Chereads / Genius Wife & Superstar Husband / Chapter 69 - Konsultasi

Chapter 69 - Konsultasi

Hari ini adalah hari jumat, seperti biasa jam 6.30 pagi Carolina sudah bangun karena dia menyetel jam alarmnya di jam segitu, mengingat rutinitasnya di setiap hari yang harus ke kantor NamTech.

Tapi berbeda dengan hari lainnya, hari jumat dia memiliki dua mata kuliah yang memang harus diambil di semester 7, selain kerja praktek.

Setelah mengumpulkan kembali jiwanya yang melayang, Carolina mengambil kembali handphone miliknya dan membuka Whatsapp untuk mengabarkan Andi bahwa dia tidak bisa masuk hari ini, jaga-jaga seandainya pria itu lupa.

Carolina: "Selamat pagi, pak Andi. Hari ini aku izin gak masuk, ya. Ada mata kuliah soalnya, makasih"

Tulis Carolina dalam satu kalimat, lalu mengirimkannya.

"Kayaknya gue bangunnya kepagian deh, mana kelasnya nanti jam 10, lagi," pikir Carolina yang masih tiduran di tempat tidur.

Tak lama kemudian, Carolina merasakan getaran handphone yang masih dia pegang.

Oh, ada pesan dari Andi. Ternyata pria itu sudah bangun.

Andi: "Pagi juga"

Andi: "Oke"

Andi: "Btw, kita nnti jadi gak buat nntn?"

"Nonton… nonton apa… Ah! Gue kemarin janji sama dia ya buat nonton Frozen 2," pikir Carolina yang mengingat percakapannya dengan Andi di mobil sewaktu mereka pergi ke rumah sakit.

Waktu itu Carolina memang mengiyakan tapi dia gak berjanji dan akan memastikannya lagi. Andi saat itu hanya berkata bahwa mereka akan membicarakannya lagi.

Tapi selama mereka ketemu di kantor, Andi sama sekali tidak pernah membahasnya lagi, jadi Carolina berpikir bahwa pria itu mungkin telah melupakannya.

Namun sekarang pria itu menanyakannya lagi.

Carolina: "Boleh, tapi kelasku nanti kelar jam 4.40"

Baru saja Carolina mengirimkan hal itu, tiba-tiba saja centang dua yang semula berwarna hitam, kini menjadi biru.

Andi: "Oke, gpp"

Andi: "see u later *emoticon wajah senyum*

Carolina: "Kita ketemuannya di mana terus jam berapa?"

Andi: "Hmm… nnti ku jemput di kampus aja"

Andi: "blh?"

Carolina berpikir sebentar ketika dia membaca kata-kata itu, setelah dipikir-pikir ada keuntungan jika Andi yang datang menjemputnya,

Yang pertama, dia tidak perlu mengeluarkan ongkos naik ojek untuk balik ke indekos dari kampus, karena kelasnya berakhir nanti sore hari, dia malas untuk pulang jalan kaki.

Meski ada kemungkinan teman-temannya akan mengantarkan pulang, sih.

Yang kedua, dia tidak perlu mengeluarkan ongkos ojek online untuk ketemu di mall, yang setelah dihitung-hitung, bisa sampai dua puluh ribuan.

Tapi ada juga kerugian jika Andi harus menjemputnya, itu artinya dia harus memakai pakaiannya yang dari kampus untuk jalan-jalan.

Tentu saja Carolina lebih memilih untuk menghemat uang daripada penampilannya! Toh Andi juga dalam kondisi yang baru pulang kerja, jadi Carolina tidak perlu repot-repot untuk mengatur penampilannya.

Carolina: "Boleh"

Andi: "*emoticon wajah senyum*"

Carolina memilih untuk tidak membalas chat itu lagi dan langsung bangun dari tempat tidurnya untuk menuju ke kamar mandi yang berada di dalam kamar indekosnya.

"Hmm… gue sekalian mandi aja deh terus ke kampus, buat nungguin dosen pembimbing gue," pikir Carolina yang awalnya hanya ingin cuci muka, tapi akhirnya memutuskan untuk pergi datang ke kampus untuk menunggu dosen pembimbingnya.

Meski mereka saat ini sedang kerja praktek di perusahaan, tapi mereka harus membuat laporan yang nantinya harus dikonsultasikan ke dosen pembimbing yang telah mereka dapatkan.

Dan saat ini, Carolina harus membuat proposalnya terlebih dahulu, hal tersebut dilakukan agar dosen pembimbingnya tahu apa yang akan dibuat oleh Carolina.

Setelah menuliskan proposalnya, para mahasiswa yang mengambil kerja praktek nantinya akan mendapatkan jadwal untuk sidang proposal. Hal ini dilakukan untuk mengetahui garis besar apa yang akan mahasiswa itu buat, sekalian mempertemukan mahasiswa dengan dua dosen pembimbingnya, sehingga kedua dosen pembimbing dan mahasiswa itu bisa satu tujuan dalam membuat laporan tersebut.

