Written by : Siska Friestiani
LoCC © 2014
Re-publish Web Novel : 25 September 2020
💕Siskahaling
"Kau gila!!!" teriak Alyssa kesal dengan semua tingkah Mario yang semaunya sendiri. Dan mengenai pernikahan, ia tidak membayangkan bagaimana nasibnya nanti saat berumah tangga dengan pria menjengkelkan ini. Sudah cukup otaknya hampir gila menghadapi sifat mesum Mario di tambah sikap Mario yang semaunya sendiri dan itu adalah paket lengkap yang akan membuatnya benar-benar gila nantinya.
"Dari pada kau marah-marah tak jelas seperti ini, bagaimana jika kita lanjutkan acara kita yang tertunda tadi, Hon" Mario menaik turunkan alisnya dan senyum menggoda yang membuat Alyssa bertambah emosi melihatnya. Bagaimana mungkin pria itu masih menggodanya setelah apa yang baru saja pria itu lakukan menghancurkan masa depannya.
"Tidak akan, dan tidak akan pernah terjadi" sengit Alyssa lalu beranjak mendekati pintu kamarnya.
Baru beberapa langkah Alyssa melangkah, entah terlalu terburu-buru atau memang ada sesuatu yang licin membuat keseimbangannya Alyssa oleng.
"Kyaaaaa!!!!"
"Brukkkk"
"Arghhhhh"
Alyssa merasakan sesuatu yang aneh saat tubuhnya tidak merasakan kerasnya lantai marmer kamarnya. Namun ia sempat mendengar suara rintihan seseorang. Yang sudah pasti bukan miliknya.
Alyssa merasakan seseorang di bawah tubuhnya, dan benar saja itu Mario yang kini tengah mencoba menahan rasa sakit, itu menurut pengamatan Alyssa saat melihat wajah Mario saat ini.
Mario memejamkan matanya mencoba menetralisir rasa sakit di tangannya sekaligus debar jantungnya yang saat ini berdetak kencang. Ia tidak membayangkan bagaimana kalau Alyssa yang merasakan kerasnya lantai marmer ini, yang pasti ia akan membunuh dirinya sendiri karena tidak dapat melindungi wanitanya.
Gerakan kecil Alyssa di atas tubuhnya membuat tangan kirinya yang kini menjadi tumpuan tubuhnya sekaligus berat tubuh Alyssa semakin berdenyut. Sebisa mungkin Mario tidak mengeluarkan erangannya.
"Kau tak apa?" Tanya Alyssa yang kini mencoba bangkit dari atas tubuhnya. Mario menggeleng kecil sambil berusaha memberikan senyum kepada Alyssa.
Alyssa tahu, Mario berbohong kepadanya. Bahkan kini keringat dingin membanjiri wajah Mario yang menandakan Mario kini sedang menahan rasa sakitnya.
"Arghhhh" Mario mengerang saat tanpa sengaja Alyssa menyentuh lengan kirinya saat mencoba membantunya berdiri. Mario tidak tahu apa yang terjadi dengan tanganya saat ini, tapi yang pasti tangannya terasa sangat menyakitkan.
Alyssa menatap pergelangan tangan Mario yang kini terlihat berwarna kebiruan. Alyssa langsung panik melihatnya.
"Kita kerumah sakit"
"Aku gak pa-"
"Jangan membantahku, Mario!" tegas Alyssa membantu Mario berjalan dengan memegang tangan kanan Mario.
Mario tersenyum tipis saat melihat Alyssa yang kini terlihat seperti seorang istri yang sedang mengkhawatirkan suaminya. Ahhh, bukan kah sebentar lagi memang seperti itu? Ia dan Alyssa akan menjadi sepasang suami istri. Mario tersenyum dalam hati.
💕Siskahaling
"Arghhhh" Alyssa kembali memejamkan matanya saat erangan kesakitan itu kembali terdengar menyakitkan di telinga. Sebenarnya bukan hanya teriakan Mario yang saat ini tengah di periksa oleh dokter pribadi Mario, tetapi juga rasa sakit di pergelangan tangannya yang saat ini di cengkram erat oleh Mario sebagai pelampiasan rasa sakitnya. Alyssa membiarkan saja Mario yang dari tadi mencengkram tangannya untuk pelampiasan rasa sakit, bagaimana pun Mario seperti ini juga karena melindunginya.
"Haahhh, haahhh"
Alyssa dengan perlahan membuka kedua matanya saat di rasa cengkraman Mario di tangannya melemah, dan terdengar hembusan nafas lelah Mario yang sedari tadi mencoba menahan rasa sakit.
Dokter Alvin -Dokter pribadi Mario- pun sudah melepas sarung tangannya dan menyuruh Talia untuk membereskan semua peralatan yang ada di nakas samping ranjang Mario.
