyik melihat kelucuan Harpic yang bermain bersama anak-anak sekitar. Hal itu membuat paman Rasyid menjadi kesal, dia lantas teriak lagi, namun kali ini dengan suara yang lantang,
"APA KALIAN TIDAK MENDENGARKU HAH,!!!! CEPAT KALIAN BUBAR,!!!!!"
Kerumunan lantas kaget mendengar teriakan tersebut dan berbalik kearah paman Rasyid yang sedang melototi mereka, satu persatu warga sekitar pergi namun masih ada juga yang tidak bergerak dari tempatnya.
"Aku hitung sampai tiga, jika kalian tidak membubarkan diri maka jangan salahkan jika aku bertindak kasar terhadap kalian,!!!!" teriak paman Rasyid lagi.
Satu persatu kerumunan itu lantas membubarkan diri, namun mereka merasa kecewa dan lantas berucap,
"ada apa sih dengan dia, tidak bisa melihat kita bersenang-senang sedikit," protes kerumunan.
"husst,!!! kamu jangan berkata seperti itu, bahaya jika didengar olehnya," tegur salah satu warga.
Untung saja paman Rasyid tidak mendengar pembicaraan mereka, jika sampai terdengar maka mereka akan dihajar oleh paman Rasyid.
Akhirnya tidak adalagi yang berkumpul didepan toko paman Rasyid, kini yang tertinggal hanya beberapa anak yang sedang bermain dengan Harpic serta juga Arman dan Ridho yang sedang berdiri disampingnya.
"itu guru disana," ucap Irwan seraya menunjuk Harpic yang sedang bermain-main dengan anak-anak desa.
Paman Rasyid tidak menyangka apa yang telah dia lihat didepan matanya, seekor Griffin yang ukurannya cukup besar, terkenal buas dan ditakuti oleh para petualang kini sedang bermain dengan anak-anak desa.
"dari mana datangnya hewan itu wan,?" tanya paman Rasyid.
"hewan itu adalah rekan Arman guru," jawab Irwan dengan nada yang lemah.
"APA,!!!!! ARMAN,!!!!!" kaget paman Rasyid.
"iya guru, Arman murid dari guru Bahar,"
"itu tidak mungkin, Arman tidak mungkin mempunyai rekan seekor Griffin," geleng paman Rasyid yang tidak percaya.
"sebaiknya guru bertanya langsung kepada Arman," usul Irwan.
"baiklah, ayo kita kesana,"
"baik guru,"
Mereka lantas berjalan menuju Arman dan Ridho yang sedang menemani Harpic bermain bersama anak-anak desa,
"apa yang kalian lakukan disini,?" tanya paman Rasyid kepada Arman dan Ridho.
Arman dan Ridho lantas berbalik lalu menjawab pertanyaan dari paman Rasyid,
"eh paman,!!! maaf paman kami kesini untuk menemui Harpic," jawab Arman seraya menunjuk Harpic dan memperkenalkannya kepada paman Rasyid.
"Harpic,???? siapa itu,???" tanya paman Rasyid.
"Griffin itu yang bernama Harpic paman, dia merupakan rekan yang kumiliki paman," jawab singkat Arman.
"benarkah,???" tanya paman Rasyid lagi.
"iya benar paman,!!! oh iya paman, bisakah Harpic tinggal dirumah paman,???" pinta Arman.
"dia tidak bisa tidur didalam rumah, mungkin dikandang kuda bisa, apakah itu tidak masalah buatnya,??" jawab paman Rasyid.
"apakah itu tidak masalah buatmu kawan,?" tanya Arman kepada Harpic.
"guruuu," angguk Harpic.
"dia tidak keberatan paman,"
"baiklah kalau gitu, mari kita masuk lagi kedalam,!!! nama kamu Harpic kan,???" tanya paman Rasyid yang datang mendekati Harpic.
"guruu," angguk Harpic.
Paman Rasyid memandangi wajah dan warna bulu Harpic, dia merasa pernah melihat seekor Griffin seperti Harpic, namun dia lupa dimana dia pernah melihatnya.
"sepertinya aku pernah melihat Griffin yang mirip seperti dirimu, tapi aku lupa dimana,"
"guruu," ucap Harpic dengan memiringkan kepalanya.
"maksud paman,??" tanya Arman.
"tidak apa-apa, nanti kita bahas saja, sekarang kita masuk kedalam rumah dulu untuk makan siang," usul paman Rasyid.
Mendengar hal itu membuat Ridho dan Harpic menjadi bersemangat, namun sangat disayangkan Harpic tidak boleh masuk kedalam rumah karena dia tidak muat masuk melalui pintu.
Irwan dan Ridho hanya terdiam mendengar percakapan antara Arman dan paman Rasyid, Irwan lebih memilih diam dan memperhatikan Harpic dengan seksama, mulai dari atas hingga bawah tak lepas dari tatapan matanya. Irwan sangat ingin mencoba naik keatas punggung Harpic, namun dia malu untuk mengungkapkan maksudnya.
"kenapa kamu dari tadi diam wan," tanya paman Rasyid.
