"Apa? Menikah?" tanya Hyejung menatap tidak percaya.
"Tentu saja," ucap pria tersebut sambil melangkah mendekat.
Hyejung berjalan mundur. Wajahnya terlihat pucat. Mata beningnya menatap tidak percaya. Hingga punggungnya membentur dinding ruangan tersebut.
"A-pa yang a-kan kaulakukan?" tanya Hyejung dengan suara bergetar. Kini pria bertubuh tinggi dan berparas rupawan dengan hidung mancung, alis tebal, serta bulu mata lentik tersebut berdiri persis di hadapannya. Jarak antara mereka hanya terpisah beberapa inci. Embusan napas hangat pria tersebut mengenai wajah Hyejung. Dengan kedua tangan yang berada pada tembok, pria itu mengurung Hyejung hingga ia tidak bisa melarikan diri.
"Jangan coba-coba lari dariku. Kau sudah tahu rahasiaku, tentu harus menikah denganku."
Hyejung menggeleng cepat. Bagaimanapun juga tidak mungkin untuk dia menikah dengan pria di hadapannya tersebut.
"Aku tidak bisa menikah denganmu, tapi aku berjanji akan menjaga rahasiamu."
Pria tersebut menggeleng.
"Kau tidak bisa menolak atau kau akan tahu apa yang bisa kulakukan padamu dan keluargamu."
"Tidak ... tidak ... kau tidak bisa menyentuh mereka. Kumohon jangan sakiti mereka," pinta Hyejung.
"Kalau begitu, sudah jelas kau harus menikah denganku," ucap pria itu seraya memegang dagu Hyejung. Memaksa gadis itu menengadah menatapnya dan memberikan ciuman panas di bibir lembut tersebut.
Ciuman itu memaksa dan mendesak Hyejung untuk membuka mulutnya dan membalas ciuman tersebut. Hyejung hanya bisa menurut. Air matanya merembes keluar. Menyesali yang terjadi dan ketidakberdayaan dia di hadapan lelaki itu.
Seandainya saja ia tidak bertemu dengan pria di hadapannya tersebut, maka semua ini tidak akan terjadi.
***
Baru seminggu Hyejung bekerja di perusahaan Dark Star. Seminggu sebelumnya, ia begitu bahagia dan gembira. Bahkan sempat mentraktir Kyungho, kekasihnya, dan teman-teman mereka yang lain. Bayangkan dia diterima kerja di sebuah perusahaan besar dengan jabatan sekretaris pribadi CEO, tentu hal itu membuat hatinya berbunga-bunga.
Gaji yang tinggi dan rekan-rekan kerja yang ramah dan baik hati membuat Hyejung merasa kerasan. Ia tidak merasa seperti orang baru yang masih magang di perusahaan itu.
Yang membuatnya terkejut adalah ternyata CEO perusahaan itu yang bernama Leehyuk ternyata masih muda. Parasnya yang rupawan tentu membuat para karyawati di perusahaan tersebut tergila-gila padanya. Meski begitu, Leehyuk selalu bersikap dingin dan menjaga jarak. Begitu pula sikapnya pada Hyejung. Ia hanya berbicara saat memberi pekerjaan pada gadis itu.
'Seandainya aku tidak menerobos masuk ke ruangan Leehyuk, aku tidak akan tahu siapa dia sebenarnya. Dan aku tidak akan terjebak dalam situasi ini,' ucap Hyejung dalam hati. Penuh dengan penyesalan.
***
Malam itu memang peristiwa yang tidak diduga terjadi. Hyejung yang baru menyelesaikan memasukkan data di komputer tiba-tiba teringat ada arsip yang belum dia masukkan. Bergegas ia menuju lemari penyimpanan. Tanpa sengaja ia melihat lampu di ruangan sang atasan masih menyala. Terpikir olehnya untuk mematikan lampu karena mengira Leehyuk sudah pulang. Saat itulah, dia melihat sosok berambut putih panjang dengan sayap berwarna hitam dan mata merah menyala.
Terkejut dan ketakutan. Dia tanpa sengaja malah menjatuhkan barang yang dibawanya. Makhluk itu menoleh dan melihatnya. Sosok makhluk lain bersayap hitam muncul. Hanya saja ukurannya lebih kecil.
