Chapter 4 - Kecelakaan

kring...kring....

Bunyi telpon itu mengagetkanku yang sedang fokus ke komputer. Keningku berkerut saat melihat yang menelpon, Bila

(Halo kak,Assalamualaikum) Suara Bila yang panik dan khawatir membuatku bingung, ada apa, kenapa Bila sampai begitu.

"Waalaikum salam, ada apa dek?"

(Mama kak mama)

"Iya mama kenapa?"

Sungguh perasaanku campur aduk , aku takut sesuatu terjadi pada mama, aku sangat menyayangi mamaku, tak biasanya Bila begitu panik.

(Tadi mama tuh dah mau berangkat ke butik kak, tapi sampai sekarang belum ada kabar kak, aku telpon juga ga di angkat)

"Ya udah tunggu sebentar ya, kakak cek dulu, kakak putusin dulu ni sambungan telponnya"

(Iya kak)

'Harus kemana aku cari tahu kalau telpon aja ga mama angkat'

Di saat kegalauanku telponku berbunyi lagi, ku pikir Bila yang menelpon lagi dan membuatku sedikit lega, tapi saat ku lihat yang menelpon nomor tak di kenal. Aku ragu untuk mengangkatnya, aku takut, tapi aku harus mengangkatnya siapa tau orang ini ada hubungannya dengan mama yang tidak bisa di hubungi, pikirku.

(Assalamualaikum)

"Waalaikum salam, maaf ini siapa ya?"

( Kami dari pihak RS lekas sehat, ingin mengabarkan jika ibu Zahra mengalami kecelakaan dan keadaannya kritis, kami berharap keluarganya segera datang agar ibu Zahra bisa di tangani lebih lanjut)

"Baiklah, saya akan segera ke sana, terima kasih informasinya"

Sungguh aku syok mendengar kabar kalau mama kecelakaan, luruh sudah air mata yang sejak tadi ku tahan mendengar mama tak ada kabar, tak menyangka kalau ternyata mama kecelakaan, otakku buntu aku gak bisa berfikir aku harus gimana, pagi tadi aku berangkat mama baik baik saja, tak mampu rasanya aku melihat mama berbaring lemah tak berdaya dengan selang infus dan lainnya, membayangkannya saja aku tak mampu apalagi jika aku harus menemui mama di rumah sakit, sungguh aku tak berharap ini semua terjadi, apa ini yang di maksud mama, apa karena ini mama memintaku menikah, apa kejadian ini yang menghantarkan mama ke ajalnya, berbagai pertanyaan muncul di benakku, otakku tak bisa berpikir jernih, satu yang harus ku lakukan, mengabari Bila kalau mama kecelakaan dan aku harus ke sana menengok mama.

"Assalamualaikum"

(Wa'alaikum salam, kakak kenapa nangis? apa terjadi sesuatu sama mama kak? kak jawab kak!)

"Mama kecelakaan Bila"

(Innalillahi wa inna ilaihi roji'un, sekarang mama di mana kak? aku mau ke sana)

"Mama di RS lekas sehat , kakak sekarang juga udah di jalan"

(Ya udah kak aku ke sana,assalamualaikum)

"Wa'alaikum salam"

Sampai di rumah sakit aku segera berlari ke arah resepsionis untuk menanyakan keberadaan mama, setelah tahu mama di IGD aku segera menuju ke sana. Sampai di sana aku melihat dokter keluar dari ruang tempat mama berada, segera ku hampiri dokter itu dan ku tanyakan keadaan mama.

"Dokter, gimana keadaan mama saya?"

"Keluarga ibu Zahra?"

"Iya saya dok, gimana kondisi mama saya?"

" Ibu Zahra sudah berhasil melewati kritisnya setelah di lakukan tindakan tadi, tapi sampai sekarang beliau belum sadar, luka lukanya sudah di tangani, dan syukur tidak ada luka dalam yang mengharuskan operasi"

"Alhamdulillah, makasih dok, saya boleh lihat mama saya?"

"Tunggu sampai perawat memindahkan ibu Zahra ke ruang perawatan dulu ya, nanti mbak boleh menengoknya di sana"

"Baik dok"

"Kalau begitu saya tinggal dulu, permisi"

"Iya dok"

Sedikit lega jiwa ini mendengar kalau mama berhasil melewati masa kritisnya, namun aku tak bisa tenang sepenuhnya karena mama belum sadar, aku takut kehilangan mama, aku belum siap merelakan mama pergi, aku ingin mama selalu di sisiku, kemungkinan terburuk akan mama menghantui pikiranku, membuat gelisah dan khawatir hingga tak sadar kalau adikku sudah ada si sisiku membuatku terkejut.

"Kak"

"Eh Bila, sejak kapan kamu di sini, ada Arka juga"

"Barusan kak, kak Sasa kenapa melamun, mama gimana?"

"Alhamdulillah mama udah melewati masa kritisnya dan akan di pindah ke ruang perawatan , tapi mama masih belum sadar sampai sekarang"

"Kita ke mama yuk kak"

"Sebentar lagi setelah mama di pindah ke ruang perawatan"

"Baiklah kak"

"Keluarga ibu Zahra, mari ke ruang perawatan" Ucapan perawat itu membuat ku terkejut, tapi aku juga senang bisa menengok mama dari dekat, tapi aku juga tak siap melihat mama berbaring lemah tak berdaya, mama yang selama ini mu kenal selalu kuat dan tak pernah menunjukkan kalau dia sakit, dan sekarang aku harus melihat mama dalam kondisi seperti ini, dengan langkah berat ku ikuti perawat dan adikku yang berjalan di depan.

"Ini ruangannya, nanti kalau ada apa apa bisa hubungi kami"

"Terima kasih"

"Mari"

"Kak kapan mama sadar?" Tanya adikku membuatku tersadar dari lamunanku.

"Sabar dulu dek, mama pasti sadar" Aku bingung itu suara siapa, ah ternyata calon adik iparku, aku sibuk dengan lamunanku sendiri hingga tak sadar kalau Arka ada di sini dari tadi.

"Arka, mending kamu pulang aja antar Bila sekalian ,biar saya yang menjaga mama" Ucapku pada Arka karena ini sudah hampir larut malam, aku juga sungkan padanya karena ikut menjaga mama sampai malam , walau dia juga akan jadi bagian dari keluarga Abidzar.

"Gak usah kak, biar mas Arka aja yang pulang , aku juga mau nemenin Bunda"

"Tapi Bi..."

"Pokoknya Bila mau di sini"

"Ya udah kalau gitu aku pamit ya dek, kak"

"Hati hati mas"

"Iya ,assalamualaikum"

"Wa'alaikum salam"

"Bila kamu tidur dulu, kakak gak mau kamu sakit"

"Tapi aku mau nemenin mama"

"Nanti kalau Bila sakit siapa yang rawat mama?"

"Iya udah kak, aku tidur dulu, Kakak tidur juga ya!"

"Iya, tidur deh"

"Selamat malam kak"

"Selamat malam juga"