"eh tidak apa-apa guru, mari kita masuk saja, nanti aku akan siapkan makanan," ucap Irwan yang tersadar dari lamunannya.
"APA,!!!! jangan kamu yang masak, aku tidak mau lagi memakan masakan yang kamu buat," ucap paman Rasyid yang langsung menutup mulutnya dengan kedua tangannya dan menghindar beberapa langkah dari sisi Irwan. Hal itu membuat Irwan merasa malu yang terlihat dari wajahnya yang memerah.
Arman dan Ridho tertawa melihat hal itu, Ridho lantas berkata,
"tenang saja paman, kalau soal memasak, Arman jagonya, benarkan Harpic," ucap Ridho.
"guruu," angguk Harpic.
"benarkah," semangat paman Rasyid
"benar paman," jawab Arman.
"syukurlah kalau begitu, tidak usah berlama-lama lagi diluar mari kita masuk kedalam," usul paman Rasyid.
"baik paman,"
Mereka lantas masuk kedalam namun sebelumnya mereka mengantar Harpic dulu ke kandang kuda yang terletak dibelakang toko paman Rasyid,
"kamu disini dulu yah kawan, nanti akan aku antarkan daging panggang milikmu," ucap Arman yang mengelus kepala Harpic dengan lembut seraya tidak tega meninggalkan Harpic sendirian di kandang kuda.
"guruu, ruu," angguk Harpic yang tersenyum.
Setibanya didalam rumah, Arman lantas menuju ke dapur untuk menyiapkan beberapa masakan untuk mereka, sedangkan Ridho dan yang lainnya menunggu diruang tengah sambil membahas tentang kisah perjalanan yang Arman dan Ridho tempuh menuju ke desa sepaku.
"berapa lama perjalanan kalian dari Semoi menuju ke sepaku,??" tanya paman Rasyid sambil menenggak segelas bir miliknya.
"kurang lebih hampir 7 hari paman," jawab santai Ridho yang ikut meminum bir.
"APA!!!! kalian hanya membutuhkan 7 hari untuk menuju kesini,?? aku saja membutuhkan waktu sekitar 10 hari untuk kesana," tanya Irwan yang kaget mendengar jawaban dari Ridho.
"iya kurang lebih 7 hari, memang biasanya orang membutuhkan waktu sekitar 10 hari untuk menuju kesini, tapi kami melalui Hutan Terlarang jadi itu menyingkat waktu tempuh kami," jawab Ridho.
"kalian sungguh berani melewati Hutan Terlarang," geleng paman Rasyid.
"hehehe, kami tidak punya pilihan lain paman, kami menghindari kelompok badik merah, jika kami melewati jalur aman maka kami akan dikenali, karena wajah kami dikenal oleh mereka," ungkap Ridho seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"namun itu juga masih terlalu singkat, dalam waktu 7 hari,!??? tidak ada yang bisa melewati hutan terlarang sesingkat kalian," ucap Irwan yang masih tidak percaya ada yang bisa melewati hutan terlarang dengan waktu 7 hari.
"bukan seperti itu bro, kami melewati Hutan Terlarang bukan 7 hari tapi dalam waktu 3 hari," jawab Ridho lagi yang membuat Irwan makin tidak percaya diri.
"kalian pasti bohong kan ---" potong Irwan.
"-ada apa denganmu wan,??? kenapa kamu seperti itu,???" tanya paman Rasyid.
"m---maaf guru, aku tidak bermaksud bagaimana, cuman aku belum pernah mendengar cerita seperti itu,!!!" ucap Irwan seraya menundukkan kepalanya.
"siapa bilang belum pernah,!!!!! gurumu ini dulu pernah melalui hutan terlarang dengan waktu kurang lebih sama dengan mereka lalui,!!! meskipun waktu itu kami mesti ----" ucap paman Rasyid, dia tidak bisa melanjutkan ucapannya karena mengingat sesuatu.
"mesti apa guru,?" tanya Irwan.
"tidak apa-apa,!!!! terus bagaimana kalian bisa bertemu dengan Griffin itu,?" tanya paman Rasyid.
Ridho pun jadi penasaran kenapa paman Rasyid tidak melanjutkan kata-katanya, apa yang terjadi didalam hutan terlarang waktu itu, namun dia tidak punya hak untuk menanyakan hal itu. Dia lantas menjawab pertanyaan dari paman Rasyid dengan rinci bagaimana mereka bisa bertemu dengan Harpic serta yang lainnya.
Tak lama kemudian Arman datang membawa berbagai makanan yang telah dia masak, paman Rasyid sangat tergoda dengan aroma yang keluar dari berbagai olahan daging yang telah Arman masak.
"silahkan dinikmati paman, kak Irwan dan kak Ridho," ucap Arman seraya meletakkan piring-piring berisi olahan daging.
"aromanya sangat nikmat man, kamu benar-benar bisa masak yah, beda dengan yang disebelah ku ini, hanya bisa mencampur bahan secara sembarang, hahaha" tawa paman Rasyid seraya memukul pundak Irwan yang tergiur juga akan aroma masakan Arman.