Selain itu, ini juga dilakukan untuk melatih mahasiswa dalam mempresentasikan apa yang dia buat, karena biasanya jika dalam mata kuliah dan harus presentasi, biasanya minimal ada dua orang yang maju ke depan dan mempresentasikannya kepada satu dosen dan teman-teman yang mengambil mata kuliah tersebut, tapi kali ini hanya mahasiswa itu sendiri yang mempresentasikannya di depan dua atau lebih dosen yang ada.

Yah, ini sama seperti skripsi tapi bisa dibilang masih berada pada level dibawahnya.

Oh ya, syarat untuk bisa maju ke sidang proposal, mahasiswa harus minimal dua kali datang konsultasi ke tiap dosen pembimbing dan mendapatkan dua tanda tangan mereka di kartu konsultasi proposal.

Jika mahasiswa itu tidak mendapatkan dua tanda tangan tiap dosen pembimbing, itu artinya dia tidak bisa untuk ikut sidang proposal dan jika hal itu terjadi, maka dia telah gagal dan harus mengambil kembali Kerja Praktek di semester depan.

Saat ini Carolina baru mengumpulkan tiga tanda tangan, dan deadline untuk pengumpulan kartu konsultasi proposal adalah senin depan.

Daripada harus mencari-cari dosen itu nanti, Carolina memilih untuk datang pagi-pagi dan menunggu dosen itu di tempat pengisian absen dan langsung menghadangnya.

***

"Gue emang beruntung!" pikir Carolina ketika melihat dosen wanita yang kira-kira berumur 40-an baru saja datang.

"Pagi mem, boleh konsultasi?" tanya Carolina yang langsung menghampiri dosennya tersebut.

Dosen yang baru saja selesai melakukan absensi sidik jari, sedikit terkejut ketika melihat Carolina menghampirinya.

"Konsultasi apa? KP atau TA (Tugas Akhir/Skripsi)?" tanya dosen itu.

"KP, mem," jawab Carolina yang telah memegang laporan proposal yang telah dia buat.

"Laporan sebelumnya mana?" tanya dosen itu lagi.

Carolina sedikit salah tingkah ketika mendengarnya.

"Ah… itu… aku gak membawanya, mem," ucap Carolina dengan jujur, karena sebelumnya ketika dia konsultasi kepada dosen pembimbing yang satunya, dosen itu langsung menerima laporannya dan Carolina hanya menjelaskan apa saja yang telah disuruh ubah oleh dosen tersebut.

Jadi Carolina tidak berpikir dia harus membawa laporan sebelumnya.

"Terus gimana saya bisa tahu bahwa kamu telah mengubahnya?" tanya dosen itu dengan nada mengintimidasi.

"Aku bisa menjelaskannya, mem," ucap Carolina yang sama sekali tidak merasakan intimidasi dari dosen itu.

"Saya tidak menerima konsultasi di tempat, waktu itu dilakukan karena itu adalah konsultasi pertama kamu. Jika kamu ingin konsultasi, bawakan laporan sebelumnya dan laporan baru terus taruh di meja yang berada di depan ruangan saya. Jangan lupa tuliskan nama dan nomor handphone kamu," ucap dosen itu lagi menjelaskan.

"Ah, baik, mem, makasih," ucap Carolina akhirnya. Dosen wanita itu mengangguk kemudian segera pergi.

"Ah, sial! Gue kira gue bisa dapat tanda tangan hari ini! Lagi pula dia kan dosen pembimbing dua juga, bukan satu, sok-sok-an gak bisa konsultasi langsung," maki Carolina dalam hati.

Meski dosen pembimbing ada dua, tapi yang lebih berkuasa sebenarnya adalah pembimbing satu, karena dosen pembimbing satu yang memutuskan apakah laporan tersebut sudah layak untuk maju sidang, dan nantinya pembimbing satu yang akan menemani si mahasiswa untuk sidang bersama para penguji, sementara pembimbing dua biasanya tugasnya itu hanya memeriksa struktur penulisan sudah benar, apakah sudah menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar, apakah tidak ada typo, tanda titik, koma, dan tanda baca lainnya sudah benar.

"Ahh… terpaksa harus balik ke indekos lagi, jalan kaki aja deh, hitung-hitung olahraga, daripada keluar duit ojek lagi," pikir Carolina yang memang tadi datang ke kampus menggunakan ojek meski jaraknya sebenarnya tidak terlalu jauh.

Tapi baru saja dia keluar dari gedung kampus itu, sinar matahari pagi langsung menyapanya.

"Kayaknya naik ojek aja, deh!" pikir Carolina lagi akhirnya yang langsung mengurungkan niatnya untuk berolahraga.

Untung saja dia nanti mengiyakan tawaran Andi untuk menjemputnya, kalau tidak, bisa-bisa pengeluaran uangnya bisa lebih banyak lagi!