Suasana di kamar VIP A itu kembali menjadi hening, Carolina sibuk dengan handphonenya dan Ethan yang tak ingin dimarahi lagi oleh wanita itu memutuskan untuk mencari kesibukannya sendiri.
Tiba-tiba pintu ruangan itu kembali terbuka dan sosok Andi muncul di balik pintu itu. Dia terdiam sebentar menatap ruangan itu yang tampak seperti sebuah kamar hotel dan lebih bagus dari rumahnya, sebelum akhirnya berjalan menghampiri Yuda.
"Pak Yuda… kenapa ini bisa terjadi?" tanya Andi yang menatap Yuda dengan tatapan sedih. Yuda yang melihat Andi yang datang berusaha untuk bangkit duduk lagi. Andi yang melihat itu memutuskan untuk menaikan sisi tempat tidur Yuda agar dia bisa bersandar sambil tiduran.
"Oh ya, aku sudah mengurus jaminan kesehatan dari perusahaan dan meminta surat izin sakit pak Yuda, jadi pak Yuda bisa tenang dan fokus dalam proses pemulihan," ucap Andi lagi. Yuda hanya mengangguk.
"Ngomong-ngomong, apa revisi dari klien waktu itu pak Yuda sudah selesaikan? Kalau tidak salah waktu kemarin kita tinggal melakukan perubahan kecil sebelum fungsinya jadi semua, kan?" tanya Andi lagi yang langsung menanyakan perihal pekerjaan.
Yuda yang sudah lama bekerja bersama Andi memaklumi sikap pria itu. Dia juga ingat bahwa deadline mereka adalah besok hari, dan pasti keadaan di tim saat ini sedang kacau karena dia yang kena musibah.
Dan seperti kata Andi, aplikasi sebelumnya tinggal memerlukan perubahan yang kecil sebelum akhirnya proses fungsinya berjalan sesuai yang diinginkan oleh klien, tapi karena saat itu Yuda masih mengerjakannya dalam localhost, aplikasi tersebut masih berada di dalam laptopnya dan belum sempat di back up oleh Andi.
Yuda mengangguk ketika mendengar pertanyaan Andi.
"Lalu… laptop pak Andi ada di mana? Apakah laptopnya baik-baik saja?" tanya Andi sambil berharap. Jika laptop tersebut masih ada, atau setidaknya hardisknya masih ada, mereka tidak harus lembur untuk mengejar deadline besok hari.
Yuda berusaha untuk ngomong sesuatu, tapi karena saat ini dia sedang memakai ventilator, suaranya tidak terdengar meskipun dia sudah membuka mulutnya.
Andi yang melihat bahwa Yuda ingin berbicara, berkata, "Ini penutupnya bisa dibuka gak ya kira-kira?" tanya Andi entah pada siapa.
"Mungkin harus tanya suster atau dokter dulu," jawab Ethan yang sudah berdiri di belakangnya untuk melihat keadaan Yuda.
"Atau jika tidak bisa, pak Yuda mungkin bisa menuliskannya lewat kertas. Kalau tidak, bagaimana pihak rumah sakit bisa tahu untuk menghubungimu?" ucap Ethan lagi. Seperti kata Ethan, pihak rumah sakit memang menyuruh Yuda untuk menuliskan nama dan nomor orang yang harus dihubungi, dan Yuda hanya menuliskan nama Andi NamTech di kertas itu.
"Ti-Tida.. Tidak… sa.. hu… tahu, tidak tahu," ucap Carolina tiba-tiba yang juga sudah berdiri dan menghampiri Yuda ketika Andi menghampirinya.
Ethan dan Andi menatapnya dengan heran, kenapa dia tiba-tiba berbicara seperti itu.
"Ah itu tadi yang dikatakan pak Yuda, kalian gak bisa melihatnya?" tanya Carolina heran. Penutup mulut dan hidung itu memang bentuknya transparan sehingga Carolina masih bisa melihat bibir Yuda yang bergerak seakan berkata sesuatu.
Andi dan Ethan kemudian menatap kembali ke arah Yuda.
"Tidak tahu? Apa tadi pak Yuda ngomong begitu?" tanya Andi. Yuda kali ini hanya mengangguk.
"Kamu bisa membaca gerakan bibir?" tanya Andi terkejut. Carolina juga sama terkejut dengan mereka, dia hanya melihat bibir Yuda yang bergerak dan entah kenapa dia bisa mengetahui perkataan orang itu.
Melihat Carolina yang sepertinya juga terkejut dan tak tahu harus berkata apa, Ethan berkata, "Apa pak Yuda bisa menceritakan apa yang terjadi? Pelan-pelan saja, nanti wanita ini yang menjelaskannya pada kami,"
Seperti yang diduga oleh Ethan, fokus Andi kembali ke arah Yuda yang terlihat mengangguk dan mulai membuka kembali mulutnya.
"So.. Sore i.. itu setelah jam kerja berakhir, aku mampir sebentar untuk melanjutkan tugas yang tadi di sebuah kafe, karena sebentar lagi fungsinya ja.. ri.. jadi," Carolina diam lagi karena Yuda yang tidak berbicara lagi dan mencoba untuk beristirahat.
"Pelan-pelan aja pak Yuda," ucap Carolina sambil tersenyum menenangkan. Yuda akhirnya mengangguk.
"Setelah fungsi itu berhasil, laptopku tiba-tiba…" Carolina sepertinya kesulitan untuk membaca kata-kata berikutnya. Yuda yang melihatnya kesulitan mengulang kata-katanya lagi.