"Bagaimana?" tanya Alyssa menatap Alvin yang kini sudah merapikan kembali penampilannya. Alyssa dapat merasakan ada sesuatu yang buruk saat melihat raut wajah Alvin saat ini. Tangannya kini yang malah meremas tangan Mario yang dari tadi tangan mereka entah sejak kapan saling menggenggam.
"Retak di pergelangan tangan Mario cukup parah. Ini jenis retak tulang Complete Fracture dimana retakan terjadi pada seluruh garis tengah tulang. Tetapi pada kasus Mario ini kita tidak perlu melakukan operasi karena perpindahan posisi tulang tidak terlalu parah sehingga tidak mengganggu kestabilan fungsi tangan"
Alyssa mendengarkan dengan seksama apa yang Alvin jelaskan. Ada sedikit rasa lega saat mendengar bahwa retak tulang yang Mario alami tidak harus melakukan tindakan operasi. Perlahan pandangan Alyssa turun dan menatap Mario yang kini tengah memejamkan matanya dengan keringat yang masih membanjiri wajah tampannya tapi hembusan nafasnya sudah mulai teratur.
"Kita dapat melakukan Reduksi Fraktur untuk mengembalikan posisi tulang ke posisi semula dengan menggunakan gips dan menggunakan Arm Sling untuk menyangga lengan agar dapat mengurangi penggunaan tangan sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan" tambah Alvin dan refleks membuat Alyssa mengangguk mengerti.
"Untuk saat ini biarkan Mario istirahat, dan besok sudah di perbolehkan pulang. Aku kan mengatur jadwal Mario untuk cek rutin dan pergantian gips" Alyssa kembali mengangguk karena terlalu bingung menjawab perkataan Alvin.
"Dan berikan obat penghilang rasa nyeri yang ada di nakas, untuk mengurangi rasa nyerinya"
"Terima kasih Alvin" ucap Alyssa tersenyum menatap Alvin. Yah, Alyssa memilih memanggil Alvin tanpa embel-embel dokter, mengingat usia Alvin sama dengan Mario dan berarti hanya terpaut 2 tahun dengan dirinya.
Alvin tersenyum membalas senyuman wanita cantik yang dari tadi terlihat khawatir. "Tak perlu, bagaimana pun pria brengsek itu adalah sahabat ku" jawab Alvin tersenyum dan nyaris tertawa. Alyssa pun tak tahan untuk tidak terkekeh.
"Ya, kau hebat bisa bertahan berteman dengan si brengsek ini" ucap Alyssa dan kembali terkekeh saat mengatakannya.
"Kau yang lebih hebat bisa bertahan menghadapi kelakuan si brengsek itu" ucap Alvin membalas ucapan Alyssa. Alyssa mendengus.
"Aku akan gila sebentar lagi"
"Bersabar lah, si brengsek itu selalu mendapatkan apa yang ia mau"
"Aku tau" balas Alyssa
"Aku permisi" pamit Alvin dan balas anggukan setuju oleh Alyssa.
Alyssa kembali memfokuskan diri ke sosok pria yang saat ini tengah terbaring ranjang rumah sakit. Kalau boleh sedikit jujur, ia sangat khawatir bahkan ia tidak pernah sekhawatir ini kepada orang selain Gina dan Ferdy. Namun saat pria ini mengerang kesakitan bahkan dengan sukarela ia memberikan tangannya untuk di jadikan tempat pelampiasan rasa sakit yang pria itu rasakan.
"Kau mencintainya Al" dewi batin Alyssa berbicara, membuat Alyssa terdiam beberapa saat.
Cinta? Apa benar ia mencintai pria mesum ini? Pria yang selalu membuatnya uring-uringan bahkan kesal setengah mati karena tingkah mesumnya? Kau benar-benar gila Alyssa, tidak mungkin kau mencintai pria bar-bar dan mesum ini.
Alyssa tersentak saat suara rintihan Mario kembali terdengar, pria itu bahkan kembali meringis dan kembali mencengkram tangan Alyssa saat rasa sakit itu kembali menyerang tangannya. Mengingat perkataan Alvin beberapa menit yang lalu, Alyssa melepaskan tangannya dari cengkraman Mario lalu berlari memutari ranjang inap Mario mengambil obat yang berada di atas nakas dan meminumkan kepada Mario.
"Apa sesakit itu?" Tanya Alyssa saat Mario mulai kembali tenang. Sepertinya obat yang Alvin berikan tadi mulai menunjukkan reaksi.
Mario membuka kedua matanya mendengar suara Alyssa yang tersirat nada khawatir disana. Mario tersenyum dalam hati, mengingat Alyssa yang dari awal sampai saat ini masih menemaninya. Bahkan saat ini Mario merasakan genggaman hangat Alyssa yang terasa bergetar, dan amber yang selalu menatapnya tak suka itu kini tengah menatapnya dengan tatapan khawatir.
