Chereads / Izinkan Aku Menjadi Imammu (hiatus) / Chapter 5 - Kembali ke Rumah

Chapter 5 - Kembali ke Rumah

Pagi pagi sekali aku bangun saat merasakan sebuah elusan halus di kepalaku. Elusan itu semakin lama semakin sering membuatku mau tak mau membuka mata yang masih enggan untuk bangun ini, Ku lihat siapa yang mengelus kepalaku, betapa terkejutnya aku saat melihat yang mengelus kepalaku adalah mama, betapa bahagianya diri ini melihat mama akhirnya membuka matanya untuk pertama kali setelah kecelakaan itu, air mata ini jatuh tak bisa ku tahan merasakan betapa bahagianya diri ini. Ku sapa lembut mama untuk menanyakan keadaannya.

"Mama, udah siuman sejak kapan, mama ada pusing atau apa biar Sasa panggilkan dokter?"

"Enggak Sa, mama cuma pingin begini"

"Maksud mama apa?" Tanyaku pada mama karena aku tak paham apa yang di maksud mama dengan kata nyaman itu"

"Biarkan seperti ini Sa, mama pingin mengelus kepalamu, setelah kamu jadi milik orang mama bakalan jarang bisa gini sama kamu"

"Mama ngomong apa sih, jangan buat aku tambah bingung ma, aku benar benar gak paham dengan apa yang mama bilang" Kepala ini rasanya benar benar mau pecah mendengar ucapan mama, satu kalimat tadi aku masih berusaha mencernanya , di tambah lagi dengan serentetan kata yang mama ucapkan barusan membuat diriku semakin pusing dan tak paham ke arah mana mama bicara.

"Mama yakin setelah ini bakal ada laki laki yang dengan tangguhnya mengejar cinta kamu, dia gak akan menyerah walau kamu menolaknya berkali kali"

"Mama makin ngelantur deh, udah deh aku bangunin Bila ya, Bila pasti seneng lihat mama udah siuman" Ku alihkan pembicaraan ini agar mama tak terus menerus membahas ini, sekarang aku paham dengan apa yang mama bicarakan , tapi aku tak tahu dari mana mama bisa mengatakan itu.

'Mama yakin Sa laki laki itu akan segera hadir dalam hidupmu dan mengubah alur hidupmu, walau kamu tak percaya akan ucapan mama, tapi mama yakin akan itu ' Batin Zahra.

"Bila bangun dek, mama udah sadar dek"

"Ha! mama udah sadar kak, mana aku mau lihat kak?" Adikku langsung bangun saat aku bilang mama udah sadar, padahal dia paling susah kalau di bangunin, dengan tergopoh gopoh adikku menghampiri mama dan langsung di peluknya.

"Alhamdulillah mama udah sadar, Bila seneng banget ma, mama ada yang sakit gak?"

"Enggak papa Bila"

"Emm mama"

"Ma udah subuh kita jama'ah yuk" Ucapku pada mama saat mendengar azan subuh sudah berkumandang.

"Iya Sa"

Pagi harinya perawat datang ke kamar mama, membawakan sarapan untuk mama dan memeriksa kondisi mama. Setelah perawat itu pergi aku segera menyuapi mama, sedang Bila sudah berangkat ke resto, aku sendiri memutuskan untuk mengambil cuti demi merawat mama. Selesai makan mama kemudian tidur karena mengantuk, mungkin karena efek dari obat yang di minum mama. Aku lantas terdiam dan memikirkan semua kata kata yang di ucapkan mama tadi pagi. Ucapan mama akan seorang pria yang akan memperjuangkan cintaku terngiang ngiang terus di kepalaku hingga tak sadar waktu dzuhur telah tiba. Aku pun segera membangunkan mama untuk shalat, makan dan minum obat tentunya. Menjelang sore Bila sudah pulang dari resto, meminta aku untuk beristirahat dan dirinya yang menjaga mama. Setelah makan malam, kami tidur bersama di kamar itu, sambil menunggu hari esok tiba. Begitulah yang ku lakukan seminggu ini, menemani mama, merawatnya, meluangkan waktuku untuk mama, segalanya ku curahkan untuk mama, aku rela mengambil cuti di kantor demi mama, padahal tak pernah sebelumnya aku mengambil cuti walau dalam keadaan mendesak sekalipun. Dan akhirnya setelah satu minggu mama di rawat di rumah sakit, mama di perbolehkan pulang. Tak ada yang lebih indah selain bisa pulang ke rumah sendiri, aku pun membantu mama mengemas barang barangnya.

"Alhamdulillah ya ma, akhirnya mama bisa pulang setelah satu minggu di rawat di rumah sakit ini ma" Ucapku pada mama setelah selesai mengemas semua barang barang mamanya.

"Iya Sa, mama senang banget, mama minta maaf kalau selama mama sakit mama ngerepotin Sasa sama Bila"

"Enggak kok ma, sama sekali enggak ngerepotin"

"Kita pulang sekarang ya ma" Ku alihkan ucapan mama agar mama tak terus merasa merepotkan orang lain.

"Iya nak"

Melihat ada taksi yang melintas aku segera memanggilnya, aku segera membawa mama masuk dan pulang menuju rumah. Bahagia sekali hati ini, setelah seminggu mamanya berbaring di rumah sakit akhirnya sekarang bisa pulang. Aku bercerita banyak hal dengan mama selama di perjalanan hingga tak sadar kalau sudah sampai di rumah.