"Yang Mulia, bagaimana ini? Dia melihat semuanya. Apa kita harus menyingkirkan dia?" tanyanya.
Sosok berambut putih itu melangkah mendekat. Hyejung mundur ketakutan.
"A-ku ... a-ku ti-dak bermaksud ...."
Kata-katanya terhenti saat dinding membentur punggungnya. Meski ketakutan, dia dapat mengenali sosok di hadapannya adalah Leehyuk, atasannya. Dugaannya tidak meleset saat pria itu kembali menjadi Leehyuk yang normal.
"A-ku min-ta maaf," ucap Hyejung sekali lagi dan mencoba mengambil kesempatan untuk berlari keluar, tetapi Leehyuk menghentikannya dan berkata,
"Kau harus menikah denganku."
***
Hyejung tidak punya pilihan. Ia tidak bisa menolak. Nyawa keluarga dan teman-temannya mungkin menjadi taruhan, karena kini dia tahu Leehyuk bukanlah manusia. Dia adalah sosok iblis yang telah berusia ribuan tahun. Ancaman Leehyuk tentu tidak main-main. Dia bisa mengambil jiwa orang tua Hyejung.
"Apa kau berjanji tidak akan mengusik mereka setelah aku menikah denganmu?" tanya Hyejung. Ia tidak bisa sepenuhnya percaya kepada Leehyuk.
'Bagaimanapun dia adalah iblis,' gumamnya dalam hati.
"Meski aku iblis, aku akan menepati janji. Aku tidak akan pernah menyentuh mereka jika kau bersedia menikah denganku. Jika tidak, jangan salahkan aku jika terjadi hal yang buruk pada mereka semua. Juga pada keluarga dan teman-temanmu."
"Baiklah, aku bersedia," ucap Hyejung. Dia tidak punya pilihan selain menyetujui syarat pernikahan tersebut.
***
Masalah Hyejung tentu belum berakhir. Dia harus memberi penjelasan kepada Kyungho.
"Kenapa?" tanya pria yang dicintainya itu. Hyejung hanya menggeleng. Kata putus yang terucap dari bibir gadis itu tentu mengundang tanya dari Kyungho.
"Jelaskan padaku, Hyejung. Jelaskan padaku kenapa kita putus. Apa aku melakukan kesalahan padamu? Beritahu aku agar aku bisa memperbaikinya. Katakan padaku alasannya!"
"Kau tidak bersalah, Kyungho. Semua ini karena kesalahanku. Aku yang salah karena tidak bisa menjaga hubungan kita."
"Apa maksudmu? Kau tidak salah, aku ...."
"Dia meminta putus denganmu karena jatuh cinta padaku," potong Leehyuk yang tiba-tiba datang.
"A-pa?"
"Itu benar. Kami bahkan telah berencana menikah karena aku juga jatuh cinta padanya."
Kyungho menatap Hyejung tidak percaya sambil menggeleng.
"Tidak. Aku tidak percaya. Itu tidak mungkin."
Hyejung hanya diam menunduk. Menyembunyikan air matanya yang hendak menetes.
"Kau tidak percaya? Terserah itu urusanmu. Yang jelas aku dan Hyejung akan segera menikah," ujar Leehyuk sambil mengalungkan lengannya di pinggang Hyejung.
"Hyejung, beritahu aku. Katakan yang sebenarnya. Semua yang dia katakan itu adalah kebohongan, bukan?" tanyanya sambil meraih dan menggenggam erat tangan gadis itu.
Melihat itu, Leehyuk berdehem pelan. Hyejung segera sadar dan menarik tangannya.
"Itu benar. Aku akan menikah dengannya. Maafkan aku, Kyungho. Aku tidak bisa menjaga hubungan kita. Aku langsung menyukai dia saat aku melihatnya."
Kyungho menggeleng.
"Kau bohong!" teriaknya.
"Kau tidak akan melakukannya. Bukankah kau selalu bilang bahwa sangat mencintaiku?"
Hyejung kembali diam. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Tangisnya yang tertahan seolah akan pecah jika dia membuka mulut.