Chereads / Izinkan Aku Menjadi Imammu (hiatus) / Chapter 3 - Sampai kapan 2

Chapter 3 - Sampai kapan 2

Esok paginya Khansa segera bangun setelah mendengar adzan subuh. Aku mandi dan bergegas mengerjakan shalat subuh lalu berdzikir serta berdo'a . Selepas itu aku segera bersiap untuk berangkat ke kantor setelah merapikan kamarku. Sebenarnya aku tak ingin bekerja di kantor karena saat kuliah pun aku tak mengambil jurusan itu, tapi apalah daya aku tak mampu menolak keinginan papa agar aku yang meneruskannya. Bila pun menerima permintaan papa untuk meneruskan restorannya, maka aku pun juga harus menerima permintaan papa itu, apalagi permintaan terakhirnya. Papa bilang papa tak ingin usaha yang dirintisnya untuk anak anaknya malah di jual karena anak anaknya tak mau meneruskannya.

"Sasa, ayo turun! udah bangun kan?"

"Iya ma, ini Sasa mau turun"

Di rumah tak ada pembantu ataupun supir , karena mama lebih suka mengerjakan pekerjaan rumah sendiri, jadi semua pekerjaan rumah kami melakukannya sendiri, termasuk memasak.

"Mana Bila ma?"

"Masih di kamar, masih telponan sama calon suaminya"

"Alesan aja tuh anak, bilang aja gak mau bantuin beres beres rumah"

"Udah biarin aja, makanya kamu nikah biar punya alesan juga kaya Bila"

"Ah mama,pagi pagi udah bikin aku bad mod aja, jangan bahas nikah lah ma"

"Ya udah ,maaf kak"

"Udah selesai nih,kamu panggil adek sana!" Lanjut mamanya setelah selesai memasak

"Iyah ma, aku panggil dulu ya"

"Bila,ayo sarapan" Teriakku saat berada di depan kamar Bila.

"Enggak usah deh kak,kakak sama mama sarapan aja, Bila sarapan di luar"Sahut Bila dari dalam kamarnya.

"Iya udah"

"Bila mau makan di luar katanya ma"Ucapku pada mama setelah sampai di ruang makan.

"Oh gitu , ya udah yuk kita makan"

"Iya ma"

"Mama,kakak aku berangkat dulu ya" Ucap Bila tiba tiba membuat aku dan mama kaget hingga tersedak.

"Ish, kamu bikin mama sama kakak kaget aja"

"Hheh, maafin ma, kak, ohya, nanti jangan lupa ya ma temenin Bila fhiting baju pengantin, nanti aku kabarin kalau udah mau ke butik ma, ya udah ya Bila berangkat dulu"

"Iya udah hati hati ya, insyaAllah nanti mama ke sana"

"Ok ma, assalamualaikum"

"Wa'alaikum salam"

"Ya udah ma kalau gitu aku juga berangkat ya ma" Ucapku kemudian karena sarapanku pun juga sudah habis

"Yah kok buru buru sih, sepi lagi deh, sendirian mama"

"Ma, aku kan kerja, udah ya aku berangkat, nanti takutnya macet terus telat"

"Iya udah deh"

"Aku berangkat ma,assalamualaikum"

"Wa'alaikum salam, hati hati ya"

"Iya ma"

__

"Khansaa..."

Sampai di kantor aku sudah di sambut oleh sahabatku, Aliya. Dia sahabatku sejak sma dan salah satu orang yang tahu sisi lain dari diriku yang cuek dan dingin. Selain sahabatku, dia juga sekretarisku di kantor agar aku juga bisa deket sama sahabatku ini terus.

"Ada apa sih pagi pagi kayaknya udah happy bener?"

"Cowok yang aku suka mulai kuliah ngajakin aku ta'aruf Sa, aku seneng banget , Aku bener bener gak nyangka aku bisa ta'aruf sama dia "

"Baru juga ta'aruf udah gitu senengnya, jangan terlalu seneng dan ngarep , awas nanti terlalu sakit hati kalau sampai gak jadi"

"Ih Khansa, kamu ngomongnya kok kek gitu sih, jangan macem macem deh"

"Aku cuma ngingetin kamu aja Al"

"Iya, sekarang napa dah tuh mukamu di tekuk gitu?"