"Ah, lowbat! Laptopku tiba-tiba lowbat!" ucap Carolina setelah berhasil menebak kata itu. Yuda mengangguk.
"Karena kafe itu tidak memiliki..sop konro?" lagi-lagi Carolina kebingungan dan dengan asal menebak kata-kata itu.
Andi hanya terkekeh ketika mendengar hal itu sementara Ethan menatapnya dengan bingung, sop konro? Apalagi itu?
Carolina hanya tersenyum malu.
"Gue udah lama juga sih gak makan sop konro, jadi laper. Pokoknya di hotel nanti gue mau makan sampe kenyang!" pikir Carolina.
"Ehem, coba ulangi lagi pak Yuda," ucap Carolina. Yuda yang tersenyum kecil sekali lagi mengangguk.
"Sop.. stop.. ah! Stop kontak! Karena kafe itu tidak memiliki stop kontak, aku akhirnya bergegas untuk pulang dan tidak tahu bahwa aku akan mengalami kecelakaan mobil saat itu," ucap Carolina mengakhiri tugasnya.
Andi yang awalnya senang karena fungsi aplikasinya sudah selesai, kembali murung karena sepertinya mereka memang harus mencari laptop itu.
Apa jangan-jangan laptop itu berada di kantor polisi, ya?
"Oh! Ada lagi yang ingin pak Yuda sampaikan?" tiba-tiba Carolina menyadari bahwa bibir Yuda kembali bergerak. Yuda mengangguk ketika mendengar hal itu.
"Aku… bebek?" tanya Carolina yang mendapatkan kata-kata yang sulit lagi. Sekali lagi Andi hanya terkekeh dan Ethan yang kini mengerti kata-kata itu juga tersenyum geli.
Sekali lagi Carolina tersenyum malu, sepertinya dia memang sudah lapar karena sejak tadi makanan yang muncul dipikirannya.
"B… bek… ah, back up, pak Yuda sudah membackup script aplikasinya?" tanya Carolina karena Yuda sepertinya sudah kesusahan untuk berbicara lagi. Yuda mengangguk.
Wajah Andi yang sebelumnya murung kini terlihat bercahaya lagi, dia menatap Yuda dan berkata, "Di mana? Pak Yuda memback up datanya di mana?"
Mata Yuda kembali menatap Carolina seakan berkata untuk minta tolong memberitahukan kata-katanya sekali lagi, Carolina mengangguk.
"La.. Laut?" tanya Carolina bingung. Yuda membackup script aplikasinya di laut?
"Cloud!" tiba-tiba Andi berkata, paham apa yang dimaksud oleh Yuda.
"Ah penyimpanan Cloud!" ucap Carolina yang akhirnya mengerti. Yuda mengangguk.
"Di penyimpanan Cloud mana pak Yuda menyimpannya?" tanya Andi lagi yang mulai melihat ada harapan bahwa mereka tidak harus lembur hari ini.
"Akun… nama tek… ah, akun NamTech!" ucap Carolina yang menebak kata itu.
"Di Cloud akun NamTech, apa pak Yuda bisa memberikan kata sandi akunnya?" tanya Andi lagi.
Setiap pekerja di perusahaan NamTech memang mendapatkan akun email dengan domain @namtech.com dan sekaligus mendapatkan penyimpanan cloud dengan kapasitas penyimpanan 100 giga byte.
Yuda sekali lagi mengangguk dan mencoba untuk menggerakkan bibirnya, tapi karena dia baru saja bangun hari ini dan masih dalam keadaan lemah, Carolina sudah tidak bisa membaca lagi gerakan bibirnya.
"Sepertinya kondisi pak Yuda masih terlalu lemah, gerakan bibirnya menjadi tidak jelas," ucap Carolina.
Andi terdiam sebentar, harapan untuk tidak bekerja lembur sudah berada di depan matanya, dia tidak akan menyerah begitu saja.
"Hmm… Ah! Reset! Apa tak masalah jika kata sandi akun pak Yuda di reset?" tanya Andi.
Meskipun email yang di dapatkan itu memang untuk mereka, tapi pihak perusahaan tetap bisa menonaktifkannya seandainya orang itu sudah tidak bekerja lagi di perusahaan tersebut, atau pun mereset kata sandinya jika seandainya mereka tiba-tiba melupakan kata sandi yang mereka buat.
Jadi pada dasarnya, email tersebut memang milik perusahaan.
Dan soal mereset kata sandi akun pak Yuda, Andi bisa menghubungi ketua divisi IT dan menceritakan apa yang terjadi.
Yuda mengangguk.
"YES!" tiba-tiba Andi berteriak kegirangan seolah-olah tidak memiliki beban. "Makasih pak Yuda, makasih banyak!" Andi kini mulai memegang tangan Yuda untuk menunjukkan rasa terima kasihnya. Jika Yuda tidak membackup datanya di penyimpanan Cloud, mungkin Andi dan timnya benar-benar harus lembur hari ini.
Yuda mengangguk lagi.
"Kalau begitu kami pergi dulu, ya pak Yuda! Besok setelah selesai ketemu klien, kami semuanya akan datang lagi kemari," ucap Andi berpamitan pada Yuda kemudian menatap kembali Carolina.
"Ayo Carol!"
"Pak Andi duluan saja, sepertinya aku harus ke kampus dulu karena tiba-tiba ada pertemuan," ucap Carolina sambil mengangkat handphonenya.
Ethan yang sudah kembali duduk di sofa tadi karena tidak mengerti kata-kata Carolina, menatapnya.
"Apakah wanita itu tidak bisa ikut denganku ke hotel A?"