"Tak apa, tak sesakit jika aku yang melihatmu berada di posisi ini" jawab Mario dengan senyum lembut miliknya, mencoba meyakinkan Alyssa jika ia tak papa. Bakan ia akan merasa lebih sakit saat Alyssa yang harus merasakan sakit ini.
Jantung Alyssa berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya. Jawaban serta senyum lembut yang Mario berikan membuat jantungnya berulah dan berdetak tak semestinya.
"Apa ini karena aku?" Tanya Mario saat tanpa sengaja ia menemukan lebam berwarna kebiruan di pergelangan tangan Alyssa. Alyssa yang tadi masih terpesona dengan senyum manis Mario, tersentak dan langsung melepaskan genggaman tangan Mario yang kini mengusap lebam biru di pergelangannya.
"Ini... Ini..." Alyssa menyembunyikan tangan kanannya.
"Bukan apa-apa, dan sungguh ini tak apa-apa" tambah Alyssa memalingkan wajahnya, menghindari tatapan tajam Mario.
Mario sendiri tak percaya dengan apa yang Alyssa katakan, bagaimana mungkin lebam hingga berwarna kebiruan itu bukan apa-apa. Ck, wanita nya terlalu meremehkan.
"Perlihatkan pada ku"
Nah, kan nadanya kembali dingin pemirsa.
"Ini-"
"Alyssa!!" geram Mario dan menatap Alyssa tajam. Kapan wanitanya ini tak membantah.
Alyssa mencebik tak suka, bahkan baru beberapa menit yang lalu pria bar-bar ini bertingkah manis, dan sekarang hanya karena lebam di tangan kanannya pria ini sudah kembali menjadi pria bar-bar yang protektif.
Menyebalkan!!
Dengan wajah menatap Mario tak suka, Alyssa memperlihatkan tangan kanannya yang terlihat... mengerikan memang.
"Ini pasti sakit, maaf" lirih Mario lalu mengusap-usap lebam berwarna kebiruan itu. Menyesal telah menyakiti wanitanya, jujur ia sendiri tak tahu bagaimana ia membuat tangan cantik ini terluka karenanya.
Sedangkan Alyssa yang tadinya kesal karena tingkah Mario, dengan perlahan menatap Mario saat mendengar ucapan penuh penyesalan dari pria bar-bar di hadapannya ini.
"Apa masih terasa sakit?" Alyssa mengalihkan perhatian Mario yang dari tadi masih mengusap pergelangan tangannya.
Mendengar itu Mario perlahan tersenyum penuh arti, sedikit bermain-main dengan alyssa ia rasa tidak ada salahnya.
"Kau tahu, Hon?" Mario menarik Alyssa dengan tangan kanannya, membuat Alyssa tertarik merapat ke tubuh Mario, setelah itu Mario menggeser tubuh Alyssa, hingga saat ini Alyssa duduk di pangkuan sebelah kanan Mario mengingat tangan kirinya yang masih di gips.
"Kau membuatku ingin melumat habis bibir mu saat melihat ke khawatirmu tadi"
Oh My God!!! Siapa pun kalian, tolong kubur ia sekarang! Bagaimana mungkin pria yang baru satu jam yang lalu mengerang kesakitan karena retak di pergelangan tangannya kini malah terlihat seperti pria mesum yang mengerikan.
"Kau!!!" teriak Alyssa tak terima dengan ucapan vulgar Mario barusan. Dan ia bersumpah untuk mencabut ucapannya yang mengatakan bahwa ia telah mencintai pria mesum ini.
Mario tersenyum menggoda, entah kenapa ia sangat menikmati raut wajah Alyssa jika sedang seperti ini, raut wajah yang membuatnya ingin segera berada di dalam milik Alyssa. Ohh, tuhan. Katakan lah ia gila, dan memang ia telah gila hanya karena seorang Alyssa. Dan kalau memang boleh jujur, ia tidak pernah lagi menghabiskan malamnya dengan wanita jalang koleksinya.
"Kau benar-ben... hmpppp"
Tak membiarkan Alyssa mengeluarkan sumpah serapah, Mario langsung membungkam bibir ranum Alyssa dengan bibirnya. Perlahan Mario mulai melumat bibir Alyssa lembut, sangat lembut, bahkan ia dapat mendengar erangan Alyssa walau bibir itu terbungkam dengan bibirnya. Mario tersenyum dalam hati mengingat setiap ia mencium bibir ranum ini tak pernah ada penolakan dari sang pemilik, bahkan dengan perlahan Alyssa mulai mengikuti alur permainannya. Walau tak di pungkiri wanita itu akan menyumpahinya setelah ciuman mereka berakhir.
"Kau bahkan selalu menikmatinya , Hon saat aku melumat bibir manis ini" ucap Mario setelah mengakhiri ciumannya saat Alyssa mulai kehabisan oksigen. Tangannya pun mengelus bibir itu dengan ibu jarinya yang kini terlihat membengkak dan lagi-lagi Mario tersenyum saat melihat itu semua karena ulahnya.