Ponsel Rafael berdering pagi itu. Nomor yang tidak asing. Kendati sudah dihapus nomor Gween. Namun dia masih ingat nomor wanita itu.
Rafael pun mengangkatnya ketika dia sedang membuat kopi di dapurnya.
"Rafael," panggil Gween dengan suaranya yang lirih.
"Bagaimana keadaanmu? Sudah membaik?" tanya Rafael. Hal itu membuat perasaan di hati Gween malah semakin berantakan.
"Hmm, bagaimana denganmu?"
"Apanya?"
"Berita itu. Kamu serius mau menikah dengan Eleena? Kamu yakin, Rafael?"
"Iya aku yakin."
"Tapi kenapa?"
"Karena waktu itu aku sudah bertanya kepadamu. Dan kamu mengatakan jika keputusanmu sudah bulat. Jadi, aku pikir aku harus memulai hidup baru dengan menerima tawaran menikah dari Eleena."
Gween menahan tangisnya.
Hening.
"Secepat itu jamu ingin melupakanku?"
"Aku tidak akan lupa. Tapi, aku hanya akan bergerak pada seseorang yang benar benar menginginkanku."
Gween semakin ingin menangis. Harapan untuk kembali pada Rafael sudah tidak ada lagi.