"Ga papa kok "

"Ga papa gimana, udah deh aku ni sahabatmu, aku tu tahu macem macem ekspresimu itu, udah lah cerita sama aku"

"Gak Al"

"Ih kamu di suruh cerita aja gitu susahnya, udah ayo ke ruanganmu , kita cerita di sana"

"Iya udah , ayo"

"Ayo Sa, ceritain sama aku, bakal aku dengerin. Janganlah kamu pendem sendiri" Ucap Aliya setelah masuk ke ruanganku.

"Aku sedih Al"

"Yah kalau kamu ngomongnya cuma gitu gimana aku tahu masalahmu Sa"

"Udah ah, bentar lagi jam masuk kantor"

"Ayolah kita gak ada mieting hari ini"

"Masa iya aku marahin karyawan yang telat yang males malesan lah aku sendiri males malesan"

"Sekali ini aja ya Na'ifah Khansa Az-zahra"

'alamat sudah kalau dia sebut nama lengkap aku, gak bakal berhenti tanya kalau gak aku jawab ini' Batinku bergejolak ragu untuk cerita pada Aliya walau dia sahabatku.

"Aku bingung, bingung banget Al. Di satu sisi aku pingin bahagiain mama dengan nurutin permintaan mama buat aku nikah, tapi di sisi lain aku gak pingin nikah, aku trauma"

"Emang mau sampai kapan kamu kepikiran sama masa lalumu itu, bukannya kamu yang ngomongin aku biar gak berlarut larut dalam kisah masa lalu, terus napa sekarang kamu yang gitu?"

"Aku juga ga tau Al, aku juga ga pingin"

"Berdamailah sama masa lalu Sa, jangan biarkan dendam dan benci menguasai kita, Masa depan kita lebih penting dari pada masa lalu"

"Tapi aku ga bisa lupain itu Al"

"Aku ga nyuruh kamu lupain masa lalumu, masa lalu itu bukan untuk di lupakan , tapi untuk di ambil hikmahnya, buat pelajaran di hidup kita, masa lalu itu bukan satu hal yang harus di sesali"

"Aku udah usaha Al, udah"

"Kamu usaha, tapi kamu benci sama dia percuma, hilangkan dulu rasa benci kamu sama dia, jangan tutup pintu hati kamu buat menerima kebenaran, pikirlah gak semua laki laki itu kayak dia, gak semuanya Sa, sadar Khansa"

"Aku ga bisa maafin dia gitu aja"

"Sampai kapan?"

"Ga tahu Al"

"Maafin lah, buat lembaran baru, harusnya kamu bersukur kamu ga jadi sama dia, kalau kamu sampai jadi gimana nanti kalau udah nikah, jadi sekarang biarkan masa lalu itu, jangan buat dia jadi penghalang buat kamu menuju masa depanmu, buat apa juga kamu sedih gara gara dia. Dia di luar sana udah seneng seneng sama cewek ceweknya, lah kamu di sini nangisin dia ga guna"

"Iya aku tau aku salah, dan aku akan berusaha

perbaiki kesalahanku itu"

"Gitu dong, baru sahabatku, ya udah kalau gitu aku tinggal ya, aku ke ruanganku"

"Iya Al"

"Bye"

'Kamu emang sahabat terbaikku Al, aku ga bakal pernah lupain kamu, kamu yang selalu berhasil buat aku tersenyum dan bangkit dari keterpurukanku, kamu yang selalu ada saat aku sedih. Kamu bener Al, aku harus kuat, aku harus tunjukkan kalau aku baik baik aja, biar dia tau kalau aku ga selemah yang dia pikirkan. Aku akan berdamai dengan masa lalu, aku akan balas dia dengan caraku sendiri, walau aku belum mau nikah sekarang, tapi aku akan berusaha membuka hati ini dan ga akan mudah percaya sama sembarang lelaki , makasih Al'

*----*

Masa lalu itu bukan untuk di lupakan , tapi untuk diambil hikmahnya.

Jangan biarkan dendam dan benci menguasai hati, karena sungguh memaafkan itu lebih indah dari pada membenci.